Senin, 31 Januari 2011

Syarat suatu amalan dikatakan mencocoki Sunnah

Ketahuilah bahwa mutaba'ah tidak akan terwujud apabila amalan tersebut tidak sesuai dengan syari'at dalam enam hal: 
1. Sebabnya 
2. Jenisnya 
3. Ukurannya 
4. Teknisnya 
5. Waktunya 
6. Tempatnya 

Apabila tidak sesuai dengan syari'at dalam enam hal ini, maka amalan tersebut dikatakan bathil dan tertolak, sebab ia melakukan suatu hal dalam agama Allah yang tidak ada sandaran darinya. 

1. Sebabnya 
Amalan harus sesuai dengan syari'at dalam sebabnya. Hal itu seperti seseorang melakukan ibadah dengan yang tidak pernah Allah sebutkan, misalkan; dia shalat dua raka'at setiap kali memasuki rumahnya dan menjadikan hal ini sebagai perbuatan Sunnah. Seperti ini tertolak. Walaupun perkara shalat pada dasarnya disyari'atkan, tetapi ketika ia kaitkan dengan sebab yang tidak bersumber dari syar'at, maka hal ini mengakibatkan ibadah tersebut tertolak. Contoh yang lain: apabila seseorang membuat perayaan dengan sebab kemenangan kaum Muslimin pada Badar, maka hal ini pun tertolak, sebab ia mengaitkannya sebab yang tidak pernah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 

2. Jenisnya 
Bila seseorang beribadah kepada Allah dengan suatu ibadah tidak pernah disyari'atkan agama dalam hal jenisnya, maka tidak akan diterima. Sebagai contoh: bila seseorang berkurban dengan kuda, maka hal ini tertolak, sebab menyelisihi perintah syariat dalam hal jenis, dimana syar'at Islam memerintahkan harus dari jenis binatang ternak tertentu, yaitu: unta, sapi dan kambing. Adapun seseorang yang memotong kuda dengan niat mensadaqahkan dagingnya maka hal itu diperbolehkan, sebab ia tidak dikatakan berkurban kepada Allah dengan menyembelihnya, hanya menyembelihnya untuk dishadaqahkan dagingnya. 

3. Ukurannya 
Apabila seseorang beribadah kepada Allah dengan ukuran yang lebih dari ukuran yang telah ditentukan syari'at maka hal itu tidak diterima. Sebagai contoh: bila seseorang berwudhu' dengan membasuh setiap bagian sebanyak empat kali, maka yang keempat tertolak, sebab hal itu melebihi ketentuan syari'at. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shalallahu‘alaihi wa sallam berwudhu' tiga kali-tiga kali, lalu beliau bersabda: 
مَنْ زَادَ عَلَى ذَلِكَ فَقَدْ أَسَاءَ وَتَعَدَّى وَظَلَمَ 
“Barangsiapa yang melebihkannya, maka ia telah berbuat jelek, melampaui batas dan berbuat kezhaliman (HR. Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah dengan sanad yang hasan) 


4. Sesuai teknisnya 
Apabila seseorang mengamalkan sesuatu dalam rangka beribadah kepada-Nya tetapi menyelisihi syari'at dalam hal teknisnya, maka tidak akan diterima, dan hal itu tertolak. Contoh: seseorang shalat, ia langsung bersujud sebelum melakukan ruku', maka shalatnya tidak sah dan tertolak, sebab tidak sesuai dengan teknis tuntunan syari'at. Demikian pula dalam hal wudhu' dengan cara berbalik seperti memulai dengan membasuh kaki sebelum mengusap kepala setelah itu membasuh tangan lalu muka, apabila berwudhu' dengan teknis seperti ini maka tidak sah, sebab tidak mengikuti perintah syari'at dalam hal teknis atau tata-caranya. 

5. Sesuai dengan syari'at dalam hal waktunya. 
Bila seseorang shalat sebelum masuk waktunya, maka shalatnya tidak mungkin diterima sebab ia menyelisihi waktu yang telah ditentukan syari'at. Juga bila menyembelih kurban sebelum mengadakan shalat `Id, inipun tertolak, sebab menyelisihi waktu yang telah ditentukan syari'at. Apabila seseorang beri'tikaf pada selain waktunya, maka hal itu tidak sesuai dengan pedomannya, namun hal ini diperbolehkan sebab Rasulullah ', membolehkan `Umar bin al-Khaththab beri'tikaf di Masjidil Haram ketika beliau bernadzar. Apabila seseorang mengakhirkan suatu ibadah yang telah ditentukan waktunya oleh syari'at tanpa adanya alasan yang dibenarkan, seperti shalat Shubuh setelah terbit matahari tanpa udzur, maka (dengan sikap seperti ini) shalatnya tertolak, sebab ia telah beramal dengan amalan yang tidak bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. 

6. Sesuai dalam ketentuan 
Apabila seseorang beri'tikaf di sekolah atau di rumah, bukan di mesjid, maka amalannya ini tidak sah, sebab tidak sesuai dengan tuntunan syari'at dalam ketentuan tempatnya, di mana ibadah I'tikaf harus dilakukan di masjid. 

Maka perhatikanlah keenam hal di atas dan wujudkanlah dalam setiap yang diwajibkan kepadamu. Berikut ini beberapa permisalan di antara perkara yang tertolak sebab menyelisihi ketentuan Allah dan Rasul-Nya: 

Contoh 1. 
Orang yang berjual beli setelah adzan kedua pada hari Jum'at dan ia termasuk golongan yang diwajibkan menghadiri shalat jum'at, maka akad transaksinya tidak sah, sebab ia menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan apabila hal ini terjadi maka wajib dibatalkan, masing-masing mengembalikan uang dan barangnya. Hal ini berdasarkan sebuah riwayat bahwa ketika Rasulullah saw dikabarkan bahwa kurma yang baik sebanyak satu sha' ditukar dengan dua sha' (yang jelek), dua sha' dengan tiga sha'. Seketika Rasulullah bersabda: Kembalikan! Artinya kembalikan barang dagangannya, sebab telah menyelisihi ketentuan Allah dan Rasul-Nya. 

