Rabu, 22 Juli 2009 | |
Sesungguhnya hati mempunyai kedudukan dan tempat yang mulia dalam Islam, hal ini disebabkan banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menganjurkan dan memerintahkan untuk menjaganya, karena hati yang tidak terjaga dan tidak terperhatikan menurut aturan syari'at akan membawa manusia kedalam lembah maksiyat dan dosa, sebaliknya hati yang terjaga dan dituntun dengan aturan syari'at akan mengantarkan seseorang kepada kebahagian hidup sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'aala dalamsurat Asyu'ara ayat 88 dan 89, yang artinya: "pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati dan jiwa yang selamat" Kedudukan hati dalam Islam 1. Allah Subhanahu wa Ta'aala memandang kemuliaan seseorang dengan kebaikan hatinya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya: "dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata; bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: "Sesungguhnya AllahSubhanahu wa Ta'aala tidak memandang kepada rupa kamu dan juga tidak memandang kepada jasadmu, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'aalamemandang kepada hatimu dan amalmu" (HR. Muslim, 3/1986 no. 2564) 2. Hati merupakan raja dalam kehidupan. Hal ini sebagaimana perkataan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: "Hati merupakan raja dari anggota tubuh, sedangkan anggota-anggota tubuh sebagai bala tentaranya, apabila raja itu baik maka bala tentara juga baik. jika raja itu buruk perangainya, maka tentara juga demikian, hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu: "Bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya pada tubuh manusia itu terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka akan ikut menjadi baik jasadnya, dan jika daging itu rusak, maka akan ikut menjadi rusak semua anggota tubuhnya, ketahuilah bahwa daging itu adalah hati." (HR Bukhari, 1/167 no. 52 dan Muslim 3/1219, no. 1599) Oleh karena itu baik atau rusaknya hati, akan menyebabkan baik dan rusaknya anggota tubuh semuanya, maka baiknya hati tersebut akan tampak dalam keta'atan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala, karena merupakan satu hal yang mustahil ketika seseorang mengaku baik hatinya sedangkan dia tidak mau beramal dan menta'ati perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Pembagian Hati Para ulama setelah melihat dan mengkaji Al-Quran dan Sunnah, maka mereka membagi hati manusia itu kepada tiga macam, yaitu: a. Qolbun Saliim (hati yang selamat) b. Qolbun Mayyit (hati yang mati) c. Qolbun Mariidh (hati yang sakit) 1. Qalbun Salim (hati yang selamat) Inilah hati yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta'aala didalam Al-Quran, yang artinya: "Janganlah engkau hinakan aku dihari dibangkitkan. Hari yang tidak bermanfaat harta dan anak, kecuali Orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati dan jiwa yang selamat." (QS. As-Syu'ara ayat: 87-89) Hati yang selamat adalah hati yang selamat dari Syirik, kebencian, hasad, kikir, sombong, cinta kepada dunia, cinta kepada pangkat, selamat dari setiap penyakit yang akan menjauhkan diri seseorang dari Allah Subhanahu wa Ta'aala. Hati yang selamat ini berhak mendapat nikmat di dunia, nikmat di alam barzakh dan surga pada hari pembalasan. Hati ini tidak akan selamat secara mutlak, kecuali setelah selamat dari lima perkara:
Karena dengan Iman dan amal shalih inilah, maka Allah Subhanahu wa Ta'aalaakan berikan kehidupan yang baik, berupa ketenangan batin, tidak takut menghadapi kehidupan, walaupun berat akan tetapi ia tetap sabar menghadapinya, karena ia meyakini bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan membantunya, menolongnya dan akan memberikan kemudahan-kemudahan baginya dalam menghadapi kesulitan.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: "Asal baiknya hati adalah hidupnya dan bersinarnya". Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'aala berfirman, yang artinya: "Dan apakah orang yang sudah mati, lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan ditengah-tengah orang banyak, sama dengan orang-orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana ?" (QS. Al-An'am ayat 122)
Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqiti rahimahullah dalam menafsirkan kata kata"wa yaj'allakum nuuran tamsyuuna bihi" mengatakan: "bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah Ilmu, petunjuk yang membedakan antara yang hak dengan yang bathil." Dengan demikian jelaslah, bahwa hati yang selamat (Qolbun Saliim) adalah hati yang keseluruhan niatnya adalah untuk Allah Subhanahu wa Ta'aala; cintanya, maksud dan tujuannya, amalnya, tidurnya, hidupnya dan matinya, pembicaraannya semuanya adalah untuk Allah Subhanahu wa Ta'aala, dan semua tindak tanduknya berjalan diatas ridha Allah ‘Azza wa Jalla. 2. Qalbun Mayyit (Hati yang Mati) Hati yang telah mati adalah hati yang tidak ada lagi kehidupan dengannya, ia tidak lagi mengenal Robbnya, tidak beribadah kepada-Nya, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan tidak lagi mengindahkan larangan-Nya. Dialah hati yang berdiri tegak diatas syahwatnya beserta kelezatannya. Walaupun perbuatan yang ia lakukan tersebut dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta'aala, akan tetapi bagi hati yang telah mati ini ia tidak mempedulikannya, kecintaannya diperuntukkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'aala, begitu juga dengan rasa takutnya. Kalau dia mencintai sesuatu, maka cintanya didasari oleh hawa nafsu, kalau dia membenci sesuatu, maka kebencian itu adalah berdasarkan ukuran hawa nafsunya, kalau ia memberi, maka ia memberi karena hawa nafsunya, kalau ia melarang juga hanya berdasarkan hawa nafsunya. Hawa nafsu adalah jadi Imam (pemimpin) dalam hidupnya, sedangkan Syahwat adalah panglima. Hati yang telah mati ini tidak mempan dan tidak menerima nasehat, ia mengikuti setiap langkah syaithan yang terkutuk, kebodohannya tidak membuatnya sadar sehingga ia lalai darinya. Berkata salah seorang yang shaleh: "alangkah anehnya manusia, mereka menangisi terhadap orang yang mati jasadnya, dan tidak menangisi terhadap orang yang mati hatinya, sedangkan hati yang mati lebih dahsyat dibandingkan jasad yang mati. Hati yang mati ini banyak dimiliki oleh orang-orang kafir, musyrikin dan orang-orang yang mujrimin (berdosa) yang dirinya diliputi oleh dosa dan hawa nafsu. 3. Qalbun Mariidh (hati yang sakit) Hati yang sakit adalah hati yang didalamnya terdapat kehidupan akan tetapi berpenyakit. Didalamnya ada kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada-Nya, tetapi disamping itu ada kecintaan kepada syahwat dan lebih mengutamakannya daripada yang lain. Didalamnya terdapat hasad (iri dan dengki), ujub (kagum dengan dengan amalan diri sendiri), gila akan kehormatan, cinta dunia dan berbuat kerusakan di muka bumi dengan kekuasaan yang dimilikinya. Berkata Syaikhul Islam Ibnu taimiyah rahimahullah: "Penyakit hati merupakan salah satu hal yang akan menyebabkan kerusakan. Rusak dengannya pemikiran seseorang dan iroodah/keinginannya. Pemikirannya dirusak oleh syubhat yang dihadapkan kepadanya, sehingga ia melihat sesuatu yang haq (benar) adalah bathil, dan kebathilan adalah kebenaran. Rusaknya iradah-nya, yaitu dengan membeci kebenaran yang bermanfaat pada hakikatnya bermanfaat bagi dirinya dan mencintai kebatilan pada dirinya yang sesungguhnya memudharatkannya. Oleh karena itu, ditafsirkan kata-kata maroodhun dalam al-Quran dengan syak (ragu-ragu), sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh Mujahid Tanda-tanda penyakit hati. Seseorang akan diketahui hatinya sakit apabila tanda-tanda berikut ini menghinggapi dirinya:
Contoh-contoh penyakit hati. 1. Al-Kibru (Sombong) Dia merupakan termasuk sejelek-jelek perbuatan, ia merupakan salah satu penghalang seseorang beriman dan mendapat petunjuk, orang yang sombong selalu melihat dirinya diatas segala-galanya, ia merasa bahwa dirinya hebat, kaya, pintar dan jago, sementara orang lain diremehkannya. Allah Subhanahu wa Ta'aala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallammemberikan ancaman yang sangat berat terhadap orang yang sombong ini. Dalam satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari rasa sombong, bertanya seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sesungguhnya ada seseorang yang menyukai bajunya baik dan sandalnya bagus. Apakah itu bagian dari sombong. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'aala itu indah dan suka kepada keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." (HR. Muslim, 1/93 no. 91) 2. Ujub Binnafsi (Kagum dengan dirinya) Yaitu kagum akan amal yang pada diri sendirinya. Perbuatan ini akan membuat seseorang lupa terhadap dosa yang dilakukannya dan akan melalaikan dirinya. Oarang yang ujub merasa dan menganggap dirinya lebih suci dan lebih besar amalannya dibanding dengan orang lainnya. Dia merasa Allah Subhanahu wa Ta'aala telah memberikan kedudukan padanya sementara orang lain tidak memilikinya. 3. Hasad Merupakan penyakit hati yang sulit disembuhkan, kecuali bagi orang yang betul-betul memperbaiki dirinya. Orang yang hasad menginginkan nikmat yang ada pada orang lain musnah, dan ia tidak menginginkan ada orang lain yang lebih baik dari dirinya. 4. Pendendam 5. Buruk sangka kepada orang yang adil, dan lain-lainnya Obat penyakit hati dan terapinya.
Demikianlah pembahasan kita pada edisi ini semoga Allah Subhanahu wa Ta'aalacurahkan dalam diri kita petunjuk-Nya agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit hati yang akan merusak dan membinasakan kita. Wallahu a'lam bisshawab Faishal Abdurrahman, Lc |
http://dareliman.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=127&Itemid=54
0 komentar:
Posting Komentar