Kamis, 16 Desember 2010

Waktu Pagi dan Kebiasaan Orang Sholih

Inilah sebagian kondisi kaum muslimin saat ini. Sehabis shalat shubuh

di masjid, sebagian di antara kita ada yang memanfaatkan waktu pagi

karena dia mengetahui keutamaan di dalamnya. Ada pula yang tertidur

pulas karena telah dipengaruhi rayuan setan dan tidak mampu

mengalahkannya.





Perlu kita ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang sangat

utama dan penuh berkah. Tulisan berikut akan sedikit mengupas mengenai

keutamaan waktu pagi dan bagaimana memanfaatkannya. Semoga Allah selalu

memberi kita taufik untuk mengamalkan setiap ilmu yang telah kita

peroleh.





SAUDARAKU, KETAHUILAH KEUTAMAAN WAKTU PAGI


[Pertama> Waktu Pagi adalah Waktu yang Penuh Berkah





Waktu yang berkah adalah waktu yang penuh kebaikan. Waktu pagi telah

dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu

yang berkah.





Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,





"Ya Allah, berkahilah

umatku di waktu paginya."






Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu

‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri

(yang meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa

membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi

kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin

Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al

Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)





Ibnu Baththol mengatakan, "Hadits ini tidak menunjukkan bahwa selain

waktu pagi adalah waktu yang tidak diberkahi. Sesuatu yang dilakukan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu

yang berkah dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik

uswah (suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu

tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi

tersebut adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal

(aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu bersemangat (fit) untuk

beraktivitas. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

mengkhususkan do’a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan

berkah di dalamnya." (Syarhul Bukhari Libni Baththol, 9/163, Maktabah

Syamilah)





[Kedua> Waktu Pagi adalah Waktu Semangat Untuk Beramal 







Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah

dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa

sallam bersabda,





"Sesungguhnya agama itu

mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya

kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan

sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu

berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya.

Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah

ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari

tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam." 
(HR.

Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)





Yang dimaksud ‘al ghodwah’ dalam hadits ini adalah perjalanan di awal

siang. Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah

waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul Bari

1/62, Maktabah Syamilah)


Inilah tiga waktu yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari

sebagai waktu semangat (fit) untuk beramal. 





Syaikh Abdurrahmanbin bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa inilah tiga

waktu utama untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik

baik jauh ataupun dekat. Juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk

melakukan amalan akhirat). (Lihat Bahjah Qulubil Abror, hal. 67,

Maktbah ‘Abdul Mushowir Muhammad Abdullah)





BAGAIMANA KEBIASAAN ORANG SHOLIH DI PAGI HARI?





[1> Kebiasaan Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam






An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan

tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan

masjid’. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in

–Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya

kepada Jabir bin Samuroh,





"Apakah engkau sering

menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?"


Jabir menjawab,


"Iya. Beliau shallallahu

‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah

shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat).

Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara

jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa

sallam hanya tersenyum saja."
 (HR. Muslim no. 670)





An Nawawi mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir

setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak

memiliki udzur (halangan).





Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf

dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk

berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari." (Syarh An Nawawi ‘ala

Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)





[2> Kebiasaan Ibnu Mas’ud

radhiyallahu ‘anhu






Dari Abu Wa’il, dia berkata, "Pada suatu pagi kami mendatangi Abdullah

bin Mas’ud selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami

mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan untuk masuk. Akan

tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya

sembari berkata, "Mari silakan masuk." Kemudian kami masuk sedangkan

Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.


Ibnu Mas’ud lantas berkata, "Apa yang menghalangi kalian padahal aku

telah mengizinkan kalian untuk masuk?"





Lalu kami menjawab, "Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota

keluargamu sedang tidur." Ibnu Mas’ud lantas bekata, "Apakah kalian

mengira bahwa keluargaku telah lalai?"





Kemudian Ibnu Mas’ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa

matahari telah terbit. Lantas beliau memanggil budaknya, "Wahai

budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit." Si budak tadi kemudian

melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan

dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit,

beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, "Lihatlah apakah

matahari telah terbit." Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika

matahari telah terbit, beliau mengatakan,





"Segala puji bagi Allah

yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini." 
(HR.

Muslim no. 822)





[3> Keadaan Syaikhul

Islam Ibnu Taimiyah di Pagi Hari






Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah orang yang gemar beribadah dan

bukanlah orang yang kelihatan bengis sebagaimana anggapan sebagian

orang. Kita dapat melihat aktivitas beliau di pagi hari sebagaimana

dikisahkan oleh muridnya –Ibnu Qayyim Al Jauziyah.-





Ketika menjelaskan faedah dzikir bahwa dzikir dapat menguatkan hati dan

ruh, Ibnul Qayim mengatakan, "Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu saat

shalat shubuh. Kemudian (setelah shalat shubuh) beliau duduk sambil

berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga pertengahan siang. Kemudian

berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari.

Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau

perkataan beliau yang semisal ini-." (Al Wabilush Shoyib min Kalamith

Thoyib, hal.63, Maktabah Syamilah) 





Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik oleh Allah untuk

mengisi waktu pagi dengan amalan sholih.





Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya


Muhammad Abduh Tuasikal, ST



http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/216/waktu-pagi-dan-kebiasaan-orang-sholih
thank you