Contoh 2. 
Seseorang wanita menikahkan dirinya tanpa adanya wali, maka pernikahannya pun tidak sah, sebab Rasulullah saw bersabda: Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali 

Contoh 3. 
Seseorang yang mentalak isterinya dalam keadaan haid, apakah talaknya dianggap atau tidak? Jawab: dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Tatkala seseorang mengatakan kepada Imam Ahmad rahimahullah, pendapat bahwa talak ketika 
sang isteri sedang haid dibolehkan (terjadi), seketika beliau berkata Itu pendapat jelek. Inilah perkataan Imam Ahmad rahimahullah yang ilmunya sangat piawai dalam hadits dan fiqih, beliau mengingkari perkataan tersebut. Demikian pula sebagian ulama ada yang mengingkari pendapat bahwa talak di saat haidh tidak terjadi, mereka berpendapat sebaliknya, yakni bahwa hal itu terjadi dan dianggap talak satu. Namun ada juga yang berpendapat bahwa hal itu tidak terjadi, srperti pendapatnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, walhasil ini termasuk masalah khilafiyyah (diperselisihkan). 
Saya menyebutkannya di sini dengan maksud jangan sampai orang-orang gampang menfatwakan tidak menganggap terjadinya talak diwaktu haid, bahkan kalian harus memberlakukan hukum tersebut kepada mereka sebagaimana mereka sengaja melakukannya. Meskipun talak dengan lafazh tiga kali dengan satu ucapan, pada masa Rasulullah saw, Abu Bakar, dan dua tahun masa pemerintahan `Umar dihitung satu kali. Namun ketika manusia berani (menyepelekan) perkara yang haram, maka `Umar radhiallahu’anhu.menghukumi mereka dengan menjatuhkannya (menganggapnya tiga kali), seraya beliau berkata: Engkau tidak boleh kembali kepada isterimu, sebab kamu sendiri yang menyengaja menceraikannya tiga kali. Saya pun setuju dengan pendapat ini (dianggap terjadi), sebab kebanyakan manusia sekarang suka mempermainkannya, di saat orang awam datang dan mengatakan bahwa dirinya telah menceraikan isterinya dalam keadaan haidh sejak sepuluh tahun yang lalu, dan Anda katakan padanya; Hal itu dianggap terjadi, lantas ia berkata padamu: Itu hanya talak di waktu haid dan dianggap talak bid'ah. Orang ini mengatakan demikian padahal dirinya awam. la tidak tahu mana pergelangan tangan di antara kumpulan manusia (ungkapan yang menunjukkan kebodohannya), dan ia mengatakan demikian sebab hawa nafsunya. 
Apakah mungkin kita fatwakan bahwa talak Anda tidak terjadi?! Jawab: Tidak mungkin kita lakukan demikian, sebab di pundak kita pertanggungjawaban yang sangat agung di hari Kiamat kelak. Bahkan kita katakan padanya: Anda telah mewajibkan diri Anda, maka hal itu harus Anda ikuti. Bagaimana menurutmu apabila isterimu telah habis masa `iddahnya dari penceraian itu dan ia menikah dengan laki-laki lain, apakah kamu akan mendatangi suami barunya dan berkata: `Perempuan ini isteri saya?!!' Tentu Anda tidak akan berkata seperti ini. Maka apabila dia berpendapat bahwa talak tiga itu berlaku (seperti pendapat kami), maka tentunya ia tidak akan membuka pintu (thalak) ini (untuk dipermainkan). 
Walhasil, talak dalam keadaan haidh mayoritas ulama menyatakannya berlaku. Dan pendapat yang mengatakan sebaliknya, Imam Ahmad mengomentarinya dengan perkataan beliau: Ini pendapat yang buruk, artinya tidak pantas untuk dijadikan pedoman. 

Contoh 4. 
Seseorang menjual satu uqiyah (ukuran) emas dengan satu setengah uqiyah, maka yang seperti ini dikatakan jual beli yang bathil (tidak sah), sebab Rasulullah saw bersabda: 
Jangan kalian menjual emas dengan emas kecuali dengan ukuran dan berat yang sama 
(HR. Bukhari, Muslim) 

Contoh 5. 
Seseorang shalat dengan mengenakan baju curian. Mayoritas ulama mengatakan: shalatnya sah, sebab larangan di sini tidak berkaitan dengan shalat tetapi larangannya hanya tentang mencuri baju. Apakah baju itu dipakai untuk shalat atau tidak, maka tidak berkaitan dengan shalat. Nabi saw sendiri tidak mengatakan: Janganlah kalian shalat dengan mengenakan baju curian. Beliau hanya melarang mencuri dan mengharamkannya dan tidak mengaitkannya dengan masalah shalat. 

Contoh 6 
Seseorang shalat sunnah tanpa adanya alasan pada saat waktu larangan shalat, maka amalannya ini tertolak sebab hal itu terlarang baginya. 

Contoh 7. 
Seseorang puasa pada hari raya `Idul Fithri, maka puasanya tertolak sebab ia melakukannya pada waktu larangan baginya. 

Contoh 8. 
Seseorang berwudhu' dengan air curian, maka hal itu tetap sah, sebab larangan di sini berkenaan dengan mencuri air. tidak berkenaan langsung dengan wudhu' dengan air tersebut. Apabila larangan dimaksud berkenaan dengan wujud ibadah itu sendiri, maka ibadah ini tidak sah. Tetapi bila larangan ini bersifat umum, maka hal itu tidak berkait dengan sah atau tidaknya suatu ibadah. 

