Rabu, 15 Desember 2010

Tips Menjadi Pribadi Yang Dicintai

Menjadi Pribadi Yang Dicintai

Remaja Muslim, di antara kita mungkin ada yang merasa kurang pandai bergaul, sehingga teman-teman kita terkesan menjauhi dan tidak mencintai kita. Sebenarnya, tidak sulit kok, untuk membuat teman-teman menyukai kita. Tapi, tentu saja butuh usaha untuk membuat orang disekeliling kita bahagia ketika berada di dekat kita.
Nah, berikut ini beberapa tips, yang Insya Allah bisa membuat kalian dicintai banyak orang. Dipraktikkan iah??

BERSIKAP POSITIF...
Segala hal baik berawal dari sikap positif. Mulai dari ber-husnuzhon (berprasangka baik) kepada orang lain hingga selalu melihat berbagai hal dari sisi positifnya. Sikap positif membuat tidak gampang stres, tidak mudah su'uzhon, dan membuat orang lain tidak takut untuk mendekat kepadamu.

TUNJUKKAN WAJAH CERIA...
Berada di dekat orang yang ceria dan periang, bisa membuat kita enjoy dan melupakan sejenak beban masalah yang kita hadapi. Orang yang ceria dan selalu meyegarkan suasana, tentu akan selalu dinanti kehadirannya. Tersenyumlah! Karena ketika seseorang tersenyum, tubuh memproduksi hormon yang bisa membuat perasaan senang. Lagipula, bukankah Nabi kita melarang kita bermuka masam ketika berjumpa dengan teman kita? So, tunjukkan wajah ceriamu!

BERSIKAPLAH RAMAH...
Sikap ramah adalah lawannya jutek atau ketus. Karena ramahlah, orang tidak ragu untuk tersenyum dan menyapa. Sikap ramah bisa mendatangkan kesan positif, karena akan membuat orang yang berhadapan denganmu merasa diterima dan dihargai.

JADIKAN DIRIMU RINGAN TANGAN...
Teman sejati adalah yang mau menemani dalam suka dan duka. Yang mau membantu ketika temannya membutuhkan, atau dalam kesulitan. Bukan hanya mendekat, saat temannya mendapat nikmat. Jangan tunggu diminta untuk mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Bukankah kita pun akan senang, bila ada yang menawarkan bantuan saat kita dalam kesulitan??

BERSIKAP RENDAH HATI, JANGAN SOMBONG...
Jauhkan dirimu dari sikap sombong, yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, serta manusia pada umumnya. Berbeda dengan rendah hati yang merupakan kelemahan, justru rendah hati mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanyalah yang bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi, makin menunduk.

PERCAYA DIRILAH!...
Orang yang punya percaya diri biasanya selalu merasa nyaman dan tak pernah merasa terancam dengan situasi atau orang-orang disekitarnya. Ia akan selalu tampak tenang di mana saja. Dengannya, menimbulkan kewibawaan yang membuat orang lain lebih hormat.

JADILAH PEMAAF...
Dendam dan iri hati adalah salah satu ciri penyakit hati yang paling sering datang menyerang. Selain mencemari hubungan, penyakit ini juga bisa membuat perasaan tak nyaman. Karenanya seorang yang lapang hati akan selalu merasa bahagia. Mereka pun dicintai orang lain karena menularkan kebahagiaan tersebut ke sekelilingnya. Tapi...jangan hanya mengangguk ketika menerima permintaan maaf dari orang lain. Yang lebih penting, hapuslah atau lupakanlah kesalahan tersebut dari hatimu.

JUJURLAH SELALU...
Kata orang, harga kejujuran lebih mahal daripada emas. Coba bayangkan bila kamu punya teman hobi bohong. Selain bisa bikin salah paham, kebohongan juga bisa merugikan orang lain. Makanya, jangan heran bila orang jujur dicintai semua orang. Biasakanlah berkata dan berlaku jujur dalam berbagai kesempatan.

JADILAH PEMBERANI...
Orang pemberani adalah mereka yang tidak takut menyuarakan isi hatinya. Mereka juga tidak gentar mengambil posisi sebagai minoritas, asalkan hal itu sesuai dengan prinsipnya. Biasanya, mereka yang memiliki sifat seperti ini paling sering menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk berani tampil beda. Jadi jangan pernah takut berbicara karena tak ingin menjadi berbeda.

