Senin, 26 Juli 2010

SUCIKAN MASJID DARI MUSIK DAN NYANYIAN


SUCIKAN MASJID DARI MUSIK DAN NYANYIAN
Masjid adalah tempat terbaik di muka bumi dan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Ia adalah benteng iman, madrasah pertama bagi seorang muslim, rumah orang-orang yang bertakwa.
Tempat kaum muslimin berkumpul setiap hari lima kali, tempat bermusyawarah dan saling nasehat- menasehati. Dari masjidlah memancar cahaya islam menerangi penjuru dunia. Dari mesjid pula lahirnya para ulama dan fuqoha’.
Ketika Rasul shollallahu ‘alaihi wa sallama hijrah ke Madinah, yang pertama beliau bangun adalah masjid..
Ini menunjukkan bahwasanya masjid memiliki urgensi yang sangat penting di dalam Din Islam, karena sholat adalah tiang agama, dan mesjid sesuai dengan namanya adalah tempat yang disiapkan untuk sujud. Dan sujud adalah symbol penyerahan diri kepada Allah, karena dalam sujud seorang muslim menempelkan kening dan hidungnya, bagian tubuhnya yang paling mulia untuk menghambakan diri kepada Allah Ta’ala. Maka mesjid adalah syi’ar kaum muslimin yang bertauhid dan hanya sujud kepada Allah Ta’ala.
Masjid adalah symbol islam. Dimana jika tidak ada lagi azan, sholat, jama’ah maka tidak ada pula islam dan kaum muslimin.
وعن عبد الله بن عمر : « أن النبي – صلى الله عليه وسلم  قال : خير البقاع المساجد ، وشر البقاع الأسواق »
Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama berkata, “Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”.[1]
“Sesungguhnya yang memakmurkan mesjid itu hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan sholat, membayarkan zakat dan tidak takut kecuali kepada Allah, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang diberi petunjuk”. (At-Taubah : 18)
“Dan bahwasanya mesjid-mesjid itu adalah milik Allah, maka janganlah engkau berdo’a kepada selain Allah disamping berdo’a kepadaNya”. (Al-Jin : 18)
Itulah mesjid ..tempat paling mulia dan paling suci dimuka bumi. Rumah orang-orang yang bertakwa.
وعن أبي الدرداء قال : سمعت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : « المسجد بيت كل تقي ، وتكفل الله لمن كان المسجد بيته بالروح والرحمة والجواز على الصراط إلى رضوان الله ، إلى الجنة »
Dari Abu Darda’ ia berkata, “Aku mendengar rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Masjid adalah rumah setiap orang yang bertakwa, Allah menjamin barangsiapa yang masjid adalah rumahnya akan diberi rahmat dan selamat melewati ash-shiroth menuju ridho Allah dan surge”.[2]
Tempat turunnya rahmat dan para malaikat menaungi orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an di dalamnya.
Orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid untuk menunaikan jama’ah dianugerahi cahaya yang benderang di hari kiamat.[3]
Orang yang datang ke masjid baik pagi ataupun petang Allah naikkan satu kedudukan di surga setiap kali ia ke masjid.[4]
Berita gembira untuk orang yang berjalan dalam kegelapan menuju mesjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat.
وعن بريدة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم : « بشر المشائين في الظلم إلى المساجد بالنور التام يوم القيامة » . رواه أبو داود والترمذي
Dari Buraidah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan dalam kegelapan mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat”.[5]
Beruntunglah hamba yang hatinya terikat dengan mesjid, ia sangat mencintai mesjid dan senantiasa menjaga jama’ah di dalamnya, ia akan mendapatkan naungan Allah dihari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.[6]
Orang yang membangun masjid ikhlas karena Allah, Allah bagunkan untuknya rumah di surga.
من بنى مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له مثله في الجنة
Barangsiapa yang membangun masjid mengharapkan wajah Allah semata, Allah bangunkan untuknya yang sama dengan itu di surga”.[7]
Di masjid Allah, izinkan nama-Nya ditinggikan dan diagungkan.
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”.[8]
Masjid dimakmurkan dengan sholat, majelis ilmu, do’a, zikir, membaca Kalamullah dan ibadah-ibadah lainnya. Masjid bukanlah  mimbar politik untuk mengejar kedudukan duniawi, bukan pula pasar tempat berjualan perhiasan dunia yang fana, bukanlah pentas seni tempat para paduan suara bernasyid ria.
Sangat disayangkan ..kesucian mesjid tersebut telah dinodai oleh kaum muslimin sendiri dengan kesyirikan dan bid’ah yang mereka lakukan di dalamnya
Sangat disayangkan kemuliaannya telah dihinakan oleh kaum muslimin sendiri dengan maksiat dan penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan di dalamnya.
Diantara fenomena yang menyedihkan sekaligus memedihkan adalah suara-suara musik yang melantun dari nada dering Handphone di dalam mesjid. Baik di majelis-majelis ilmu bahkan yang lebih parah ketika sholat yang sedang berlangsung, tanpa ada yang mengingkari kecuali sedikit sekali.