Contoh 9 
Seseorang mencurangi temannya dengan cara menipunya dalam hal jual beli, maka hasil jual belinya tetap dikatakan sah, sebab larangan di sini hanya berkisar tentang tipu-menipu. Apabila orang yang tertipu ini menerima hasil jual belinya, maka hal itu tetap dikatakan sah. Rasulullah saw bersabda: 

Janganlah kalian menghadang al jalab (sebelum sampai ke pasar). Apabila kalian menemui (jalab) dan membeli sesuatu darinya, kemudian majikannya (orang kampung yang membawa jalab itu) mendatangi pasar, maka harus dilakukan pilihan (tawar menawar) kembali. (HR. Muslim) 

Al jalab adalah barang-barang yang dibawa oleh orang Arab perkampungan berupa hewan ternak, bahan makanan dan selainnya, [di mana mereka tidak mengetahui harga pasaran dari barangbarang dagangannya]. Dalam hal ini Rasulullah tidak mengatakan: Maka jual belinya bathil (tidak sah), bahkan telah sah, namun orang yang dihadangnya (orang kampung itu) berhak untuk mengadakan tawar-menawar harga lagi, karena ia menjadi pihak yang telah dirugikan. 

Harus dibedakan antara larangan yang berkaitan dengan wujud suatu amalan dengan sesuatu yang tidak berkaitan dengannya. Apabila berkaitan dengan wujudnya, maka tidak diragukan lagi bahwa hal itu tertolak (tidak benar), sebab jika Anda memaksanya menganggap benar, berarti Anda menentang Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika berkait dengan sesuatu di luar amalan, maka amalan tersebut tetap dikatakan shahih, dan dosa dalam amalan yang Anda amalkan (berupa menipu atau mencuri) adalah diharamkan (dengan dalil tersendiri). 

Contoh 10. 
Seseorang berhaji dengan harta curian, misalkan dengan mencuri unta kemudian berhaji dengan hasil penjualannya. Hajinya tetap shahih, dan inilah pendapat mayoritas ulama, akan tetapi dirinya berdosa dengan mencuri unta tersebut, atau dengan mencuri mobil misalkan. Sebab perbuatan mencuri ini ada di luar ibadah tersebut. Bukti (bahwa biaya haji itu di luar ibadah hajinya), ialah terkadang ada seseorang yang berhaji tanpa mengunakan biaya kendaraan. Sebagian ulama menghukuminya dengan tidak shahih, dan keputusan mereka ini dilantunkan dalam satu bait syair: 

إذا حججتَ بمالٍ أصلُهُ سُحْتٌ
ضفما حججتَ ولكنْ حجَّتِ العيرُ 

Jika kamu berhaji dengan harta yang asalnya dosa (haram) 
Maka kamu tidak berhaji, akan tetapi untanyalah yang berhaji. 

Dalam riwayat Muslim:Siapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang-bukan urusan (agama) kami, maka hal itu tertolak. Dalam riwayat ini tersurat bahwa apabila dalam suatu amalan tidak berlandaskan pada perintah Allah dan Rasul-Nya, maka hal itu secara pasti akan tertolak. Dalam masalah ibadah, tanpa diragukan lagi ketentuan ini berlaku, sebab perkara ibadah berpatokan pada prinsip yang baku (bahwa pada asalnya dilarang), hingga adanya dalil yang menjadikannya disyari'atkan. 

Jika ada seseorang mengadakan satu bentuk peribadatan kepada Allah Ta'ala, lalu orang lain mengingkarinya, kemudian ia balik bertanya: Apa dalilmu kalau hal itu perbuatan haram? Sanggahan seperti ini jelas mungkarnya. Maka pengingkar harus berkata: Dalilnya adalah bahwa pada dasarnya ibadah itu hukumnya terlarang, hingga adanya dalil yang mensyari'atkannya. Adapun pada selain ibadah (mu'amalah), hukum asalnya adalah boleh (selama tidak ada dalil yang melarangnya), baik yang berkaitan dengan pelakunya maupun perbuatannya, karena pada dasarnya berhukum halal/boleh. 

Contoh pelaku (perbuatan selain ibadah), misalnya: seseorang memburu burung untuk memakannya, lalu orang lain mengingkarinya. Kemudian ia menyanggah: Apa dalil keharamannya? Sanggahan dia benar, sebab asal hukum berburu burung adalah halal, berdasarkan firman Allah Ta'ala: 

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً 
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS. Al-Baqarah: 29) 

Contoh perbuatan pada selain ibadah yang hukum asalnya halal: si A mengerjakan sesuatu di rumahnya atau pada mobilnya, pakaiannya atau apa saja yang berkaitan dengan perkara dunia, kemudian si B mengingkarinya. Lalu si A menyanggah dan bertanya: Apa dalilmu mengharamkan perbuatan saya? Ucapanya A dibenarkan sebab asal perbuatannya dihalalkan. 

Inilah 2 kaidah yang sangat penting dan bermanfaat (yaitu bahwa ibadah itu hukum asalnya dilarang, sampai ada dalil yang melegalkannya. Sebaliknya, muamalah itu pada asalnya diperbolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya. 

Atas dasar ini, dalam masalah ibadah kita harus memperhatikan tiga kesimpulan 
1. Apa yang kita ketahui bahwa syariat membolehkan suatu ibadah, maka itu berarti disyariatkan 
2. Apa yang kita ketahui bahwa syariat melarangnya, maka berarti hal itu terlarang 
3. Apa yang tidak kita ketahui bahwa suatu hal tidak termasuk ibadah, maka hal itu terlarang 

Adapun dalam masalah muamalah, kitapun harus memperhatikan 3 tiga kesimpulan 
1. Apa yang kita ketahui bahwa syariat membolehkannya, maka hal itu berarti boleh, seperti amalan Rasulullah saw memakan keledai liar 
2. Apa yang kita ketahui bahwa syariat melarangnya, maka hal itu berarti dilarang 
3. Dan apa yang tidak kita ketahui ketentuan hukumnya, maka hal itu berarti dibolehkan, sebab hukum asal pada selain ibadah adalah boleh. 

