Rabu, 18 Agustus 2010

Catatan catatan dari masjid Aisyah

Seperti malam-malam sebelumnya, sang imam akan memperdengarkan kami bacaan satu juz Al-qur’an per 8 raka’at dengan durasi waktu sekitar 80 menit. Namun begitu, malam ini aku tak berjejer bersama makmum lainnya. 

Ini adalah malam pertama aku berbaring sambil mendengar suara imam terawih membacakan kami juz ke-5 dari Al-qur’an. Aku masih menjadi pendengar setia bacaannya pada malam kelima ini. Bukanlah sebagai makmum namun karena suara merdu sang imam terdengar hingga dalam ruangan yang berukuran meter dan berada di lantai 2 masjid Aisyah ini.


>>Ruangan Mini. .

Ruangan ini adalah perpustakaan mini dengan ukuran yang baru saja kusebutkan dan aku tengah berbaring di ubinnya. Hanya karpet yang membatasi tubuhku dengan lantai. 

Tembok bagian dalam ruangan ini berwarna putih kekuning-kuningan. Disini, terdapat enam buah rak buku yang masing-masing memiliki enam tingkatan, tempat buku-buku dijejerkan..

Kuakui, ruangan yang berada di lantai 2 masjid aisyah ini memang masih kecil untuk dikatakan sebuah perpustakaan. Namun itu bukanlah kekurangan karena referensi yang ada bisa dikatakan mencukupi, terlebih dengan adanya referensi-referensi asli dalam bahasa arab karya para ulama. Kudapati kitab-kitab hadits beserta penjelasannya, kitab tafsir, aqidah, manhaj, fiqh, adab, takhrij, fatawa, matan, tarikh, lughah, dan lainnya. Ada pula kitab-kitab terjemahan dan majalah-majalah islami.


>>Yang Kuharapkan..

Kurasakan ragaku lelah dan dinginnya lantai segera meraba badan yang walaupun masih belum mendominasi suhu tubuh. Alunan suara indah sang imam dan jejeran kitab para ulama menjadi penawar sekaligus penghiburku disini. Dan bisa dikatakan sebagai pengikis letih.
Dalam kondisi seperti ini haruslah kunikmati sebagai hidangan pahala. 

Butuh kesabaran.

Bagaimana tidak?

Kuharapkan pahala sabar dalam sakit yang mendera. Kuharapkan pahala dalam mendengar sejuknya ayat-ayat cinta-Nya. Kuharapkan pahala istiqamah dalam beribadah. Sambil memandang kitab-kitab para ulama, kuharapkan pahala dalam niat untuk mempelajarinya.


>>Anak Itu Terlihat Kurus..

Pada saat yang sama, aku teringat seorang anak kecil yang pernah berdiri di sampingku saat terawih. Badannya kurus. Sering kudapati ia memakai jubah putih. Terlihat hitam di kantung matanya. Dia begitu betah berdiri dalam 8 raka’at (salam setiap 2 raka’at) dengan durasi waktu mencapai 90 menit dan mendengar 1 juz alqur’an setiap malamnya (kami taraweh mulai pukul 21.00 hingga 22.30). Tak bisa kutebak umurnya namun kuketahui dia duduk di kelas 2 SMP.


>>Kantuk Pun Menyerangnya. .

Pada kesempatan lain yaitu shalat subuh, di shaf terdepan, berdiri disamping kiriku seorang anak kecil yang masih kelas 1 SMP. Seperti biasa, shalat subuh di tempat kami berlangsung 15 hingga 20 menit karena sang imam biasanya membacakan kami surat-surat yang ada di juz 28, 29 atau surat-surat panjang di juz 30.

Di raka’at kedua, anak kecil tersebut mengantuk. Tak kuketahui menguap atau tidak. Namun kepalanya, kurasakan beberapa kali mendarat di bagian atas siku tanganku.

Subhanallah..