Seringnya ini terjadi suatu tanda bahwa pelakunya meremehkan kemuliaan Allah dan kurangnya pengagungan terhadap kedudukan masjid dan sholat khususnya. Apabila pelaku tersebut sudah diingatkan dan ia masih juga melakukan, maka itu adalah kemungkaran yang besar. Dan jika ia sengaja melalaikannya tidak ada lagi alasan bagi mereka di sisi Allah. Karena mereka telah merendahkan tempat  yang wajib dihormati dan dimuliakan. serta tidak menjaga rumah-rumah Allah dari kesia-siaan yang tidak patut dilakukan di dalamnya.
Aisyah menuturkan sebagaimana di dalam Sunan Abu  Dawud bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama memerintahkan agar mesjid dibersihkan dan diberi wewangian.
Rasul shollallahu ‘alaihi wa sallama juga melarang setiap perkataan dan perbuatan yang mengotori mesjid dan mengurangi kemuliaannya serta merusak wibawannya. Seperti beliau melarang mengumumkan benda yang hilang di dalam masjid sebagaimana di dalam shohih Muslim bahwasanya ia bersabda,
(من سمع رجلاً ينشد ضالةً في المسجد فليقل : لا ردها الله عليك فإن المساجد لم تبن لذلك)
“Barangsiapa yang mendengar seseorang mengumumkan benda yang hilang di dalam masjid maka hendaklah ia mengatakan, ‘Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu’. Sesungguhnya masjid tidak dibangun untuk itu”.
Dan beliau juga melarang berjual-beli di dalam mesjid sebagaimana sabdanya,
إذا رأيتم من يبيع أو يبتاع في المسجد فقولوا : لا أربح الله تجارتك
“Apabila kalian melihat orang yang berjualan atau membeli di masjid maka katakanlah, ‘Semoga Allah tidak memberi keberuntungan dalam perdaganganmu”.[9]
Apabila Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melarang perkara-perkara yang hukum asalnya mubah ini dilakukan di masjid, karena membuka pintu pelecehan keagungan mesjid dan mengalihkannya dari  tujuan serta fungsi pendiriannya. Lantas bagaimana dengan suara musik dan nyanyian dari nada-nada dering di dalam mesjid dan ketika  sholat ditegakkan?! Sungguh itu adalah kemungkaran yang besar tapi dipandang remeh oleh manusia.
Berdiri dihadapan Allah dan bermunajat kepadanya adalah perkara yang agung dan mulia, seyogyanya seorang mukmin merasakan sakralnya kondisi ini serta keagungan Al-Malikul Jabbar yang dia berdiri dihadapannya. Ia berdiri di hadapan-Nya, berbicara dan bermunajat kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda,
(إن أحدكم إذا كان في الصلاة كان الله قبل وجهه فلا يتنخمن أحد منكم قبل وجهه في الصلاة)
“Sesungguhnya salah seorang kamu apabila dalam sholat, Allah ada di hadapannya, maka janganlah ia meludah ke depannya di dalam sholat”.[10]
Dalam riwayat an-Nasai,
(إن أحدكم إذا قام في صلاته فانه يناجي ربه وإن ربه بينه وبين القبلة)
“Sesungguhnya salah seorang dari kamu apabila berdiri dalam sholatnya sesungguhnya ia bermunajat kepada Robb-nya dan sesungguhnya Robb-nya di antara dia dan kiblat”.
Beliau juga bersabda,
“يا أيها الناس! كلكم يناجي ربَّه، فلا يجهر بعضكم على بعض بالقراءة؛ فتؤذوا المؤمنين “.
“Wahai manusia, sesungguhnya setiap kalian bermunajat kepada Robb-nya, maka janganlah salah seorang dari kalian mengeraskan bacaannya atas yang lain, sehingga mengganggu kaum mukminin”.[11]
Perbuatan sebagian orang hari ini, yang meremehkan keagungan masjid dan sholat adalah fenomena yang sangat menyedihkan. Menunjukkan lemahnya iman, kurangnya ilmu dan dangkalnya  pemahaman. Apalagi jika sikap itu dari seorang yang  sudah mengkaji ilmu syar’I dan sering menghadiri majelis ta’lim.
Kalau saja seorang dari mereka berdiri dihadapan presiden atau menghadiri acara resmi pemerintahan, engkau akan melihatnya khusyu’, tenang dan tidak sibuk dengan urusan lain. Ia akan diam atau berbicara dengan santun, ini suatu yang lumrah dilakukan manusia. Akan tetapi musibahnya adalah ia tidak bersikap seperti itu atau lebih baik di hadapan Robb presiden ini.
Seorang manusia bisa terbebas dari  kebiasaan mungkar ini dengan mematikan Handphonenya agar ia bisa berkosentrasi untuk ibadah. Jika tidak dia bisa mensilentkannya. Apabila suatu saat dia lengah atau lupa kemudian dia menyesali dan beristighfar semoga Allah memaafkannya. Akan tetapi jika itu terus berulang padahal selalu diingatkan dan dinasehati. Dan dia malah menganggap itu hanya masalah sepele tak perlu diingkari ..demi Allah ini adalah kemungkaran yang tdak mungkin didiamkan.
Orang yang membiarkan suara musik berbunyi dari handphonenya di dalam mesjid telah melakukan beberapa kerusakan :
-          Nada dering tersebut mungkar dan menyelisihi syara’.
-          Ia telah meremehkan  kemuliaan  dan keagungan majid.
-          Ia telah melalaikan pengagungan terhadap syiar-syiar Allah.
-          Ia telah mengganggu sholat orang lain.