Syarh Arbain Nawawiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin



http://perpustakaan-islam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76:syarat-suatu-amalan-dikatakan-mencocoki-sunnah&catid=39:fikih

Silsilah Keilmuan Ahlussunnah dari Jaman ke Jaman

Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم bersabda



  إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ


“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” [HR.Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani] 

Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم bersabda

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673]

Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak meriwayatkan Hadist :

● Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu                       (5374 Hadits)
● Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu            (2630 Hadits) 
● Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu                     (2286 Hadits) 
● Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha   (2210 Hadits) 
● Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu        (1660 Hadits) 
● Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu             (1540 Hadits) 
● Abu Sa’id Al Khudry radhiallahu ‘anhu         (1170 Hadits)

Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak berfatwa :

● Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
● Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu
● Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha
● Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu
● Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu
● Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu
● Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu

Tabi’in  (Generasi setelah Sahabat) :

● Ka`ab bin Mati` .............................  (wafat 32 H) (652 M)  
● Alqamah ........................................  (wafat 62 H) (681 M) 
● Masyruq bin al Ajda'.......................  (wafat 63 H) (682 M)
● Muhammad Ibnul Hanafiyyah......    (wafat 80 H) (700 M) 
● Muh. bin al Hanafiyah bin Ali Abi Thalib..(wafat 81 H) (701 M) 
● Sa’id bin Musayyab…………..….......    (wafat 90 H) (709 M)
● Urwah bin Zubair…………..…….......    (wafat 94 H) (713 M)
● Ali bin Husain Zainal Abidin….......    (wafat 93 H) (712 M)
● Sa’id bin Jubair ...............................(wafat 95 H) (715 M)
● Ibrahim an-Nakha’iy ...................... (wafat 96 H) (716 M)
● Zaid bin Wahab .............................  (wafat 96 H) (714 M)
● Abdullah bin Muhairaz/Ibnu Janadah...(wafat 99 H) (718 M) 
● Umar bin Abdul Aziz………….....    (wafat 101 H) (720 M)
● Atha' bin Yasar ..............................  (wafat 103 H) (722 M) 
● Amir bin Syarahil ............................  (wafat 103 H) (722 M) 
● Asy Sya’by .................................... (wafat 104 H) (722 M)
● Mujahid ibn Jabr............................(wafat 104 H) (722 M)
● Ikrimah .......................................... (wafat 105 H) (724 M)
● Ubaidillah bin Abdullah bin Umar... (wafat 106 H) (725 M)
● Salim bin Abdullah bin Umar .......... (wafat 106 H) (725 M)
● Thawus bin Kaisan al Yamani ........... (wafat 106 H) (725 M)
● Qasim bin Muh. bin abu bakar Ash Shiddiq (wafat 106 H) (725 M)
● Sulaiman bin Yasar al Madani .........  (wafat 107 H) (726 M) 
● Al Hasan Al Bashri………..…....…    (wafat 110 H) (729 M)
● Muh.  bin Sirrin………................    (wafat 110 H) (729 M)
● Raja` bin Haiwah .........................    (wafat 112 H) (731 M) 
● Thalhah bin Musharaf.....................  (wafat 112 H) (731 M) 
● Atha' bin Rabah ................................ (wafat 114 H) (732 M)
● Abu Ja`far Al-Baqir .......................   (wafat 114 H) (733 M) 
● Abu Bakar bin Amr bin Hazm...........  (wafat 117 H) (735 M)
● Maimun bin Mahran ........................   (wafat 117 H) (736 M) 
● Ibnu Abi Malikah ..........................    (wafat 117 H) (736 M)
● Ubadah bin Nusay al Kindi ...............  (wafat 118 H) (737 M)
● Nafi’ bin Hurmuz .............................. (wafat 117 H) (735 M)
● Qotadah As Sudusy …………............    (wafat 118 H) (736 M) 
● Muh bin Syihab Az Zuhri……............ (wafat 125 H) (743 M)
● Amr bin Dinar ................................    (wafat 126 H) (744 M)
● Abdul Karim bin Malik al Harrani.....  (wafat 127 H) (745 M)
● Abu Mashar Abdul A`la ad Damsyiqi...(wafat 128 H) (746 M)
● Yahya bin Abi Katsir al Yamani.........  (wafat 129 H) (747 M)
● Ayyub as-Sakhtiyani  ....................... .(wafat 131 H) (748 M)
● Muh. bin Al-Munkadir .....................  (wafat 131 H) (748 M)
● Abdullah bin Thawus Al-Yamani ......  (wafat 132 H) (750 M) 
● Umar bin Dzar Al-Murhabi ..............(wafat 135 H) (752 M)
● Zaid bin Aslam Al Madani ............... (wafat 136 H) (754 M)
● Rabi`ah Ar Ra-i..............................  (wafat 136 H) (754 M)
● Sulaiman At-Taimy ........................ .(wafat 143 H) (760 M)
● Ja`far bin Muhammad Ash-Shadiq .....(wafat 143 H) (761 M)
● Abdullah bin Syaudzab Al Khurrasani..(wafat 144 H) (762 M)
● Al A’masy .....................................     (wafat 148 H) (766 M) 
● Az Zubaidi ....................................      (wafat 148 H) (766 M)
● Ibnu Juraij.......................................  (wafat 150 H) (768 M) 
● Abu Hanifah An Nu’man  ….... (wafat 150 H) (767 M)...Hanafi
● Abdurrahman bin Yazid bin Jabir......(wafat 153 H) (770 M) 
● Ma'mar bin Rosyid .........................   (wafat 154 H) (770 M) 
● Syu’bah ibnu A-Hajjaj ......................(wafat 160 H) (777 M)
● Abdul Aziz bin Salman Al Majisyun ...(wafat 164 H) (781 M)
● Sa`id bin Abdul Aziz At Tanwikhi...... (wafat 167 H) (784 M)
● Hammad bin Salamah........................ (wafat 167 H) (784 M)  