BERSIKAPLAH ADIL...
Sikap adil berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya. Untuk bisa berlaku adil, belajarlah mengamati peristiwa dari berbagai sudut pandang. Dengan begitu, penilaianmu tidak akan condong pada satu sisi saja. Dalam berteman, sikap adil juga bisa diartikan dengan tidak membeda-bedakan teman, misalnya antara si kaya dan si miskin, si rupawan dan si buruk rupa. Hanya saja, dalam berteman kamu memang harus tetap “pilih-pilih”. Jauhilah teman yang buruk akhlaknya dan tidak seakidah. Kecuali jika kamu biasa mendekati dan mendakwahinya, bukan kamu yang malah menjadi sepertinya.

Jika hal tersebut sudah ada pada dirimu, Insya Allah kamu akan dicintai oleh teman-temanmu.
Jadi, wahai Sobat Remaja Muslim, mari kita semua katakan:
“TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK DICINTAI TEMAN-TEMAN!!!”



Penyusun : rn, mahasiswa STDI Imam Syafi'i [www.stdi.imam-syafii.or.id]
Sumber : majalah elfata -media muslim remaja- (edisi 11 – 2009) [www.majalah-elfata.com]

Beberapa Faedah Seputar Waktu

  1. 1.       Ilmu Dibutuhkan Di Setiap Waktu
        Setiap langkah dan gerak manusia telah ditentukan tata caranya dalam syari'at, sehingga kebutuhan kita kepada ilmu jauh melebihi kebutuhan kepada makanan dan minuman.
        Imam Ahmad berkata: “Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman. Hal itu karena makanan dan minuman diperlukan dalam satu hari sekali atau dua kali, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu”. (Miftah Dar Sa'adah, Ibnul Qoyyim, I/301-tahqiq Syaikh Ali Hasan)


  1. 2.        Lebih Bakhil Dengan Waktu Daripada Harta
        Mengingat besarnya nilai waktu bagi kehidupan seorang muslim dalam ketaatan kepada Allah, maka sebagian salaf dahulu sangat pandai dalam memanfaatkan waktu yang dimilikinya.
        Al-Hasan berkata: “Aku telah bertemu dengan kaum yang mana salah seorang di antara mereka lebih bakhil dengan usianya daripada dengan dirham-dirham dan dinar-dinarnya”. (Al-Zuhd, Ibnu Mubarak, no.8)
  1. 3.         Thalabul 'Ilmi Di Waktu Muda
        Ketika seseorang masih kecil, dan dia menghafal sesuatu masalah ilmiah, maka ia akan lebih melekat dan lebih menghujam dalam dirinya. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh al-Hasan: “(Menuntut) ilmu pada waktu kecil itu laksana mengukir di atas batu”. (Al-Madkhal Ila as Sunan al-Kubra, al-Baihaqi (no.640, hal.375), al-Faqih wa al-Mutafaqqih (II/91 tashhih Syaikh Muhammad Ismail al-Anshari)
        Di antara pengalaman yang telah dialami oleh 'Alqomah adalah sebagai berikut, beliau mengatakan: “Apa saja yang aku hafalkan ketika aku masih muda, seakan-akan aku sekarang membacanya dari sebuah buku catatan”. (Al-Madkhal Ila as-Sunan al-Kubra, al-Baihaqi no.642, hal.376)
  1. 4.         Pencuri Waktu, Mengobrolkan Perkara yang Tidak Perlu
       Salah satu sebab hilangnya waktu yang amat mulia bagi seorang muslim adalah dengan cara diajak mengobrol oleh orang yang banyak bicara, padahal obrolannya bukanlah tentang perkara yang banyak manfaatnya. Oleh karena itu ada yang mengatakan: “Barangsiapa yang banyak bicara kepadamu, maka ia mencuri waktumu dan menjadikan waktumu hilang dengan sia-sia”. (Ta'lim al-Muta'allim, hal.127)
  1. 5.       Tidak Menghabiskan Waktu, Dengan Membahas Tentang “si Fulan dan si Fulan.”
      Syaikh Ali menjelaskan bahwa Syaikh Ahmad an-Najmi telah ditanya sebagaiman dalam kitabnya al-Kawasyif al-Jaliyyah, (hal.27-28) tentang orang-orang yang menyibukkan diri-diri mereka dengan membicarakan tentang kaum hizbiyyin
ag
 dan tentang perkataan mereka: “Bagaimana pendapat Anda tentang Fulan? Bagaimana pendapat Anda tentang Fulan?”
       Terhadap pertanyaan ini, Syaikh an-Najmi menjawab: “Sesungguhnya mubalaghah (berlebih-lebihan) dalam masalah-masalah ini akan mengeluarkan penuntut ilmu dari lingkaran kebenaran kepada jadal (perdebatan) dan menyia-nyiakan waktu dengan membicarakan yang tidak menghasilkan faedah, bahkan seseorang menjadi berada dalam halaqah yang kosong. Ini tidak sepantasnya.
       Bahkan yang wajib (dilakukan) oleh penuntut ilmu adalah menyibukkan waktunya dalam taat kepada Allah, meneliti masalah ilmiyyah dan menghadiri halaqah-halaqah.
       Tidak mengapa mendengar tahdzir (peringatan tentang bahaya kaum hizbiyyin) dari mereka -yaitu dari ulama ahlu sunnah- dan penjelasan tentang sifat-sifat mereka agar dapat berhati-hati dari mereka.
       Adapun sekiranya kita menjadikan semua waktu kita dalam membicarakan tentang mereka dan tidak menyibukkan dengan thalabul 'ilmi yang akan memberikan manfaat untuk kita, maka -tidak diragukan lagi- bahwa ini adalah kesalahan yang besar dan kekeliruan yang fatal”. (Manhaj as-Salaf ash-Shalih fi Ushul an-Naqd wa al-Jarh wa an-Nasha-ih, karya Syaikh Ali al-Halabi, ad-Dar al-Atsariyyah, hal.83-84)