-          Ia telah menghilangkan kekhusyukan dari dirinya dan orang lain.
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama melarang menyakiti orang-orang yang sholat dengan bau-bauan yang tidak sedap sebagaimana sabdanya,
من أكل البصل و الثوم والكراث فلا يقربن مسجدنا فإن الملائكة تتأذى مما يتأذى منه بنو آدم
“Barangsiapa yang makan bawang meran dan bawang putih janganlah ia mendekati mesjid kami sesungguhnya malaikat terganggu dengan apa yang membuat anak adam terganggu”.[12]
Ini adalah gangguan secara indrawi, bagaimana dengan orang yang mengganggu orang-orang yang sedang sholat secara maknawi yang mengganggu mereka memikirkan dan merenungi bacaan dalam sholat mereka, serta memutus kekhusyukan dan ketenangan mereka. Demi Allah, jika saja orang yang lalai ini berpikir dan merenungi kekejian perbuatannya, niscaya dia yakin bahwasanya ia telah melanggar kehormatan masjid, sholat dan hak-hak orang yang sholat. Coba saja dia bayangkan apa yang akan terjadi jika suatu klub musik datang ke halaman mesjid dan memainkan alat musik serta melantunkan lagu di dalam masjid ketika sholat sedang ditegakkan? Dia pasti akan marah dan mengingkarinya. Padahal perbuatannya seperti perbuatan mereka sekalipun lebih ringan kesalahannya. Karena dia hanya menukilkan suara musik di dalam mesjid. Dan inilah sebenarnya inti kemungkarannya yang dilarang oleh syara’. Dan tidak berbeda hukum pengharamannya dalam dua keadaan ini sekalipun berbeda dalam tingkatan haram[13]. Pelaku ini berdosa menurut syara’ dan wajib atasnya bertaubat dan berhenti dari perbuatan itu serta memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.
Suatu keniscayaan atas setiap muslim untuk menjaga kehormatan mesjid dan kemuliaan mesjid dari segala noda indrawi dan maknawi. Dan hendaklah ia mengagungkan syiar-syiar Allah, karena pengagungannya terhadap Allah, hukum-hukum dan syara’Nya. Allahu Ta’ala berfirman, “Yang demikian itu adalah barangsiapa yang mengagungkan kehormatan-kehormatan Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Robbnya”.
Allah juga berfirman,  “Yang demikian itu karena barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya itu termasuk ketakwaan hati”.
Kita wajib bangkit dan mengingkari  kemungkaran ini yang menodai rumah-rumah Allah dan merusak waktu dan suasana terbaik orang mukmin ketika beribadah di rumah-rumah Allah tersebut.
Imam sholat dan pengurus mesjid mengemban  tanggung jawab yang bes ar dalam menjaga kesucian mesjid, terutama dalam masalah ini, mereka harus berani mengambil tindakan; dengan mengajarkan kepada jama’ah hukum dan adab menghadiri mesjid serta mengingatkan orang yang melanggar keagungan dan kehormatan mesjid , bahkan jika diperlukan mengambil tindakan yang dipandang baik untuk maslahat mesjd dan kaum muslimin.
Begitu juga para jama’ah mesjid hendaknya saling nasehat-menasehati dan ingat-mengingatkan dengan hujjah yang nyata  dan akhlakul kariimah.
Semoga Allah Ta’ala membukakan hati kita untuk menerima kebenaran, meneguhkan kita di atasnya hingga mati, amin.

[1] Diriwayatkan oleh Ath-Thobroni di Al-Kabiir sebagaimana di dalam kitab Majma’ Az-Zawaid 2/6 ia berkata, “Di sanadnya ada Atho’ bin As-Saib, ia adalah tsiqoh akan tetapi berobah di akhir umurnya sedangkan rijal lainnya adalah tsiqoh”. Hadits yang senada diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah (1/464). Dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’ no. 3271.
[2] Diriwayatkan oleh Ath-Thobroni di dalam Al-Kabir dan Al-Awsath. Dan Al-Bazzar, ia berkata, “Isnadnya hasan sebagaimana di dalam Majma’ Az-Zawaid 2/22 dan ia berkata, “Rijal Al-Bazzar seluruhnya adalah rijal Ash-Shohih”. Dihasankan oleh Al-Albani di Ash-Shohihah (2/215, no. 716).
[3] Sebagaimana hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ath-Thobroni di dalam Al-Awsath.
[4] Sebagaimana hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari.
[5] Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1/159), At-Tirmidzi (1/435) ia berkata, “Hadits Ghorib”. Syaikh Al-Albani berkata, “Shohih”. Lihat Shohih Al-Jami’ hadits no. 2823.
[6] Hadits tentang ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
[7] Diriwayatkan oleh Ahmad, Baihaqi, dari Utsman bin Affan. Al-Albani berkata, “Shohih’. Lihat Shohih Al_jami’  no. 6131.
[8] An-Nur : 36.
[9] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Hurairah, dishohihkan oleh Al-Albani di Shohih Al-Jami’ Ash-Shohih no. 573.
[10] Muttafaqun ‘alaihi.
[11] Diriwayatkan oleh Ahmad.
[12] Diriwayatkan oleh Muslim.
