Kamis, 18 November 2010

اَلْمَمْنُوعُ مِنَ الصَّرْفِ / غَيْرُ الْمُنْصَرِفِ

اَلْمَمْنُوعُ مِنَ الصَّرْفِ / غَيْرُ الْمُنْصَرِفِ
(Isim Ghoirul Munshorif)
Isim Ghoirul Munshorif adalah isim yang tidak boleh ditanwin dan dikasroh.
Syarat-syarat isim ghoirul munshorif:
1. Tidak sebagai mudhof (disandarkan pada isim yang lain)
Apabila isim ghoirul munshorif ini sebagai mudhof, maka batal hukumnya.
2. Terbebas dari alif dan lam
Apabila isim ghoirul munshorif ini memakai alif dan lam, maka batal hukumnya.
Kelompok isim yang masuk dalam kategori ghoirul munshorif
1. Bentuk jamak yang berpola مَفَاعِلُ (shighoh muntahal Jumu’)
2. Isim maqshur yang berjenis muannats
3. Isim mamdud yang berjenis muannats
4. Nama perempuan
5. Nama yang berpola فُعَلُ
6. Nama yang diakhiri dengan tambahan alif dan nun ان
7. Nama orang asing (selain arab) / nama ajam
Catatan:
1. Isim maqshur yang bukan kelompok muannats, maka tidak termasuk isim ghoirul munshorif.
2. Semua nama orang yang diakhiri dengan ta marbuthoh maka dia ghoirul munshorif walaupun digunakan untuk nama orang laki-laki.
3. Nama negara dan kota dikategorikan sebagai nama perempuan sehingga temasuk kelompok ghoirul munshorif.

Mengenal I’rob Suatu Kata

Dalam kaidah bahasa arab, ada yang dikenal dengan I’rob atau mu’rob yang menunjukkan perubahan syakl (biasa berarti perubahan harakat atau perubahan bentuk) akhir dari suatu kata disebabkan kedudukannya dalam kalimat. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui i’rob suatu kata dan bagaimana cara mengi’robnya??

Untuk pembahasan kali ini, kita akan membahas bagaimana cara mengi’rob suatu isim dari kalimat. Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu, apa saja isim-isim yang mu’rob, isim-isim menurut jenisnya dan bilangannya serta kedudukannya dalam kalimat, baik marfu’, mansub atau majrur, seperti fa’il, mubtada, khobar dan selainnya dalam pembahasan isim yang marfu, dengan bekal tersebut dapat memudahkan di dalam mengi’rob suatu kata.
Sebagai contoh adalah kata فَاطِمَةَ dalam kalimat:
Dengan berbekal pemahaman dari pembahasan sebelumnya, kita dapat mengetahui bahwa Fatimah merupakan isim muannats yang menunjukkan perempuan, dengan kata berbentuk tunggal (tidak ada tambahan alif dan nun atau alif dan ta’ yang menunjukkan jamak), dan dengan melihat kedudukannya dalam kalimat, kita bisa tahu ternyata Fatimah berkedudukan marfu sebagai na’ibul fa’il, karena fi’il yang digunakan adalah fi’il mudhori majhul (kata kerja pasif).
Bagaimana cara mengi’robnya dalam bahasa arab??
Banyak cara untuk meng’irob isim, namun yang termudah dan lebih baik adalah di awali dari keadaannya (marfu’, mansub atau majrur), syakal akhirnya (dhommah, fathah, kasrah, dll), jenis dan bilangannya, serta kedudukannya sebagai apa dalam kalimat. Sehingga I’rob dari kata فَاطِمَةَ dalam kalimat adalah:
Faatimatun marfu’un biddhommati liannaha ismu muannaatsin mufrodun naaibu fa’ilin (Fatimah marfu dengan dommah karena ia merupakan isim muannats tunggal, sebagai naibul fa’il)
Bisa mengi’robnya? Atau masih bingung? Kita berikan contoh lainnya.
Kata مَرْيَمُ jika dii’rob menjadi
Maryamu marfu’un bidhdhommati liannaha ismulladzi laa yanshorif mufrodun fa’ilun (Maryam, keadaannya marfu dengan dhommah karena ia termasuk isim la yansorif tunggal, sebagai fa’il).
Dari contoh-contoh di atas, apa sebenarnya manfaat kita mengi’rob suatu kata dalam kalimat?
Jawabnya, ketika seseorang sudah bisa meng’irob suatu kata dengan benar, dia akan mengetahui makna dari kalimat yang diberikan dengan benar, dan faidah apa terkandung di dalamnya, karena setiap kedudukan kata dalam bahasa arab mempunyai maksud-maksud tertentu, salah I’rob, salah arti, menyesatkan. Selain itu, ketika sudah lancar dalam mengi’rob, dia akan menjadi lancar di dalam membaca kitab gundul.
Nah, untuk dapat menguasai cara mengi’rob suatu kata, coba kerjakan soal-soal berikut:
I’roblah kata yang digarisbawahi:
Disamping mengerjakan soal-soal di atas, coba anda mengi’rob sendiri ketika anda sedang membaca al-qur’an, jika tidak tahu bisa ditanyakan kepada kami atau orang yang dianggap mengetahui.
Semoga dapat bermanfaat.