[Roni Abu Ahnaf]
dikutip dari majalah adz-dzakiiroh..

Agar Hati Tak Membatu

Segala puji bagi Allah, yang membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi-Nya, teladan bagi segenap manusia, yang menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus menuju ampunan dan ridha-Nya. Amma ba’du.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.” (al-Fawa’id, hal. 95).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh celaka orang-orang yang berhati keras dari mengingat Allah, mereka itu berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. az-Zumar: 22).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, “Maksudnya, hati mereka tidak menjadi lunak dengan membaca Kitab-Nya, tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya, dan tidak merasa tenang dengan berzikir kepada-Nya. Akan tetapi hati mereka itu berpaling dari Rabbnya dan condong kepada selain-Nya…”(Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 722).

Ciri-Ciri Orang Berhati Keras
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa ciri orang yang berhati keras itu adalah tidak lagi merespon larangan dan peringatan, tidak mau memahami apa maksud Allah dan rasul-Nya karena saking kerasnya hatinya. Sehingga tatkala setan melontarkan bisikan-bisikannya dengan serta-merta hal itu dijadikan oleh mereka sebagai argumen untuk mempertahankan kebatilan mereka, mereka pun menggunakannya sebagai senjata untuk berdebat dan membangkang kepada Allah dan rasul-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 542)
Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran dari nasehat-nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti. Inilah salah satu bentuk hukuman terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada petunjuk dan kebaikan yang disampaikan kepadanya kecuali justru memperburuk keadaannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225).
Orang yang memiliki hati semacam ini, tidaklah dia menambah kesungguhannya dalam menuntut ilmu melainkan hal itu semakin mengeraskan hatinya… Wal ‘iyadzu billah (kita berlindung kepada Allah darinya)… Maka sangat wajar, apabila sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan kita semua, “Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi hakekat ilmu itu adalah rasa takut.” Abdullah anak Imam Ahmad pernah bertanya kepada bapaknya, “Apakah Ma’ruf al-Kurkhi itu memiliki ilmu?!”. Imam Ahmad menjawab,“Wahai putraku, sesungguhnya dia memiliki pokok ilmu!! Yaitu rasa takut kepada Allah.” (lihat Kaifa Tatahammasu, hal. 12).

Sebab Hati Menjadi Keras
Sebab utama hati menjadi keras adalah kemusyrikan. Oleh sebab itu Ibnu Juraijrahimahullah menafsirkan ‘orang-orang yang berhati keras’ dalam surat al-Hajj ayat 53 sebagai orang-orang musyrik (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/326]). Demikian pula orang-orang yang bersikeras meninggalkan perintah-perintah Allah dan orang-orang yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah (baca: ahlul bid’ah); mereka menyelewengkan maksud ayat-ayat agar cocok dengan hawa nafsunya. Orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang berhati keras (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225). Selain itu,  faktor lain yang menyebabkan hati menjadi keras adalah berlebih-lebihan dalam makan, tidur, berbicara dan bergaul (lihat al-Fawa’id, hal. 95)