[13] Semisal dengan ini,  yang terjadi di mesjid-mesjid di kota tempat penulis tinggal, sudah menjadi trend meletakkan sejenis jam besar ala Jerman ‘Junghans’, berbunyi seperti lonceng-lonceng gereja setiap jam. Entah apa yang membuat mereka bangga meletakkan jam tersebut di dalam mesjid sehingga menyerupai lonceng gereja ketika berdentang. Yang lebih parah lagi apa yang terjadi di mesjid agung kota pekanbaru, dimana lantai dasarnya dijadikan tempat pesta pernikahan yang sering kali diiringi alat-alat musik seperti keyboard dan lain-lain, dan dihadiri wanita-wanita yang bertabarruj serta tidak menutup aurat dengan benar. Sementara ketika azan dikumandangkan dan sholat ditegakkan hanya sedikit yang datang, wa ilallahil musytakaa. Begitu juga kebiasaan sebagian mesjid setiap subuh ahad mengadakan ‘didikan subuh’ untuk anak-anak, sambil memanggil dan menunggu kehadiran anak-anak diputarkan lagu-lagu haddad alwi atau  lagu-lagu nasyid lainya menggunakan pengeras suara di menara-menara mesjid. Dimana para ulama? Suara para da’I, khotib dan ustadz yang menjelaskan masalah ini kepada umat? Sungguh suaramu akan didengar jika yang engkau seru adalah orang-orang yang hidup akan tiada kehidupan pada orang-orang yang engkau seru!!
http://abuzubair.net

Cinta Sampai Mati

Hadits yang menakjubkan, jarang ditampilkan padahal sangat dibutuhkan khususnya para suami …
Hadits ini mewasiatkan kaum pria untuk berbuat baik kepada wanita, memperlakukan mereka dengan lembut, bersabar terhadap kekurangan mereka bahkan hadits ini mendorong untuk tidak mentalak mereka serta tetap menjaga ikatan suami istri hingga mati.
Aduhai .. alangkah indahnya cinta suami-istri jika meneladani rumah-tangga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama.
Sungguh akan menjadi kisah cinta paling indah!!
Imam Ath-Thobroni meriwayatkan di Al-Mu’jamul Kabir (20/374, no.648) dari hadits Al-Miqdam bin Ma’di Karb rodhiyallahu ‘anhu dengan isnad shohih, bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama berdiri di hadapan manusia. Maka ia memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,

إن الله يوصيكم بالنساء خيراً إن الله يوصيكم بالنساء خيراً فإنهن أمهاتكم ، وبناتكم ، وخالاتكم
إن الرجل من أهل الكتاب يتزوج المرأة وما يعلق يداها الخيط ؛ فما يرغب واحد منهما عن صاحبه حتى يموت هرماً
“Sesungguhnya Allah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya Allah mewasiatkan  kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah ibu-ibukalian, putrid-putri kalian dan bibi-bibi kalian. Sesungguhnya ada seorang dari Ahli Kitab yang menikahi seorang wanita , dan ia tidak pernah mengikat tangan wanita itu dengan benang. Maka salah satu dari keduanya tidak membenci pasangannya sampai mati”.
Di hadits ini, setelah Rasulullah sholllahu ‘alaihi wa sallama mewasiatkan untuk memperlakukan wanita dengan baik. Beliau menceritakan tentang akhlak seorang suami yang bersabar dalam menghadapi istrinya yang masih muda dan kasar terhadapnya. Akhlak istrinya yang buruk tersebut tidak membuatnya menalaknya. bahkan Ia tetap bersabar sampai ia mati.
Ibnul Atsir[1] menukilkan dari Al-Harby ia mengatakan, “Karena usia wanita itu yang masih kecil dan sifatnya yang kurang lembut. Maka laki-laki itu bersabar menghadapinya sampai mati. Maksudnya, beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama memotivasi para sahabatnya untuk memperlakukan wanita dengan baik, bersabar menghadapi mereka. Dan (maksudnya) Ahli Kitab melakukan itu terhadap wanita-wanita mereka”.
Maka hendaklah orang-orang yang tidak baik mu’amalahnya dengan wanita, bersikap keras dan kasar kepada mereka, membuka hati sebelum membuka mata dan telinganya terhadap hadits ini!!
Sungguh di hadits yang mulia ini terdapat ‘ibroh bagi orang-orang yang tidak menjaga hak-hak wanita. Juga bagi orang-orang yang tertipu dengan propaganda barat yang mengatas namakan hak-hak wanita..ketahuilah ! tidak akan mulia wanita kecuali di bawah naungan islam.
Dah berhagialah engkau wahai saudariku muslimah serta bersyukurlah atas hidayah dan taufik Allah kepadamu untuk menjadi wanita muslimah.
Untukmu …
Dan untuk setiap muslim, kuhadiahkan hadits yang mulia ini. (wallahu a’lam bish showab)
http://abuzubair.net

Saudaraku .. Kembalilah!!

Saudaraku ..
Tulisan ini kutujukan kepadamu, ya .. kepadamu yang mengharapkan Ridho Allah dan kenikmatan yang kekal di sisiNya, serta takut kepada siksa dan azab yang Allah Ta’ala siapkan untuk orang-orang yang bermaksiat dan kafir.
Kepadamu saudaraku, yang pernah merasakan manisnya keimanan dan nikmatnya berjalan di atas jalan yang lurus serta indahnya mendekatkan diri kepada Allah.