Itulah kantuk yang ia tahan saat taraweh malamnya. 

Itulah kantuk yang tersisa dan ia tahan saat kesetiaannya membaca Al-qur’an. 

Itulah kantuk yang ia tahan saat ia usahakan menghafal kalam Rabb-Nya. 

Itulah kantuk yang ia tahan saat menghafal hadist-hadist nabi shallahu ‘alaihi wasallam. 

Itulah kantuk yang ia tahan saat do’a-do’a ia semburatkan. 

Itulah kantuk yang ia tahan saat mempelajari agama Allah..

itulah kantuk yang ia tahan saat makanan sahur terhidangkan.

Di usianya yang masih belia, semoga Allah menganugerahkan keberkahan umurnya, menerima teladan amal yang ia peragakan dan menganugerahkan kefaqihan dalam agama. .


>>Cambuk Hati..

Aku tak yakin rekan-rekan sebayanya di luar sana mampu melakukan seperti apa yang lakukan. Bahkan, bisa jadi mereka yang usianya lebih tua. 

Bisa jadi di luar sana mereka sedang nikmati hidangan maksiat. 

Bisa jadi diantara mereka sedang dengarkan gosip murahan atau lagu picisan. 

Bisa jadi diantara mereka sedang asyik tepon-telponan dengan lawan jenis.

untuk mereka yang kusebutkan terakhir, sebagai penutup, kuhadiahkan matan (redaksi) hadist yang kudapati dalam kitab Al-Jami’u Lil Kaba-ir wal Muharramat wal Manhiyyat Min Al-qur'an wal Ahadits Ash-shahihah karya Syaikh Muhammad Basyir Ath-Thahlawi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“janganlah seorang laki-laki bermesraan dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita bermesraan dengan wanita lain.” 

[HR Ahmad, ath-Thabrani, dan yang lain, al-Arna-uth (4/494) berkata, ”Hadist shahih.”]

Mari sejenak berpikir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah putuskan mata rantai nafsu walau dengan sesama jenis.

Lantas bagaimana dengan lawan jenis? Tentu lebih terlarang.

Mata begitu bisa menyemburkan mesra lewat pandangan nakal. Begitu pula terlebih dengan lisan yang mampu ungkapkan sejuta gombal dan membangkitkan derasnya syahwat.
Semoga menjadi cambuk bagi hati yang masih memiliki iman dan harga diri..


"...cobalah sejenak kembali kau telusuri goresan-goresan pena kami sebelumnya. Begitu ingin bagi kami agar kau teguk tetesan risalah langit yang Allah gerimiskan dari lisan para ulama…"

****

Sepertinya, anak kecil yang kulihat itu menunggu sang ayah keluar dari masjid kami, masjid Aisyah. Ia berdiri pada jarak kurang dari 5 meter dari pintu masjid, dekat dengan tempat wudhu bagian depan. Umurnya mudah ditebak walaupun secara tak pasti. Setidaknya ia berada pada fase usia anak-anak Play Grup atau Taman Kanak-kanak. .

Setiap orang pasti tertarik dengan anak kecil, tertarik yang tak ternodai dengan nafsu. Begitu pula denganku. Karena itu, ingin kuberbicara dengan bidadari kecil ini. Kuucapkan salam. Dia pun memutarkan badannya agar bagian depan tubuh dan mukanya tak berhadapan denganku. Begitu sempurna pakaian yang membungkus dan membalut tubuhnya. Terpolesi pula dengan cadar untuk menutupi wajahnya.

Begitu mengagumkan, kawan.

Subhanallah.

Allahu akbar. .

Telah terurai rasa malu wanita-wanita yang memamerkan dan mempertontonkan kecantikannya di luar sana.

Telah tertimbun begitu dalam rasa malu wanita-wanita yang berjalan berlenggak-lenggok di jalanan.

Telah tercabik rasa malu wanita-wanita yang berada di akhir zaman ini yang menandakan musim fitnah datang bertandang menggerogoti puing-puing keimanan anak adam.