Lembut dan Kuatkan Hatimu!
Sudah semestinya seorang muslim -apalagi seorang penuntut ilmu!- berupaya untuk memelihara keadaan hatinya agar tidak menjadi hati yang keras membatu. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa hati seorang hamba akan menjadi sehat dan kuat apabila pemiliknya menempuh tiga tindakan:
  1. Menjaga kekuatan hati. Kekuatan hati akan terjaga dengan iman dan wirid-wirid ketaatan.
  2. Melindunginya dari segala gangguan/bahaya. Perkara yang membahayakan itu adalah dosa, kemaksiatan dan segala bentuk penyimpangan.
  3. Mengeluarkan zat-zat perusak yang mengendap di dalam dirinya. Yaitu dengan senantiasa melakukan taubat nasuha dan istighfar untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukannya (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 25-26)
Sungguh indah perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah“Setiap hamba pasti membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk menyendiri dalam memanjatkan doa, berzikir, sholat, merenung, berintrospeksi diri dan memperbaiki hatinya.” (dinukil dari Kaifa Tatahammasu, hal. 13). Ibnu Taimiyah juga berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Maka apakah yang akan terjadi apabila seekor ikan telah dipisahkan dari dalam air?” (lihat al-Wabil ash-Shayyib). Ada seseorang yang mengadu kepada Hasan al-Bashri, “Aku mengadukan kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka beliau menasehatinya, “Lembutkanlah ia dengan berdzikir.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan ketekunan berdzikir kepada-Nya.” (lihat al-Fawa’id, hal. 95)

Langkah Selanjutnya?
Dari keterangan-keterangan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa untuk menjaga hati kita agar tidak keras dan membatu adalah dengan cara:
  1. Beriman kepada Allah dan segala sesuatu yang harus kita imani
  2. Mentauhidkan-Nya, yaitu dengan mempersembahkan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya dan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya
  3. Melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya
  4. Meninggalkan perbuatan dosa, maksiat dan penyimpangan
  5. Banyak mengingat Allah, ketika berada di keramaian maupun ketika bersendirian
  6. Banyak bertaubat dan beristighfar kepada Allah untuk menghapus dosa-dosa kita
  7. Menanamkan perasaan takut kepada Allah dan berusaha untuk senantiasa menghadirkannya dimana pun kita berada
  8. Merenungi maksud ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
  9. Selalu bermuhasabah/berintrospeksi diri untuk memperbaiki diri dan menjaga diri dari kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu
  10. Bergantung kepada Allah dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya
Ya Allah, lunakkanlah hati kami dengan mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu…

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Life Is A Style? (Bag. II)

Pada peperangan Qadisiyah, pasukan umat Islam yang berjumlah 30.000 personil, dibawah komando sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas, menghadapi pasukan Persia yang berjumlah 200.000 personil. Sebelum peperangan dimulai, panglima perang Persia meminta agar umat Islam mengutus seorang juru runding guna berunding dengannya. Memenuhi permintaan ini, sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas mengutus Rib'i bin 'Amir.
Setibanya Rib'i di pertendaan Panglima Persia yang bernama Rustum, ia mendapatkan tenda Rustum telah dihiasi dengan permadani berhiaskan emas, sutra, permata, intan berlian dan hiasan indah lainnya.


Sedangkan Rustum dengan mengenakan mahkota dan berbagai aksesoris mewah lainnya, telah duduk menunggunya di atas kursi yang terbuat dari emas. Sedangkan Ribi'i datang dengan mengenakan pakaian yang kedodoran karena kebesaran, menenteng sebilah pedang, sebatang tombak, perisai, dan menunggangi kuda yang pendek. Ribi'i terus berjalan sambil menunggangi kudanya, hingga kudanya menginjak ujung permadani tenda Rustum. Selanjutnya ia turun dan menambatkan kudanya dibeberapa bantal sandaran yang ada di tenda Rustum. Ia maju menghadap ke Rustum dengan tetap menenteng pedangnya, mengenakan baju dan topi besinya.Menyaksikan ulah Ribi'i ini, sebagian pengawal Rustum menghardiknya dengan berkata: Letakkan senjatamu!
Tanpa gentar, Rabi'i menanggapi hardikan itu dengan berkata: Bukan aku yang berinisiatif untuk datang ke tempat kalian, akan tetapi kalian yang mengundangku untuk datang. Bila kalian tidak suka dengan caraku ini, maka aku akan kembali. Mendengar perdebatan ini, Rustum berkata: Biakan ia masuk.
Tatkala Rib'i dizinkan masuk, tidak diduga, ia menghunjamkan tombaknya ke setiap bantal sandaran sutra yang ia lalui. Setiba dihadapan Rustum, ia bertanya kepada Ribi'i: Apa tujuan kalian datang kemari? Ribi'i segera menjawab dengan tegas: Kami datang untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan kepada sesama manusia, menuju kepada perbibadatan kepada Allah, dari himpitan hidup dunia kepada kelapangan hidup di akhirat, dari penindasan tokoh-tokoh agama, ke dalam naungan keadilan agama Islam. Allah mengutus kami untuk menyebarkan agama-Nya kepada seluruh umat manusia. Barang siapa yang menerima seruan kami, maka kami menerima keputusannya itu dan kamipun segera kembali ke negri kami. Sedangkan orang yang enggan menerima seruan kami, maka kami akan memeranginya, hingga kita berhasil menggapai janji Allah.Spontan Rustum dan pasukannya kembali bertanya: Apa janji Allah untuk kalian? Ribi'i menjawab: Orang yang gugur dalam perjuangan ini mendapatkan surga dan kejayaan bagi yang selamat. (Al Bidayah wa An Nihayah oleh Ibnu Katsir 7/46-47).
Demikianlah, bila harga diri seseorang tertanam kuat dalam jiwanya. Ia tidak menjadi gentar atau rendah diri walaupun penampilannya serba pas-pasan sedangkan lawan bicaranya lengkap dengan berbagai aksesoris yang menyilaukan mata.
Saudaraku! Anda bisa bayangkan, andai anda dengan perlengkapan yang ditugasi untuk menemui panglima perang Persia dengan perlengkapan yang demikian itu, kira-kira bagaimana perasaan dan sikap anda?
Rasulullah r bersabda :

(رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ). رواه مسلم
"Bisa saja seseorang berpenampilan kumuh, selalu diusir orang karena dianggap remeh, akan tetapi bila ia bersumpah memohon kepada Allah, maka Allah pasti memenuhi permohonannya." Riwayat Muslim.
Sebaliknya! Walaupun berbagai aksesoris yang berkilau, indah nan mahal harganya telah melekat pada diri anda, akan tetapi anda jauh dari Allah, bergelimang dalam kemaksiatan, maka kehinaan akan melekat selalu di kening anda.Al Hasan Al Bashri berkata:

إِنَّهُم ـ يعني أَهْلَ المَعَاصِي وَالذُّنُوبِ ـ وَإِنْ هَمْلَجَتْ بِهِمُ البَرَاذِيْنُ وَطَقْطَقَتْ بِهِمُ البِغَالُ ، إنَّ ذُلَّ المَعْصِيَةِ لَفِي قُلُوبِهِمْ، أَبَى اللهُ إِلاَّ أَنْ يُذِلَّ مَنْ عَصَاهُ
"Sesungguhnya mereka –para pelaku kemaksiatan dan dosa- walaupun menunggangi kuda yang gagah, dibuat melenggak-lenggok oleh keledai yang mereka tunggangi, akan tetapi kehinaan akibat amal kemaksiatan senantiasa melekat di hatinya. Allah tidak akan menimpakan kepada orang yang bermaksiat kepanya-Nya kecuali kehinaan."
Haramkah Anda Berpakaian Bagus?Saudaraku! Mungkin anda bertanya: bila demikian, apa itu artinya umat Islam harus berpenampilan kumuh, kusut, tidak rapi dan meninggalkan segala keindahan dunia?
Tidak demikian saudaraku! Besarkan hati anda, tidak perlu kawatir, andai tetap dibenarkan untuk mencicipi berbagai keindahan dunia. Dan bahkan sebaliknya, berbanggalah menjadi umat islam, karena Allah Ta'ala menciptakan segala isi dunia tiada lain kecuali untuk kepentingan anda.

)هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً( البقرة 29
"Dialah Allah Yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu." (QS. Al Baqarah : 29). Pada ayat lain Allah berfirman:

)قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ( الأعراف 32
"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik". Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Al A'raf : 32).
Pada suatu hari Rasulullah r bersabda:

(لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ). قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ: (إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ). رواه مسلم
"Tidak masuk surga orang yang di hatinya terdapat sebesar debu dari kesombongan." Spontan salah seorang sahabat Nabi terkejut dan bertanya : "Sesungguhnya ada orang yang suka bila berpakaian bagus, dan mengenakan sendal yang bagus pula." Rasulullah r menanggapi pertanyan ni dengan bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Indah, mencintai keindahan. Kesombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (H.R. Muslim).
Pendek kata: Harga diri anda hanya ada di dalam jiwa anda. Bila anda berjiwa besar karena dekat dengan Allah Yang Maha Besar dan Agung, sumber segala kebesaran, maka tanpa aksesoris yang macam-macampun anda tetap percaya diri. Sebaliknya, bila jiwa anda kerdil karena jauh dari Allah Yang Maha Besar dan Agung, maka apapun aksesoris yang anda sematkan pada diri anda, maka tidak akan dapat mengangkat derajat anda. Percayalah saudaraku!
Diantara aplikasi nyata keyakinan ini anda akan selalau membeli segala kebutuhan anda tepat guna dengan harga yang tepat pula dan tidak pernah membeli produk hanya karena pertimbangan mereknya.
<;span style="font-size: small;">Sebagaimana anda tidak menjadi latah dengan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Anda tetap percaya diri walaupun aksesoris yang anda kenakan telah expire date, karena anda percaya bahwa harga diri anda terletak pada iman dan taqwa anda yang tidak pernah kadaluwarsa.
Akhirnya, saya mohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan, semoga Allah Ta'ala melimpahkan kemurahan-Nya kepada kita semua, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang besar karena besarnya iman yang melekat di dada. Wallahu a'alam bisshawab.