Tabi’ut tabi’in (Generasi setelah Tabi’in), tokoh-tokoh mereka adalah :

● Muh. bin Muslim Ath Thaifi...........  (wafat 177 H) (794 M) 
● Malik bin Annas  ……….…....      (wafat 179 H) (796 M)...Maliki
● Nafi` bin Umar al Jamhi al Makki... (wafat 179 H) (796 M)
● Sallaam bin Sulaim al Kufi ...........  (wafat 179 H) (796 M) 
● Hammad bin Zaid.........................  (wafat 179 H) (796 M) 
● Al-Qadhi Abu Yusuf ...................   (wafat 182 H) (798 M)
● Abu Ishaq al Fazari ..................... (wafat 185 H) (802 M)  
● Fudhail bin 'Iyadh .................   (wafat 187 H) (803 M)
● Al Auza’i………...…………..……….     (wafat 198 H) (814 M)
● Sufyan Ats Tsauri……………..       (wafat 161 H) (778 M)
● Asy Syaibani ............................      (wafat 189 H) (804 M)
● Yahya bin Salim Ath Thaifi.........   (wafat 195 H) (811 M) 
● Sufyan bin Uyainah……………           (wafat 198 H) (814 M)
● Ismail bin Ulayyah………………        (wafat 198 H) (814 M)
● Abdurrahman bin Mahdi ............. (wafat 198 H) (814 M) 
● Al Laits bin Sa’ad…………...……        (wafat 175 H) (792 M)

Generasi setelah Tabi’ut tabi’in ,  diantaranya :

● Abdullah ibnu Al Mubarak…..   (wafat 181 H) (798 M)
● Waqi’ bin Jarrah……….….....………      (wafat 197 H) (813 M)
● Abdurrahman bin Mahdi………....      (wafat 198 H) (814 M)
● Yahya bin Said Al Qaththan……...       (wafat 198 H) (814 M)
● Ath Thoyalisi ................................   (wafat 204 H) (820 M) 
● Muh. bin Idris Asy Syafi’i  …   (wafat 204 H) (820 M)...Syafi’i
● Yazid bin Harun al Wasithi .............(wafat 206 H) (822 M) 
● 'Abdurrazaq bin Hammam ..........   (wafat 211 H) (827 M)
● Abdul Mulk bin Abdul Aziz ...........(wafat 212 H) (828 M)
● Sa'ad bin Rasyid .......................... (wafat 213 H) (828 M) 
● Addullah bin Yazid al Maqri al Makki.(wafat 213 H) (829 M)
● Abdullah bin Zubair al Humaidi al Makki .(wafat 219 H) (835 M) 
● Al Humaidi ..................................  (wafat 219 H) (835 M)
● Affan bin Muslim…………....……..        (wafat 219 H) (834 M), dan lain-lain.

Kemudian mereka yang menjalani manhaj mereka, diantaranya :

● Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam......... (wafat 220H) (835 M)
● Isma`il bin Abi Uwais al Madini .........   (wafat 226 H) (841 M) 
● Ahmad bin Yunus .............................  (wafat 227 H) (841 M) 
● Sa'd bin Mani' al Hasyimi ....................(wafat 230 H) (845 M) 
● Yahya bin Ma’in…………….......…..…...   (wafat 233 H) (848 M)
● Ali Ibnul Madini……………….......…....   (wafat 234 H) (849 M)
● Ibnu Abi Syaibah ……………...........…    (wafat 235 H) (850 M)
● Ibnu Qutaibah ................................    (wafat 236 H) (850 M) 
● Ishaq bin Rahawaih ..........................  (wafat 238 H) (852 M)
● Muh. bin Sulaiman al Mashishi..........   (wafat 240 H) (855 M) 
● Ahmad bin Hambal  ……......….    (wafat 241 H) (856 M)...  Hambali

Kemudian murid-murid mereka seperti :

● Muh.bin Aslam Ath-Thusi ........... (wafat 242 H) (856 M) 
● Ad Darimy…………………......…….    (wafat 255 H) (869 M)
● Al Bukhari ۩………………...……      (wafat 256 H) (870 M)
● Ahmad bin Sinaan Al-Qaththaan ...(wafat 258 H) (871 M) 
● Muslim  ۩................................    (wafat 261 H) (875 M)
● Al-Muzanniy ............................... (wafat 264 H) (878 M)            
● Abu Zur’ah………………...…....…        (wafat 264 H) (878 M)
● Abu Dawud  ۩……………......           (wafat 275 H) (889 M)
● Abu Hatim Ar Razy….……....            (wafat 277 H) (890 M)
● At Tirmidzi  ۩…………..…………     (wafat 279 H) (892 M)
● Abu Bakar bin Ani Khaitsamah....  (wafat 279 H) (892 M) 
● Ibrahim al Harbi.......................   (wafat 285 H) (899 M)  
● Abu Bakr 'Amr bin Abi 'Ashim ...    (wafat 287 H) (900 M)
● Ats Tsa'labi  ................................  (wafat 291 H) (903 M) 
● Al Bazzar....................................  (wafat 292 H) (905 M)
● Abu Mush`ab bin Abi Bakar Az-Zuhri ..(wafat 292 H) (905 M) 
● Al-Marwazi ................................. (wafat 294 H) (907 M) 
● Al Qasim as Sarqisthi..............      (wafat 302 H) (915 M)
● An Nasa’i  ۩………………….....…      (wafat 303 H) (915 M)
● Ibnu Hibban Al Busty………......     (wafat 304 H) (917 M)
● Abu Nashr bin Sallam Al-Faaqih .. (wafat 305 H) (917 M) 
● Ibnul Jarud ..............................    (wafat 307 H) (920 M)
● Abu Ya'la al Mushili .....................(wafat 307 H) (920 M)
● Ar Ruyani ...................................(wafat 307 H) (920 M), dan lain-lain