Wahai saudariku muslimah.

Janganlah engkau mengikis keimanan kami dengan cara bertabarruj.

Allah berfirman,


“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.”[1]

Tahukah engkau tentang tabarruj itu?

Engkau menampakkan keelokan wajah dan titik-titik pesona tubuhmu di hadapan laki-laki non mahram [2]. Engkau menampakkan betis, lengan, kepala dan rambutmu. Engkau keluar rumah dengan dandanan memikat dan mengundang fitnah [3]. Engkau pampang foto-fotomu di dunia maya ini terlebih dengan senyuman menggoda.

Tak kah engkau sadar bahwa itu semua adalah praktek kemungkaran yang dahsyat menerjang dan melanggar syariat? Tak sadarkah bahwa itu semua menyebabkan murka, siksa dan amarah Allah? Siapkah engkau kedatangan hujan bencana di alam ini?

Saudariku muslimah. . .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“..wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun..”[4]

Begitu sering terdengar hadits tentang wanita yang berpakaian tapi telanjang di atas. Namun, hanya sebatas indah di telinga dan selanjutnya amal membisu dan terdiam tak tergerak.
Jujur. . .
Jujur kuakui, aku malu melihatmu..

Saudariku. .

Suburkanlah keimanan kami dengan menggantil foto profilmu di dunia maya ini. Jangan seret kami ke arah kemaksiatan yang berujung di neraka.

Mungkin engkau ingin dikatakan cantik sehingga engkaupun tersanjung. Baiklah. Kukatakan engkau itu cantik. Namun apakah perkataan ini merupakan mata air kebahagiaan yang menyirami bunga-bunga keimananmu? Tidak wahai saudariku karena penilaianku hanya fisik semata. Engkau akan cantik dan anggun dengan kemuliaan risalah langit yang kau rengkuh di jalan ilmu.

Saudariku muslimah. .

Hidayah itu amat mahal. Tak terjual di pasar dan jalanan. Pula, hidayah itu mudah beterbangan lalu terurai dan luntur bersama hembusan angin maksiat. Karenanya, bergabunglah dengan saudarimu yang shalihah. Mereka telah mendahuluimu dalam hal ilmu dan amal. Nikmati syahdunya hidayah bersama mereka.

Wahai saudariku yang shalihah dan telah mendahului sebagian yang lain dalam ilmu dan amal.

Doakanlah saudarimu agar bisa bergabung dalam kafilah wanita-wanita yang didamba surga. Mereka pun adalah perindu surga dan hendak menginginkan rengkuhanmu. Sertakan mereka dalam setiap sujud yang engkau rebahkan di hadapan Ar-Rahman. . . .





Bersambung, insya Allah


Penulis: Fachrian Almer Akiera (Yani Fachriansyah, Mahasiswa Jurusan Matematika Unram)

Muraja’ah: Ustadz Davitli Ihsan Lc. (Alumni LIPIA Jakarta)

Mataram, 11 juni 2010, kembali diedit dan dimuraja’ah tanggal 6 Ramadhan 1431 H.


Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atubu ilaika. . .

_______
Endnotes:

[1]. QS. Al-Ahzab: 33

[2]. Poin ini adalah salah satu pengertian tabarruj yang di sebutkan al-Maududi dalam Tafsir Al-Hijab. Lihat keterangan ini dalam kitab Munazharah Mubhijjah Baina Muhajjabah wa Mutabarrijah (edisi terjemahan) oleh Syaikh Ibrahim bin Fathi bin Abd. Al-Muqtadir. Penerbit Amzah, hal. 12

[3]. Lihat penjelasan lengkap tentang hal ini dalam kitab Hiraasatu Al-Fadhilah oleh Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid. .

[4]. HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’, no. 1661



Taman Orang-orang Jatuh Cinta (Raudhoh al Muhibbin)

thank you