Kepadamu saudaraku, yang dulu bersemangat dan berpacu menuntut ilmu serta mengajak kepada kebaikan.
Kepadamu saudaraku yang dulu sering kulihat berzikir, membaca dan menghapalkan Al Qur’an.
Apa yang terjadi pada dirimu? Kenapa engkau kini mulai menjauh dari teman-temanmu yang rajin sholat berjama’ah, cinta kepada ilmu agama, gemar mempelajari Al Qur’an dan Hadits serta membaca buku-buku yang bermanfaat?
Kenapa aku melihat semangatmu memudar, penampilanmu juga berobah ..tidak lagi seperti dulu yang berusaha mengikuti sunnah-sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama?
ingatkah engkau, ketika itu engkau berhenti dari tempatmu bekerja, kenapa?!
Ketika itu engkau mengatakan, karena tidak bisa sholat berjama’ah ke mesjid!
Karena engkau takut fitnah syahwat yang slalu menggoda!
Karena engkau ingin meninggalkan nyanyian dan menggantikannya dengan mendengarkan Al Qur’an!
Karena engkau ingin menjaga ‘iffah dirimu!
Karena engkau ingin menjaga Dinmu!!
Saudaraku .. kenapa aku lihat syahwat mulai mengalahkanmu, hasrat pun membelenggumu..wajahmu tidak pernah lagi kulihat di majelis-majelis ilmu!
Apakah engkau telah menyimpulkan bahwa iltizam dan keistiqomahanmu serta keta’atanmu kepada Robbmu selama ini sebuah kesalahan, lalu engkau memilih jalan lain; jalan yang menyimpang, maksiat dan kelalaian – agar engkau bisa sampai ke surga Firdaus?!
Ataukah engkau mengira jalan yang telah engkau tempuh selama ini terasa terlalu panjang dan berat, lalu engkau tidak sabar dan memilih jalan orang-orang lali dan lengah yang diperbudak hawa nafsu mereka, yang keinginan mereka hanyalah sebatas diri mereka sendiri, tidak peduli kepada Dinullah dan Dakwah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama.
Ataukah engkau telah melupakan kematian dan sakarat-nya …
Melupakan kuburan dan kegelapannya …
Hari kiamat dan kedahsyatanya …
Neraka dan keras azabnya …
Semoga Allah melindungimu dari itu semua
Dan semoga Allah tidak menjadikanmu termasuk orang-orang yang dikatakanNya,
واتل عليهم نبأ الذي آتيناه آيتنا فانسلخ منها فأتبعه الشيطان فكان من الغاويين
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.” (Al A’rof : 175)
Kuharap dadamu lapang dan maafkan aku karena kerasnya kata-kataku kepadamu. Akan tetapi kecintaanku kepadamu yang kusimpan di dalam dadaku, dan kekhawatiran su-ul khotimah atas dirimu .. hal itulah yang telah membakar hatiku. Setiap kali aku melihat kondisimu yang membuat gembira musuhmu (Syetan beserta pengikutnya) serta membuat sedih teman-teman dan orang-orang yang mencintaimu.
Saudaraku, akankah engkau kembali sebelum kematian mendatangi?. Kapankah engkau kembali kepada taman keta’atan dan telaga taubat serta istiqomah yang penuh rahmah dan berkah dari Allah??
والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر الذنوب إلا الله ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.(Ali Imron : 135)
Tumbuhkanlah harapanmu, bangunlah asamu, sesungguhnya engkau memiliki Robb yang maha luas ampunanNya, membentangkan TanganNya siang dan malam untuk mengampuni orang-orang yang berdosa.
Mohonlah hidayah kepada Allah Ta’ala dengan tulus dari hatimu. Lihatlah Nabimu yang engkau cintai shollallahu ‘alaihi wa sallama meminta hidayah kepada Robbnya, beliau berdo’a,
اللهم إني أسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kekayaan”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi dan Al Baihaqy dari Ibnu Mas’ud, dan sanadnya shohih, lihat, Shohih Al Jami’ no. 1275)
Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama mengajarkan itu sebagaimana beliau mengajarkan cucunya Al Hasan bin Ali rodhiyallahu ‘anhuma agar di dalam qunut mengucapkan,  “Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang engkau tunjuki”. (HR. Abu Dawud, An Nasa-I dan lain-lainnya, dari Abul Hawro’, dan sanadnya shohih, lihat : Misykatul Mashobiih no. 1273)
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama juga berlindung kepada Allah dari kesesatan setelah petunjuk,
اللهم إني أعوذ بعزتك أن تضلني لا إله إلا أنت
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaanMu dari Engkau sesatkan, tidak ada Ilah yang diibadati dengan hak melainkan Engkau”. (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu Abbas)
Dalam do’a safar beliau mengucapkan,
وأعوذ بك من الحور بعد الكور
“Dan aku berlindung kepadaMu dari Al Haur setelah Al Kaur ”. (HR. Muslim)
Maksud Al Haur setelah Al Kaur yaitu; kerusakan setelah kebaikan, kesesatan setelah petunjuk.
Akuilah dosamu ..  tangisilah kesalahan dan kelalaianmu. Mintalah kepada Allah, agar Ia tidak menghinakanmu di hari pembalasan, serta agar Ia memutihkan wajahmu ketika dihitamkan wajah-wajah pelaku maksiat dan orang-orang kafir.