Orang-orang generasi berikutnya yg berjalan pada manhaj mereka :

● Ibnu Jarir At Thabari……….......    (wafat 310 H) (922 M) 
● Ibnul Khuzaimah…………........…   (wafat 311 H) (923 M)
● Al-Khallal .......................................   (wafat 311 H) (923 M) 
● As Siraj Abul Abbas .......................   (wafat 313 H) (926 M)
● 'Abu Awanah ...............................      (wafat 316 H) (929 M)
● Ibnu Abi Dawud ..........................       (wafat 316 H) (929 M)
● Al Asfarayini ..................................   (wafat 316 H) (928 M)
● Abu Bisyr Ad Daulaby ....................  (wafat 320 H) (932 M) 
● Ath Thahawy........................           (wafat 321 H) (933 M)
● Al 'Uqaili ....................................        (wafat 322 H) (934 M)
● Abu Ja'far al Buthuri ar Razzaz..........(wafat 329 H) (941 M)
● Muhammad Ibnu Sa’ad .................... (wafat 330 H) (941 M) 
● Abul Hasan al Asy 'ary..........          (wafat 330 H) (941 M)
● Al Barbahary ...........................      (wafat 329 H) (940 M)
● Ibnu Majah  ۩……………..…......          (wafat 333 H) (944 M)
● Ibrahim bin Syaiban .....................     (wafat 337 H) (948 M) 
● At Thabarany………….….............         (wafat 360 H) (970 M) 
● Al Ajurry .....................................     (wafat 360 H) (970 M)
● Ibnul Hamman Al-Hanafi ................   (wafat 361 H) (971 M) 
  Bid'ah Maulid Nabi pertama diadakan di Mesir (oleh Mu'iz Lidinillah dari Daulah Fatimiyah, 362 H)   
● As-Sajastani.....................................  (wafat 363 H) (973 M) 
● Ibnu As Sunni……………....…...........    (wafat 364 H) (974 M)
● Ibnu 'Adi.....................................       (wafat 365 H) (976 M)
● Abus Syaikh Ibni Hayyan...............     (wafat 369 H) (980 M)
● Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif ..(wafat 371 H) (981 M) 
● Ad Daruquthni……………...……....      (wafat 385 H) (995 M)
● Abu Hafs Ibn Syahin .........................  (wafat 385 H) (995 M) 
● Ibnu Baththah al Ukbari ............  (wafat 387 H) (997 M)
● Al Khaththabi.................................    (wafat 388 H) (998 M)
● Ibnu Khuwaiz Mindad al-Maliki ........ (wafat 390 H) (999 M) 