[Dr.  Muhammad Arifin bin Badri, MA. ]

Life Is A Style? (Bag. I)

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan shahabatnya. Amiin
Saudaraku, anda pernah mendengar motto : Life is a style? Atau mungkin anda termasuk yang terinspirasi oleh motto ini? Kalau anda adalah orang jawa, saya yakin anda diajari motto: "ajining rogo soko busono" (harga diri tercermin dari pakaian)".


Saudaraku! Coba anda bayangkan, apa perasaan anda ketika sedang berpenampilan perlente, semerbak wangi, pakaian, sepatu, jam tangan, tas dan lain sebagainya serba bermerek, dengan harga selangit.

Bahkan tidak jarang dari saudara kita yang beranggapan bahwa agar penampilannya lebih sempurna, ia masih perlu untuk menyisipkan sebatang rokok putih di bibirnya.Kereen, waah, dan penuh percaya diri. Kira-kira begitulah perasaan yang bergemuruh dalam jiwa anda kala itu. Bukankan demikian saudaraku?
Sebaliknya: Bayangkan anda sedang berpenampilan gembel, baju compang camping, sendal jepit, berjalan di salah satu pusat belanja tersohor di kota anda. Bagaimana perasaan anda saat itu? Mungkinkah saat itu anda bisa tampil dengan percaya diri dan tetap menegakkan kepala, apalagi membusungkan dada?
Saudaraku! Anda pernah berkunjung ke Cibaduyut-Bandung? Betapa banyak produk dalam negri dengan mutu ekspor seret di pasaran dalam negri. Program cinta produk dalam negri senantiasa kandas, dan hanya sebatas isapan jempol sesaat, dan segera sirna.
Sebaliknya, berbagai produk dalam negri setelah diberi lebel oleh perusahaan asing, begitu laku di pasar, dan tentunya dengan harga yang berlipat ganda.
Saudaraku! Mari kita merenung sejenak, dan bertanya: Sejatinya, harga diri saya terletak dimana? Mungkinkah harga diri saya terletak pada pakaian, sepatu, jam, dan berbagai produk lainnya?.

Bila jawabannya tidak, lalu mengapa ketika berbelanja anda memilih barang dengan merek-merek terkenal yang harganya selangit? Padahal banyak merek lain, produk dalam negri, mutu yang sama dan tentunya dengan harga yang jauh lebih murah tidak masuk dalam nominasi daftar belanja anda?Saudaraku! Atau mungkinkah kepercayaan diri anda terletak pada sepuntung rokok yang tidak lama lagi akan anda injak dengan sepatu anda?

Betapa sengsaranya diri anda bila anda beranggapan bahwa harga diri dan kepercayaan anda hanya tumbuh bila anda melengkapi diri anda dengan berbagai produk orang lain. Sehingga bila pada suatu saat anda tidak dilengkapi dengan berbagai aksesoris, anda merasa kurang percaya diri atau bahkan rendah diri.

Bahkan kalaupun anda dilengkapi dengan berbagai aksesoris mewah yang anda miliki, maka anda akan kembali merasakan rendah diri tatkala berhadapan dengan orang yang mengenakan aksesoris lebih wah dibanding yang anda kenakan.
Dan sudah barang tentu, bila harga diri anda terletak pada aksesoris yang melekat pada diri anda, maka tidak lama lagi harga diri anda akan ketinggalan zaman alias expire date.
Ketahuilah saudaraku, sejatinya harga diri anda terletak pada jiwa anda. Harga diri anda terpancar dari iman dan ketakwaan anda kepada Allah. Bila anda adalah orang yang berjiwa besar, benar memiliki harga diri, maka anda tetap percaya diri, walau tidak dilengkapi oleh berbagai aksesoris mewah dan bermerek. Harga diri anda terletak pada iman dan kedekatan anda kepada Allah Ta'ala.

)يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ( الحجرات 13
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujurat 13)
Ketika Nabi r menjalankan Haji Wada' bersama umat Islam yang kala itu kira-kira berjumlah 100.000 jamaah haji, beliau menegaskan hal ini dengan berkata :

(يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِىٍّ عَلَى أَعْجَمِىٍّ وَلاَ لِعَجَمِىٍّ عَلَى عَرَبِىٍّ وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى). رواه أحمد
"Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah Maha Esa, dan ayah kalian satu (yaitu Nabi Adam). Ketahuilah, bahwa tidak ada kelebihan bagi orang arab dibanding non arab, tidak pula bagi non arab atas orang arab, tidak pula bagi yang berkulit putih kemerahan dibanding yang berkulit hitam, tidak pula sebaliknya bagi yang berkulit putih atas yang berkulit putih kemerahan kecuali dengan kataqwaan." Riwayat Ahmad

Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab menangis, karena menyaksikan punggung Nabi r bergaris-garis setelah berbaring di atas tikar daun kurma. Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Raja Persia dan Romawi bergelimang dalam kemewahan, sedangkan engkau adalah utusan Allah demikian ini halnya . Mendengar ucapan sahabatnya ini, Rasulullah r bersabda:

(أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَهُمَا الدُّنْيَا وَلَكَ الآخِرَةُ). متفق عليه
"Tidakkah engkau merasa puas bila mereka mendapatkan kenikmatan dunia, sedangkan engkau mendapatkan kenikmatan di akhirat?" Muttafaqun 'alaih.

Jawaban ini begitu membekas pada jiwa sahabat Umar bin Al Khattab, sehingga beliau benar-benar menerapkannya dalam kehidupan. Sampaipun setelah beliau menjadi khalifah, dan berhasil menundukkan kerajaan Persia dan Romawi yang dahulu ia begitu kagum dengan kekayaannya setelah umat islam berhasil menguasai Baitul Maqdis, khalifah Umar bin Khatthab t datang ke sana guna menandatangani surat perjanjian dengan para pemuka penduduk setempat, sekaligus menerima kunci pintu Baitul Maqdis. Beliau datang dengan mengenakan sarung, sepatu kulit, dan imamah. Pada saat beliau hendak menyeberangi sebuah parit yang penuh dengan air mengalir, beliau turun dari onta dan tanpa rasa sungkan sedikitpun beliau menuntun tunggangannya tersebut.

Melihat penampilan beliau yang demikian itu, sebagian pasukan muslimin yang ikut serta menjemput kehadiran beliau berkata: Wahai Amirul Mukminin, engkau akan disambut oleh pasukan dan para pendeta Syam, sedang penampilanmu semacam ini? Beliau menjawab: "Sesungguhnya hanya dengan Islamlah Allah memuliakan kita, karenanya kita tidak akan mencari kemuliaan dengan jalan selainnya". Riwayat Ibnu Abi SyaibahDan pada riwayat Al Hakim berliau sahabat Umar berkata :

إِنَّا كُنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ فَأَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ فَمَهْمَا نَطْلُبُ الْعِزَّ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا اللهُ بِهِ أَذَلَّنَا اللهُ
"Sesungguhnya kita dahulu adalah kaum paling hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan agama Islam, maka acap kali kita berusaha mencari kehormatan / kemuliaan dengan selain agama islam , pasti Allah akan menimpakan kehinaan kepada kita."

Demikianlah halnya bila seseorang telah menemukan harga dirinya dalam jiwanya. Ia tidak merasa berkurang harga dirinya, karena kurangnya aksesoris yang melekat pada dirinya, dan ia juga tidak bertambah percaya diri karena berbagai aksesoris yang tersemat pada dirinya.

(Ust. Dr. Muhammad Arifin bin Badri, MA)

Engkau Sang Bidadari Terpilih

Wanita terlahir sebagai anugerah terindah dari Rabb Sang Pencipta untuk seluruh semesta. Betapa kelamnya dunia ini tanpa kehadiran seorang wanita sebagai perhiasan di tengah hiruk pikuknya kaum Adam. Pun, dia adalah sosok hamba yang penuh dengan keindahan dan menyejukkan mata yang melihatnya. Tiada tergantikan perannya, hingga tak jarang para bidadari surga iri padanya. Ketulusan dan pengorbannannya begitu dahsyat, hingga mereka pun dikabarkan memiliki 3 tingkat derajat lebih baik dibanding para panglima keluarga.