Tips-Tips Cepat Baca Kitab Gundul

Siapa yang ingin mengunduh mutiara, mesti harus menyelam. Untuk bisa membaca kitab gundul/kuning dengan cepat mestilah dengan usaha yang maksimal pula. Memang susah-susah mudah. Mengapa ana katakan susah-susah mudah? Sebab semuanya kembali pada:

  1. Kehendak-Nya yang memudahkan kita untuk cepat paham atau kehendak-Nya yang membuat kita sulit paham.
  2. kemudian metode atau cara kita mempelajarinya.
Para thalibul ilmi yang duduk dibangku pendidikan formal saja banyak yang kesulitan , apalagi yang diluar itu (walau tidak semua bahkan ada yang lebih Allah mudahkan). Memang bahasa Arab itu sangat komplek dan lengkap gramatikalnya apalagi jika kita mempelajarinya loncat-loncat tidak sistematis. Karena kesempurnaannya maka Allah menjadikan bahasa ini sebagai bahasa pengantar Al-Qur’an dan di dalamnya Allah telah memudahkan bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)
Aslinya, bahasa Arab itu sulit tapi Allah mudahkan, Allah telah mudahkan bagi kita dan Allah mudahkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Bandingkan dengan bahasa Inggris, apalagi Jepang dan Mandarin yang lebih sulit dan tidak ada jaminan dari Allah untuk memudahkannya tapi ramai peminatnya.
Tips-tips ini semoga bermanfaat bagi antum yang belajar lewat jalur non formal seperti ana, tapi insya Allah juga bermanfaat bagi antum yang duduk di jalur formal.
1) Selalu luruskan niat.
Ini yang paling penting dan terpenting, sebab jika pondasinya tidak kokoh maka dikawatirkan akan merusak dunia dan agama sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah dua ekor serigala kelaparan di giring kepada satu domba lebih merusak daripada kerakusan seseorang pada agama untuk tujuan kemuliaan dirinya (dimata manusia)” (HR. Tirmidzi).
Maka belajarlah hanya untuk mencari ridha Allah.
2) Cita-cita dan tekad baja.
Kemauan seseorang ada beberapa tingkatan, yaitu:
  • Khathir: yaitu kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat
  • Taraddud: yaitu kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak
  • Ham: yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas
  • ‘Azzam: yaitu cita-cita disertai tekad baja yang indikasinya bisa terlihat pada tindakan
Harus memiliki Ham dulu, mantapkan dalam hati dengan doa yang kuat, semoga Allah karuniakan fadhilah ini kepada kita dan mudahkan. Kemudian jadikan ham tersebut menjadi ‘azzam. Beli buku-buku, kursus, kuliah atau ke pesantren merupakan indikasi dari ‘azzamnya.
Jika belajarnya hanya dengan khathir atau taradud saja, ya… tidak akan bisa.
3) Istiqamah
Ketidakistiqamahan biasanya dari beberapa sebab;
  • Dari diri sendiri, karena malas, putus semangat, salah niat dsb
  • Dari metode atau muallimnya. Jika memang dari hal ini maka sebaiknya komunikasikan dengan muallim (pengajar).
4) Baca sebanyak-banyaknya referensi
Semakin banyak buku panduannya insya Allah akan mumdahkan kita untuk memahami materi, sebab adakalanya pembahasan di buku lain lebih mudah dicerna dan saling melengkapi.
5) Pahami dahulu baru hafalkan
6) Banyak-banyak praktek
Praktek ini sangat menentukan sekali sebab kita akan dipaksa untuk mengulang pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari walaupun praktek ini memerlukan kesabaran, keuletan dan ketekunan tinggi. Sebab bisa jadi untuk membaca 1 baris saja memerlukan waktu 1 jam apalagi jika kosa katanya harus cari satu persatu dalam kamus.
Praktek ini ada tiga cara:
  • Praktek sendiri tanpa bimbingan
  • Praktek dengan pendampingan orang yang lebih ahli
  • Ikut kajian kitab
7) Kesadaran bukan semangat
Belajar atau bekerja hanya berlandaskan semangat belaka akan luntur tatkala kesemangatan luluh. Jadi belajar dengan kesadaran, kesadaran akan pentingnya serta hukum wajibnya memepelajari bahasa Arab.
8) Ajarkan pada orang lain
Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu kita akan bertambah justru seringkali kita paham akan suatu bab tatkala hendak mengajarkan pada orang lain.
9) Berdoa sungguh-sungguh
Fa izda ‘azamta fatawakal ‘alallah…
Demikian semoga bermanfaat.
Sumber: alghaits.wordpress.com