Mulailah lembaran baru yang putih bersama Allah Ta’ala dengan keta’atan dan taubat nashuhah.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al Kahfi : 28)
Palingkanlah wajahmu dari teman-teman yang tidak baik, dari orang-orang yang tidak peduli apakah engkau nanti di sorga atau di neraka. Bahkan lebih dari itu, kelak mereka di hari kiamat meminta kepada Allah Ta’ala supaya Allah menambahkan azab yang berlipat untuk  teman-teman mereka.
قالوا ربنا من قدم لنا هذا فزده عذابا ضعفا في النار
“mereka berkata (lagi): “Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan Kami ke dalam azab ini Maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka”. (Shod : 61)
Bersihkan dari dirimu debu-debu dosa dan kelengahan. Bergabunglah dengan kafilah yang berjalan menuju Allah Ta’ala.
Kembalilah saudaraku ..kepada Allah Ta’ala, agar engkau kembali menjadi telaga kebaikan yang selalu mengalirkan manfaat untuk umatmu.
Saudaraku, berikut ini sebagian kiat dan asbab yang akan membantumu untuk tetap teguh dan istiqomah dengan izin Allah Ta’ala :
  1. Do’a yang tulus, berdo’alah,
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Hai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas din-Mu”.
  1. Carilah teman yang baik dan sholeh, yang akan membantumu untuk ta’at kepada Allah.
  2. Jauhkan dirimu dari teman-teman yang tidak baik.
  3. Jagalah Kitabullah, dengan membaca, menghapal dan mempelajari makna-makna serta hokum-hukumnya, ketahuilah Al Qur’an adalah obat hati yang sakit.
  4. Jagalah ibadah-ibadah fardhu dan ibadah-ibadah nafilah yang mengiringinya.
  5. Menuntut ilmu sya’ri dan menghadiri majelis-majelis ilmu.
  6. Takut kepada dosa dan akibatnya, karena dosa adalah penyebab su-ul khotimah.
  7. Membaca buku-buku yang bermanfa’at, mengikuti daurah-daurah ilmiyah dan dakwiyah.
  8. Ghoddul Bashor, percayalah dengan ghoddul bashor hatimu akan lebih tenang dan terasa manisnya keimanan.
10.  Ingatlah permusuhan syetan terhadapmu dalam setiap detik. Dan bahwasanya ia senantiasa mengintai kelengahanmu serta menggunakannya untuk menyeretmu menjadi temannya di neraka kelak.
Terakhir saudaraku, kalimat-kalimat ini mungkin keras dan tajam, akan tetapi ia memancar dari cinta yang tulus, hatiku lebih dahulu mengatakannya sebelum penaku menorehkannya, karena kasihan kepadamu saudaraku tercinta. Tidak ada yang kuinginkan melainkan kebaikan untukmu. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmatNya untuk kita …
Dan sampai bertemu di atas jalan kebaikan dengan izin Allah Ta’ala, semoga Allah menjagamu saudaraku.

http://abuzubair.net

Lidah Pedang Bermata Dua


الحمد لله الذي أكرم خواص عباده بالألفة في الدين، ووفقهم لإكرام عباده المخلصين، وزينهم بالأخلاق الكريمة والشيم الرضية، تأدباً بأفضل البشرية، وسيد الأمة محمد بن عبد الله بن عبد المطلب صلى الله عليه وسلم.
Lidah itu memang lunak tidak bertulang, oleh karena itu orang yang tidak menguasai ilmu beladiri sekalipun bisa bersilat lidah. Lihatlah ..si fulan yang kemarin mengatakan ‘a’ hari ini berbalik mengatakan ‘b’. si fulan yang lain,  dusta ibarat gula-gula di lidahnya …
Lidah itu tajam laksana pedang bahkan ia adalah pedang bermata dua. Jika luka tersayat pedang tidaklah susah untuk diobati ..tetapi hati yang terluka ditikam kata-kata kemana kan dicarikan penawarnya? Entah berapa banyak persaudaraan terputus ditebas lidah dan tidak sedikit pula dua yang bersahabat jadi musuh bebuyutan karena tikaman lidah.
Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama ketika ditanya siapa muslim yang paling afdhol? Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama menjawab, “Orang yang selamat kaum muslimin dari lisan dan tanganya”.[1]
Lidah itu berbisa bagai lidah ular yang bercabang dua. Bahkan ia bisa lebih berbahaya dari pada bisa ular.
Lidah juga bisa berobah menjadi binatang buas yang bahkan memangsa tuannya sendiri. Makanya mulutmu harimaumu …
عن أبي هريرة ، أنه سمع النبي (صلى الله عليه وسلم) يقول : “إن العبد يتكلم بالكلمة ما يتبين فيها يزل بها إلى النار أبعد مما بين المشرق والمغرب”
Dari ia Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia mendengar Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama berkata, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang dia tidak tahu apakah itu baik atau buruk,ternyata menggelincirkannya ke dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat”.