Sebaik-baik Perhiasan
Ternyata, dunia yang penuh dengan gemerlap ini hanyalah perhiasan semu yang melalaikan. Keindahannya masih belum bisa menggantikan perhiasan terbaik yang telah diciptakan Allah a dengan rasa cinta. Ya, seindah dan semewah apa pun dunia ternyata tak mampu mengalahkan kemulian seorang wanita. Tapi, bukan semabarang wanita tentunya. Hanyalah wanita salihah yang mendapat predikat kebaikan lebih baik dari dunia dan seisinya. Rasulullah n, bersabda
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dan wanita shalihah adalah sumber kebahagian para penduduk bumi. Keberadaannya begitu mempesona hingga para wanita buruk (tidak shalihah) tak akan pernah mampu mengalahkannya walau dengan emas setinggi gunung dan kemewahan seluas laut. Dan itulah yang ditekankan oleh Rasulullah n dalam sebuah hadist,
“Di antara kebahagian anak adam itu ada tiga, demikian juga dengan kesengsaraannya, juga ada tiga. Di antara kebahagian anak Adam itu adalah: wanita shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik. Sedangkan ketiga kesengsaraannya adalah wanita yang buruk (tidak shalihah), tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang buruk.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Kini, Kemulian Itu Ternoda
Begitu agung dan mulianya seorang wanita di sisi Rabb Sang Pencipta, membuat para musuh Allah menjadi resah. Karenanya, mereka tiupakan aroma-aroma kebinasaan atas nama kebebasan dan kesetaraan. Mereka jadikan larangan Allah a dan rasul-Nya sebagai racun beraroma cokelat yang tampak begitu lezat. Dan aturan Ilahi yang begitu mulia, tampak seperti barang lusuh yang tiada arti. Lihat saja racun itu kini telah menghinggapi banyak wanita muslim di sekitar kita. Banyak wanita muslim yang terjebak untuk berpenampilan seronok dan berlenggak-lenggok di jalanan atas nama mode dan kecantikan. Padahal, Allah telah memberikan ancaman yang begitu dahsyat berkaitan dengan hal ini melalui lisan rasul-Nya yang mulia
“Dua golongan dari penghuni neraka yang tidak pernah kulihat yang seperti mereka berdua, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor-ekor sapi, yang dengan cemeti itu mereka memukuli manusia, dan wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok dan bergoyang-goyang, kepala mereka seperti punuh onta yang bergoyang-goyang. Mereka tidak masuk surgadan tidak mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak perjalanan sekian lama dan sekian lama.” (Diriwayatkan Muslim dan lain-lain)
Yang lebih mengerikan, banyak wanita yang tergiur dan terjerembab oleh gemerlapnya dunia. Mereka tinggalkan singgasana kemulian dan berlari menuju kursi panas kehancuran. Atas nama uang dan popularitas, merelakan keindahan tubuh dan kehormatan diri sebagai wanita terjaga. Mereka lupa bahwa harta dan dunia adalah perhiasan dunia yang melalaikan saja. Inilah musibah yang sebenarnya sudah diperingatkan oleh Rasulullah n,
“Celakalah hamba dinar dan dirham, hamba sutera dan beludru. Apabila diberi  dia akan merasa senang dan apabila tidak diberi maka di akan marah.”

Kembali Kepada Kemulian
Tidak ada cara lain untuk mengembalikan dunia pada tatanan yang lebih baik kecuali mengembalikan para wanita pada kedudukan awalnya, kemulian. Dan untuk memuliakan wanita, Islam telah menjadi satu-satunya solusi terbaik dengan syariatnya. Satu diantaranya dengan syariat hijab. Allah a berfirman yang artinya,
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Surat An Nuurr : 31)
Sudah saatnya para muslimah meraih kemulian sebagai hamba yang dikarunia banyak keindahan. Tentu caranya bukan dengan menjadikan mereka sebagai barang dagangan pemuas syahwat. Tapi, mereka harusnya menjadi perhiasan terbaik yang akan menggetarkan dunia dengan kelembutan dan ketulusan. Dan jika itu benar terwujud, sungguh mereka lebih mulia daripada para bidadri karena sholat, ibadah, dan ketakwaan mereka. (Adin)

Rayuan Setan


At Tauhid edisi III/03
Oleh: Ibnu Sutopo
Para pembaca yang budiman, ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa untuk mencintai lawan jenisnya. Ini merupakan fitrah (insting) yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (Ali Imran: 14)
Adab Bergaul Antara Lawan Jenis
Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman yang artinya, ”Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendahlah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (An Nur: 30). Allah juga berfirman yang artinya,”Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (An Nur: 31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah shallallah ’alaihi wa sallam bersabda, ”Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)
Jika memandang saja terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu jauh lebih besar.
Salah Kaprah dalam Bercinta
Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan ”pacaran”. Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, ”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al Isra’: 32). Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggalah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya ….
Iblis, Sang Penyesat Ulung
Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, ”Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Shaad: 82). Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain.
Ringkasnya sms-an dengan lawan jenis, bukan saudara dan bukan karena kebutuhan mendesak adalah haram dengan beberapa alasan: (a) ini adalah semi berdua-duaan, (b) buang-buang pulsa, dan (c) ini adalah jalan menuju perkara yang haram. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. [Ibnu Sutopo]

thank you