                                                                                     Tahun 1000 M              

● Al Mukhallash ...............................      (wafat 393 H) (1003 M) 
● Ibnu Mandah .............................      (wafat 395 H) (1005 M)  
● Ibnu Abu Zamanain ........................   (wafat 399 H) (1009 M)
● Al-Baqillani ....................................   (wafat 403 H) (1012 M) 
● Al Hakim………………......…....………    (wafat 405 H) (1014 M)
● Tamam ar Razi ...............................     (wafat 414 H) (1024 M) 
● Al Laalika-iy ..............................         (wafat 418 H) (1027 M)
● Ar Raghib al Ashfahany ............           (wafat 425 H) (1033 M)
● As Sahmi al Jurjani.......................       (wafat 427 H)  (1036 M)
● Al-Baghdadi ................................       (wafat 429 H) (1037 M) 
● Abu Nu'aim .................................      (wafat 430 H) (1039 M)
● Abu Bisyran.................................       (wafat 430 H) (1039 M)
● Utsman bin sa'id............................      (wafat 444 H) (1053 M)
● Ash Shabuni ..................................    (wafat 449 H) (1057 M)
● Al Qudaa-i ....................................    (wafat 454 H) (1062 M)
● Abu Muhammad bin  Hazm…........       (wafat 456 H) (1064 M)
● Abul Fadhl al-Maqri’......................      (wafat 454 H) (1062 M) 
● Al Baihaqy…………...….......………….   (wafat 458 H) (1066 M)
● Abul Qasim As-Sialari ..................     (wafat 460 H) (1067 M) 
● Ibnul Abdil Barr………….....………    (wafat 463 H) (1071 M)
● Al Khatib Al Baghdady……….........      (wafat 463 H) (1071 M)
● Al Baji..........................................       (wafat 477 H)(1085 M)
● Al Harawi ....................................      (wafat 481 H) (1089 M)
● Abul Muzhaffar as-Sam’ani ...........    (wafat 489 H) (1096 M) 
● Abu Hamid Al Ghazali ...............   (wafat 505 H) (1111 M) 
● Ad Dailamy .................................      (wafat 509 H) (1115 M) 
● Al Baghawi .................................       (wafat 516 H) (1122 M)
● Ath Thurtusi ...............................      (wafat 530 H) (1136 M)
● Abul Hasan al-Kurajiy asy-Syafi’i .... (wafat 532 H) (1137 M) 
● Ibnul Arabi (bukan Ibnu Arabi sang sufi). (wafat 543 H) (1149 M)
● Al Qadhi 'Iyadh ........................     (wafat 544 H) (1150 M) 
● Asy Syahrasytany .......................      (wafat 548 H) (1153 M)
● Abdul Qadir Jailani………….......      (wafat 561 H) (1166 M)
● Ibnu ‘Asakir………………..........…...      (wafat 571 H) (1176 M)
● 'Abdul Haq al Isybili.......................    (wafat 581 H) (1186 M)
● Al-Haazimi ...................................    (wafat 584 H) (1189 M)
● Salahudin al-Ayyubi ......................   (wafat 589H) (1194 M)
● Ali bin Abi Bakar Al-Marghinani....   (wafat 593 H) (1196 M) 
● Ibnul Jauzi .....................................   (wafat 597 H) (1201 M) 
● 'Abdul Ghani al Maqdisy.................   (wafat 600 H) (1204 M)
● Ibnu Al Atsir……………….................   (wafat 606 H) (1210 M)
● Abu Hafsh al Mu-addib.....................  (wafat 607 H) (1211 M) 
● Ibnul Qudamah……....……...…..…….    (wafat 620 H) (1223 M)
● Asy Sayzhuri ..................................  (wafat 642 H) (1244 M)
● Adh Dhiya' al Maqdisy...................... (wafat 643 H) (1246 M) 
● Ash Shaghani..................................  (wafat 650H)  (1252 M) 
● Al Mundziri……………...….......……      (wafat 656 H) (1258 M)
● Al Izz bin Abdussalam ................     (wafat 660 H) (1261 M) 
● Abu Syammah Asy Syafi'i ............    (wafat 665 H) (1266 M)
● Al Qurthuby...............................  (wafat 671 H) (1273 M)
● An Nawawy…………..…….....…....     (wafat 676 H) (1277 M)
● Abi Hamzah Al-Azdi Al-Andalusi ....  (wafat 695 H) (1295 M)
● Ibnu Daqiq Al-led ……...……..…..…    (wafat 702 H) (1303 M)
● Ibnul Manzhur ..............................  (wafat 711 H) (1312 M)
● Syamsyuddin Ubaidillah Ad Dimasyqi..(wafat 727 H) (1326 M)
● Ibnu Taimiyyah………………......   (wafat 728 H) (1327 M)
● Ibn Sayyid .....................................   (wafat 734 H) (1333 M) 
● Al Khatib at Tibrizy......................    (wafat 737 H) (1336 M)
● Al-Mizzi……………...………..………….   (wafat 742 H) (1342 M)
● Ibnu As Shalah………...…..…..…..…    (wafat 743 H) (1342 M)
● Ibnu Abdul Hadi ...........................   (wafat 744 H) (1343 M) 
● Adz Dzahaby…………...........……     (wafat 748 H) (1347 M)
● Ibnul Qoyyim Al Jauziah…….... (wafat 751 H) (1350 M)
● As Subki……………..…........………...     (wafat 756 H) (1355 M) 
● Az Zaila'i....................................      (wafat 762 H) (1361 M) 
● Syamsuddin Ibnu Muflih ..............   (wafat 763 H) (1361 M) 
● Ibnu Katsir………………....…..…….   (wafat 774 H) (1372 M)
● Asy Syatiby ...............................    (wafat 790 H) (1388 M)
● At-Taftazani ................................    (wafat 791 H) (1361 M)
● Ibnu Abil ‘Izz ..............................    (wafat 792 H) (1389 M) 
● Ibnu Rajab Al Hambali ………..    (wafat 795 H) (1393 M)
● Ibnul Mulaqqan .........................     (wafat 804 H) (1402 M)
● Al-Balqini ..................................     (wafat 805 H) (1403 M)
● Al Iraqi…………….........…………       (wafat 806 H) (1404 M)
● Al Haitsamy........................              (wafat 807 H) (1404 M)
● Zainuddin Al-Maraghi..................    (wafat 810 H) (1407 M) 
● Fairuz Abadi ..............................    (wafat 817 H) (1415 M)
● Badruddin al-’Aini .......................  (wafat 841 H) (1437 M)
● Ibnu Hajar Al ‘Asqalany............ (wafat 852 H) (1448 M)
● Badruddin Al Kinani ......................(wafat 861 H) (1457 M)
● Jalaluddin Mahalli (Tfsr Jalalain I)..(wafat 864 H/1455 M) 
● Ibnul Hammam ..........................     (wafat 869 H) (1465 M)
● Sakhawi ......................................    (wafat 902 H) (1497 M) 
● Ibnu 'Abdil Hadi ..........................    (wafat 909 H) (1504 M)
● Jalaluddin As Suyuthi (Tfsr Jalalain II).(wafat 911 H) (1505 M)
● As-Samhudi ..................................  (wafat 911 H) (1505 M) 
● Abul Hasan 'Araaq al-Kinani ..........  (wafat 963 H) (1555 M)
● Al-Hijawi.......................................  (wafat 967 H) (1559 M) 
● Ibnu Janim al Mishri.......................  (wafat 970 H) (1563 M)
● Asy Sya'rani .................................    (wafat 973 H) (1566 M)
● Al Haitami.....................................   (wafat 973 H) (1566 M)
● Ali bin Hisamuddin Al-Hindi ........... (wafat 975 H) (1567 M) 
● Ali Muttaqi ..................................   (wafat 975 H) (1568 M)
● Asy-Syarbini ................................   (wafat 977 H) (1569 M)
● Nuruddin Al-Harawi .....................  (wafat 1014 H) (1605 M)
● 'Ali al Qari.....................................   (wafat 1014 H) (1606 M)
● Al Munawi......................................   (wafat 1031 H) (1622 M)
● Mar'i Al-Karami Al-Muqaddasi ........ (wafat 1033 H) (1623 M) 
● Muh. Ibnu Sulaiman .......................    (wafat 1094 H) (1682 M)
● Muh. Hayat As-Sindi ......................   (wafat 1163 H) (1749 M)
● Ad Dahlawi.....................................   (wafat 1176 H) (1763 M)
● Ash Shan’ani………....…...…………     (wafat 1182 H) (1768 M)
● As-Safariniy ....................................  (wafat 1188 H) (1774 M)
● Ahmad Ad-Darudir ........................   (wafat 1201 H) (1786 M)
● Ibnu Abidin ..................................... (wafat 1203 H) (1789 M)
● Az-Zubaidi ...................................    (wafat 1205 H) (1791 M)
● Muh. bin Abdul Wahhab…..…..    (wafat 1206 H) (1791 M)
● Al Filani ........................................    (wafat 1218 H) (1804 M)
● Az Zarqani....................................    (wafat 1220 H) (1806 M)
● Ad-Dasuqi ....................................   (wafat 1230 H) (1814 M) 
● As Syaukany………....…...………       (wafat 1250 H) (1834 M)
● Abdu Al Hayyi Al Laknawi…....…      (wafat 1304 H) (1887 M)
● Muh. Shiddiq Hasan Khan............     (wafat 1307 H) (1890 M)