Inna

Inna dan saudari-saudarinya merupakan huruf yang masuk pada susunan mubtada dan khobar, sehingga menashabkan mubtada dan merofa’kan khobar.
Mubtada’ yang telah dinashabkan oleh inna dan saudari-saudarinya dikenal dengan Isim Inna.
Khobar yang telah dirofa’kan oleh inna dan saudari-saudarinya dikenal dengan Khobar Inna.
Sehingga istilahnya menjadi berubah, dari mubtada menjadi isim inna dan khobar menjadi khobar inna.
Contoh:
إِنَّ اللهَ حَكِيْمٌ (Sesungguhnya Allah adalah Maha Bijaksana)
إِنَّ عَلِيًّا ذَكِيٌّ (Sesungguhnya Ali adalah Anak yang cerdas)
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ (Sesungguhnya Agama ini mudah)
Perincian kalimat:
1. ََّإِنَّ, أَن = Untuk Taukid (Menguatkan sesuatu)
Contoh:
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ (Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar)
وَاعْلَمُوْا أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ (Ketahuilah sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran)
2. لَيْتَ = Untuk berandai-andai
Contoh:
3. كَأَنَّ = Untuk Tasybih (Menyerupakan)
Contoh:
ٌكَأَنَّ عُمَرَ أَسَد (Seakan-akan Umar adalah singa)
4. لَكِنَّ = Untuk Menyatakan kebalikan dari kalimat sebelumnya
Contoh:
5. لَعَلَّ = Untuk pengharapan
Contoh:
Contoh:
لاَ رَجُلَ فِي الْبَيْتِ (Tidak ada seorang lelaki pun di dalam rumah itu)

Diagram Pembagian Khobar Inna
Macam-Macam Khobar Inna:
1. Mufrod
Contoh:
(Sesungguhnya keberadaan Surga adalah benar)
2. Jar Majrur
Contoh:
(Sesungguhnya Allah berada di atas langit)
3. Zharaf
Contoh:
(Sesungguhnya jalan keluar bersama dengan kesusahan)
4. Jumlah Ismiyyah
Contoh:
(Sesungguhnya anaknya Umar adalah anak shalih)
5. Jumlah Fi’liyyah
Contoh:
(Sesungguhnya Allah Melihat)

Diagram Isim Inna Murob Dan Mabni
Isim Inna terbagi dua, yang berupa isim Mu’rob dan Mabni.
A. Isim Inna yang berupa isim mu’rob
Contoh:
إِنَّ مُحَمَّدًا جَالِسٌ (Sesungguhnya Muhammad duduk)
إِنَّ اللاَّعِبِيْنَ مُجِدُّوْنَ (Sesungguhnya para pemain itu bersungguh-sungguh)
B. Isim inna yang berupa isim mabni
Contoh:
إِنَّهَا قَائِمَةٌ (Sesungguhnya dia -perempuan- berdiri)
إِنَّكَ أُسْتَاذٌ (Sesungguhnya kamu adalah seorang ustadz)
إِنِّي طَالِبٌ (Sesungguhnya aku adalah seorang pelajar)

Catatan Khobar Inna:
1. Untuk menentukan mana isim inna dan khobarnya, terlebih dahulu harus dicari mana mubtada dan khabarnya, sehingga apabila didapatkan khobar di depan atau mubtada di belakang maka isim dan khobar inna juga menyesuaikan.
Contohnya adalah kalimat:
فِي الْبَيْتِ الرَّجُلُ (Seorang laki-laki itu di dalam rumah)
Maka kata فِي الْبَيْتِ adalah khobar muqoddam, sedangkan الرَّجُلُ adalah mubtada muakhkhor.
Sehingga apabila kemasukan inna, kalimatnya menjadi:
2. Jika mubtada berbentuk dhomir maka isim inna menyesuaikan,
Contoh:
Menjadi,
Contoh lain:
Menjadi,

Tashrif Inna:
Tashrif Inna Bersama Dhomirnya




thank you