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Ketahuilah, bahwasanya seyogyanya bagi setiap mukallaf hendaklah ia menjaga lisannya dari seluruh ucapan kecuali ucapan yang ada maslahat padanya. Apabila berbicara atau diam sama maslahatnya, maka yang sesuai sunnah adalah memilih diam. Karena terkadang ucapan yang mubah dapat menyeret kepada yang haram atau makruh, bahkan galibnya inilah yang terjadi, dan keselamatan tidak ada yang bisa menyamai harganya”.[2]
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Termasuk baiknya islamnya seseorang meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya”.[3]
Jagalah lidahmu duhai saudara
Jangan sampai ia mematukmu, karena dia adalah ular yang bisa
Tidak sedikit orang yang terkubur dibunuh lidahnya
Padahal para pemberani takut menghadapinya.
Seorang muslim, ketika dia hendak berbicara,  ia menimbang apakah berguna atau tidak? Jika tidak berguna dia memilih diam. Jika ternyata berguna dia menimbang lagi ..apakah jika dia diam manfaatnya lebih besar dari pada berbicara?
Imam Asy-Syafi’I berkata, “Jika seseorang berbicara hendaklah ia memikirkan sebelum mengucapkannya, jika nyata maslahatnya ia berbicara dan jika ia ragu, ia diam sampai jelas maslahatnya”.[4]
Beliau juga pernah menasehati sahabat yang juga muridnya, “Hai Robi’, janganlah kamu berbicara dalam perkara yang tidak berguna bagimu. Sesungguhnya jika engkau mengucapkan satu kata, ia akan menguasaimu dan engkau tidak bisa menguasainya”.[5]
Lidah adalah duta hati, jika engkau ingin mengetahui hati seseorang, lihatlah apa yang biasa dia ucapkan. Sesungguhnya itu akan menyingkap apa yang dihatinya, suka atau tidak suka.
Karena lidah itu itu seperti kuali yang mendidih, lidah adalah sendoknya. Perhatikanlah ketika seseorang berbicara, sesungguhnya ia sedang menyendokkan isi hatinya kepadamu, dengan  beragam rasa, pahit, manis, asam, pedas dan lainnya. Sebagaimana engkau bisa merasakan masakan dalam kuali dengan lidah. Engkau juga bisa merasakan hati lawan bicaramu dengan gerak lidahnya ketika bertutur-kata.
Sungguh mengherankan, seseorang bisa dengan mudah menjaga dirinya dari memakan yang haram, berbuat zalim, zina, mencuri, meminum khamar dan dari memandang yang haram, tetapi tidak bisa menahan gerak lidahnya yang lunak tidak bertulang. Bahkan seseorang yang zohirnya ta’at, berwibawa, sopan tetapi dia membiarkan lidahnya mengucapkan kalimat yang dianggapnya sepele padahal satu kalimat itu saja cukup untuk mencampakkannya ke dalam neraka.
Suatu malam, di salah satu villa Malibuanai Padang Panjang, saya berkumpul bersama beberapa ikhwan yang sebagian besarnya masih awwam dalam hal agama.
Lalu secara dadakan, mereka meminta kesediaan saya untuk memberikan sepatah dua kata naseha. Dalam rombongan itu ada seorang pria yang baru mulai belajar mendekatkan diri kepada Allah ..sisa-sisa kelalaian masih membekas diraut wajahnya.
Salah seorang yang tampak agak lebih tua, membuka majelis. Entah apa yang ada dalam benaknya ketika itu, dia berbicara menyindir salah seorang yang hadir – mungkin niatnya baik, ingin mengingatkan si fulan – ia berkata, “Nanti di hari kiamat, pak fulan masuk surga. Saya masih mencari-cari. Saya bertanya, ‘Pak  fulan, mana si fulan’[6]. Pak … menjawab di sebelah’. Saya lihat ke sebelah rupanya di neraka”.
Semua yang hadir gelak terbahak-bahak. Rasa sedih, kasihan, marah membuat saya bungkam menghimpun aksara dan petuah yang semoga berguna bagi diri saya dan yang hadir khususnya pembuka acara yang salah kaprah menghunus lidahnya.
Saya jadi teringat hadits Nabi shollallahu ‘alahi wasallama yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jundub rodhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Seseorang berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak mengampuni si fulan’. Maka Allah berkata, “Siapa orang yang lancang mendahuluiku mengatakan bahwa Aku tidak mengampuni fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni si fulan dan Aku hapus amalanmu”.
Ya Allah …
Satu kalimat saja yang dianggapnya remeh menghapuskan amal-amalnya.
Hilanglah sholat yang dulu dikerjakannya
Lenyaplah puasa yang dulu ditunaikannya
Sirnalah zakat, qiyam dan amal kebajikannya.
Karena kelancangan lidahnya mendahului apa yang menjadi hak Allah.
Bahkan orang yang dipandangnya rendah dan hina, yang dia kira masuk neraka. Malah diampuni Allah Ta’ala.
Dahulu, para salafus sholeh sangat menjaga lidah mereka. Setiap saat mereka meng-hisab kalimat yang mereka ucapkan.
Ibnu Buraidah berkata, “Aku melihat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma memegang lidahnya lalu berkata, ‘Katakanlah yang baik engkau pasti beruntung. Atau diamlah dari keburukan engkau pasti selamat’. Maka ditanyakan kepadanya, ‘Kenapa engkau mengucapkan ini?’. Ia menjawab, “Aku dengar, bahwasanya seorang manusia tidak lebih menyesal dan marah kepada anggota tubuhnya selain dari pada lidahnya kecuali orang yang mengucapkan kata-kata yang baik atau menukilkan yang baik dengan lidahnya”.