                                                                                     Abad 20 (Thn 1900)          

● Muh. Jamaluddin Al Qasimi ad Dimasyqi ...(wafat 1332 H) (1913 M)
● Abdullah bin Ja’far Al Kattany................    (wafat 1345 H) (1927 M)
● Syamsul Haq Al-Azhim ............................. (wafat 1349 H) (1930 M)
● Anwar Syah al-Kasymiri al-Hindi ............   (wafat 1352 H) (1933 M) 
● Badrudin Al-Hasani ................................. (wafat 1354 H) (1935 M)
● Muh. Rasyid Ridha ………...…................       (wafat 1354 H) (1935 M)
● Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.....  (wafat 1367 H) (1947 M)
● Ahmad Syakir.........................................    (wafat 1377 H) (1957 M)
● Al-Mu'allimi Al-Yamani ............................ (wafat 1386 H) (1966 M)
● Muh. bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh ..........    (wafat 1389 H) (1969 M)
● Muh. Amin Asy-Syinqithi ..................  (wafat 1393 H) (1973 M)
● Abdullah Muh. Ibnu Humayd .................   (wafat 1402 H) (1981 M) 
● Ihsan Ilahi Zhahir ...................................   (wafat 1407 H) (1986 M) 
● Hamud At-Tuwaijiri ...............................    (wafat 1413 H) (1992 M)
● Muhammad Dhiya`i.................................   (wafat 1415 H) (1994 M) 
● Badi'uddin As-Sindi ................................   (wafat 1416 H) (1995 M) 
● Muhammad Al-Jami ..............................    (wafat 1416 H) (1995 M)
● Hammad Al-Anshari .............................     (wafat 1418 H) (1997 M)
● Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz………(wafat 1999 M)
● Muh. bin Shaleh Al Utsaimin………..…  (wafat 1999 M)
● Muh. Nashiruddin Al Albani………..…   (wafat 1999 M)

                                                                        Abad 21 (Thn 2000)                    
  
● Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i….............…...    (wafat 2001 M)
● Abdul Qadir al-Arnauut .............................      (wafat 2004 M)
● Abdus Salam bin Barjas Aali Abdil Karim ....    (wafat 2004 M) 
● Al-Mubarakfuri .........................................       (wafat 2006 M)
● Ahmad bin Yahya An-Najmi.........................    (wafat 2008 M)  
● Bakar Abu Zaid ......................................       (wafat 2009 M) 
● Abdullah bin ‘Abdirrahman al Jibrin..... (wafat 2009 M)
● Abdullah Al Ghudayyan ................................  (wafat 2010 M)
● Syaikh  Muhammad bin Jamil Zainu................. (wafat 2010 M)
● Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
● Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
● Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah 
● Salim ‘Ied Al Hilaly hafidhahullah  
● Ali Hasan Al Halabi hafidhahullah
● Yahya al Hajury hafidhahullah
● Masyhur Hasan Salman hafidhahullah
● Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql hafidhahullah
● Abu Ishaq al-Huwainiy hafidhahullah
● Muh. bin Musa Alu Nashr hafidhahullah
● Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafidhahullah
● Muh. bin Abdirrahman Al-Khumais hafidhahullah
● Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidhahullah
________________________________________

Kemudian, untuk memperjelas, siapakah yang di maksud dengan Ulama? silahkan Klik disini



Data updated : Rabu, 23 Juni 2010, jam 15:40


Catatan :
Artikel ini adalah hasil dari pencarian dan pengumpulan data yang cukup lama.
Data dalam artikel ini masih akan terus di update.
Mohon di koreksi jika ada :
- kesalahan data, baik berupa tahun wafat maupun nama,
- nama-nama yang seharusnya tidak dicantumkan, namun ternyata tercantumkan
- juga jika ada usulan penambahan nama. Tafadhdhol.. 


Rujukan :
- Maraji' "Mulia dengan Manhaj Salaf", Yazid bin Abdul Qadir Jawa, Pustaka At Taqwa
- Maraji "Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah", Yazid bin Abdul Qadir Jawa, Pustaka Imam Syafi'i
- Maraji' "Sifat Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam", Syaikh Albany, Pustaka Ibnu Katsir
- "60 Biografi Ulama Salaf", Syaikh Ahmad Farid, Pustaka Al Kautsar 
- "Mukhtashar Ilmu Musthalahul Hadits", Drs. Fatchur Rahman, PT. Al Ma'arif.
- "Pengantar Ilmu Musthalahul Hadits", Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darul Qalam. 
- Al Bida' Al Hauliyyah, "Ritual Bid'ah dalam setahun", Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiry, Darul Falah.
- www.almanhaj.or.id
- www.darussalaf.or.id
- www.salafy.or.id 
- www.ahlulhadiits.wordpress.com
- www.salafyoon.net
thank you