Sahabat Ibnu Mas’ud bersumpah dengan nama Allah yang tidak ada Ilah yang diibadati dengan hak melainkan Dia bahwa tidak ada dimuka bumi ini yang lebih patut untuk dipenjarakan dari pada lidahnya.
Yunus bin ‘Ubaid berkata, “Aku tidak melihat seseorang yang lidahnya terjaga melainkan aku melihatnya pula pada seluruh amalannya. Dan seorang yang rusak tutur katanya melainkan aku melihatnya tampak pada seluruh amalanya”.
Fudhoil bin ‘Iyadh berpetuah, “Barangsiapa yang menganggap perkataannya bagian dari amalnya, niscaya sedikit perkataannya pada sesuatu yang tidak bermanfaat”.
Gerakan anggota tubuh yang paling ringan adalah lidah, namun itu pula yang paling besar bahayanya bagi seorang manusia.
Abu Hatim rahimahullah berkata, “Wajib bagi orang yang berakal agar berlaku adil kepada telinga dan mulutnya. Dia harus tahu, bahwa ia diberi dua telinga dan satu mulut adalah agar ia lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Karena kalau dia berbicara bisa jadi dia akan menyesali dan apabila tidak berbicara dia tidak menyesal. Dan dia akan lebih mudah membantah apa yang tidak dia ucapkan dari pada membantah apa yang telah dia ucapkan”.
Dulu, sebagian ulama tidak menerima hadits dari orang-orang yang berbicara atau mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak patut.
Pernah dikatakan kepada  Al-Hakam bin Utaibah, “Kenapa engkau tidak menulis hadits dari Zaadaan?”. Ia menjawab, “Dia banyak bicara”.
Lidah dapat menyebabkan dua petaka besar, jika seseorang selamat dari yang satunya belum tentu selamat dari yang berikutnya.
Dua petaka atau bencana itu adalah : petaka berbicara dan petaka diam.
Seorang yang bungkam dan mendiamkan kebenaran adalah setan yang bisu, bermaksiat kepada Allah, bermuka dua dan menjilat , jika dia tidak mengkhawatirkan bahaya atas dirinya.
Dan orang yang mengucapkan perkataan yang batil adalah setan yang berbicara, bermaksiat kepada Allah dengan kata-kata yang ia ucapkan.
Adapun orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus – semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan mereka – berada di antara dua petaka tersebut. Mereka menahan lidah mereka dari perkataan yang batil dan melepaskannya untuk sesuatu yang mendatangkan manfaat kepada mereka di akhirat. Oleh karena itu, kita tidak adakan dapatkan salah seorang mereka melontarkan kata-kata yang tidak mendatangkan manfaat apalagi yang bisa membahayakan di akhirat.
Seorang mukmin sepatutnya memiliki tutur-kata yang santun, bersih dan terjaga.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Bukanlah seorang mukmin itu suka mencela, melaknat, berkata yang keji dan kotor”.[7]
Seorang hamba, bisa jadi di hari kiamat datang membawa kebaikan sebesar gunung, lalu dia dapatkan ternyatalidahnya telah memusnahkan semuanya. Atau sebaliknya, dia datang membawa kesalahan yang banyak ternyata lidahnya menghapusnya karena dia banyak berdzikir dan yang berkaitan dengannya.
Ketika seseorang datang kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama lalu berkata, “Hai Rasulullah nasehatilah aku’”. Rasul shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Jika engkau berdiri dalam sholatmu, maka sholatlah seolah-olah itu sholat terakhirmu. Dan janganlah engkau mengucapkan kalimat yang esok membuatmu menyesal dan bulatkanlah bersungguh-sungguhlah memutus harapan terhadap apa yang ada ditengan manusia”[8].
Kalau saja setiap kita memegang tiga wasiat ini; sholat dengan khusyu’, menjaga lidah, dan     menggantungkan harapan hanya kepada Allah, niscaya keberuntungan menyertai langkahnya.
Oleh karena itu ketika Uqbah bin Amir bertanya kepada Rasulullah, “Apa keselamatan itu?”. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama menjawab, “Tahanlah lidahmu dan jadikanlah rumahmu lapang bagimu, serta tangisilah kesalahanmu”[9].
Semoga Allah menjaga kita semua dari petaka lidah …
Semoga Allah menguatkan kita untuk menyuarakan kebenaran
Semoga Allah menguatkan kita untuk menahan lidah dari kebatilan, amin.

[1] Dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ary.
[2] Al-Adzkar Imam An-Nawawi (1/332).
[3] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2318) dari Abu Hurairah.
[4] Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi (1/332).
[5] Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi (1/335).
[6] Maksudnya menyindir  seseorang yang saya sebutkan sebelumnya.
[7] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari di Adabul Mufrod, At-Tirmidzi, Al-Hakim dan lainnya. Dishohihkan Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi dan Al-Albani. (Ash-Shohihah 1/319 no. 320).
[8] Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi dan dishohihkan oleh Al-Albani (Shohih Al-Jami’ no. 742)
[9] Diriwayatkan oleh Abdullah bin Al-Mubaarok dalam Az-Zuhud (no.134), Ahmad (5/259) dan At-Tirmidzi (2/65) (Ash-Shohihah 2/581).

http://abuzubair.net
thank you