Senin, 09 Agustus 2010

BILA HATI RINDU MENIKAH


Dear Ukhti………
apa kabar imanmu hari ini?
semoga selalu menapak maju
apa kabar hatimu hari ini?
semoga selalu bersih dari debu juga kelabu
apa kabar cintamu hari ini?
semoga selalu berpeluh rindu pada Nya…

Ukhti..
sungguh indah hidup setelah menikah
apa yang sebelumnya haram menjadi halal
semua perbuatannya mendapat pahala yang berlimpah di sisiNya
suka duka dilalui berdua
senang sedih ada yang menemani
tawa tangis pun bersama

Ukhti..
menikah adalah setengah dien,
dan ia menggenapkan dien menjadi satu…
sungguh, menikah seperti melihat dunia lain
yang tiada pernah dikunjungi sebelumnya…
apa yang tidak bisa dilihat sebelum menikah
kini tidak lagi,
seakan membuka mata kanan
yang sebelumnya belum pernah dibuka
begitu luas, begitu indah,
hingga Rasul pun menyunnahkan suatu pernikahan ini:

“bukan termasuk ummatku, jika ia berkeinginan tidak menikah…”

Ukhti..
menikah adalah keputusan besar dari suatu perjanjian berat
pernah ada yang berkata..
“saat akad diucapkan Arsy tertinggi berguncang karena suatu perjanjian
berat diucapkan, karena itu saat akad terjadi ada tangis disana..tangis
suka, tangis duka…”
Allah menjadi saksi karena Dia Yang Maha Melihat lagi Menatap
dan setiap undangan yang datang akan mendoakan pernikahan ini

Ukhti..yang sedang menanti “terkasih”
nanti-lah dengan sabar…
sungguh, Allah Maha Tau yang terbaik untuk dirimu
siapkan dirimu, hatimu..
sangat mudah bagiNya memberikan “terkasih” untukmu
ataupun tidak berharap
dan mintalah padaNya..
pemilik alam raya dan pencipta “terkasih”mu

Ukhti..yang sedang menjelang akad
berdoa-lah selalu padaNya
penentu segalaNya…
mohon petunjukNya jika “terkasih” adalah yang terbaik untukmu
kemudahan, juga kelancaran dalam peristiwa besar nanti
sungguh, Allah Maha Tau yang terbaik untuk dirimu..
siapkan dirimu, hatimu..

Ukhti..yang telah menikah
jagalah nikmatNya yang besar ini
hanya dengan izinNya dirimu dan “terkasih”mu bersatu,
tiada yang lain…
jadilah penyejuk hati dan pandangannya..
menjadi istri sholehah dambaan..

Ukhti..
bahagiamu adalah bahagiaku
sedihmu juga sedihku
tawamu, tawaku juga
tangismu adalah tangisku
semoga Allah Yang Maha Indah,
memudahkan langkah ini..
memberikan yang terbaik menurutNya
dan menjadikan wanita dan istri juga ibu sholehah…

Barakallah,, Ukhti.. semoga Allah memudahkan segala urusanmu untuk menuju “kesana”.. Amiiin Allahumma Amiiin…
Aku ingin sekali bisa memenuhi undangan walimahanmu di Bandung,, tapi…. masih melobi ortu apakah aku diperbolehkan kesana.. Semoga aku bisa datang ya, May…

Dan ini juga kupersembahkan untuk seluruh akhwat fillah yg ingin, akan atau sedang mempersiapkan serta yang sudah menuju kesana… semoga bisa menjadi renungan yg bermanfaat…

author: unknown
http://ainuamri.wordpress.com/2009/08/10/bila-hati-rindu-menikah-bahagia-merayakan-cinta/

RENUNGAN BAGI YG SEDANG DIMABUK CINTA



 Mabuk Cinta
Oleh: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Salah satu tipu daya setan adalah fitnah yang di timpakannya kepada mereka yang di landa mabuk cinta kepada seseorang.

Demi Allah, ini merupakan fitnah dan bencana yang sangat besar, yang menjadikan nafsu menghambakan diri kepada selain penciptanya, yang menaklukkan hati kepada kekasih yang di gandrunginya yang akan menimpakan kehinaan kepadanya, yang menyalakan peperangan antara mabuk cinta dan tauhid, dan yang mengajak untuk memberikan kesetiaan kepada setan durhaka.

Ia menjadikan hati sebagai tawanan hawa nafsu, sebaliknya menjadikan hawa nafsu sebagai hakim dan pemimpinnya. Di penuhinya hati dengan bencana dan fitnah, di halanginya dari kebenaran, dan di palingkannya dari jalan yang lurus. Ia berteriak di pasar perbudakan, menawarkan hati kemudian menjualnya dengan harga yang murah. Di berikannya imbalan yang rendah kepada hati, sebagai ganti dari imbalan yang bernilai tinggi, yaitu kamar kamar surga, dan lebih dari itu adalah kedekatan dengan AR-Rahman.

Lantas, hati merasa tentram berada di sisi kekasih yang hina itu, padahal derita yang di rasakannya berlipat ganda di bandingkan dengan kenikmatan yang diperolehnya, kedekatan dengannya merupakan sebab terbesar kesengsaraannya. Padahal alangkah cepatnya seorang kekasih berubah menjadi musuh! alangkah cepatnya seorang kekasih meninggalkan kekasihnya, sampai sampai seperti tidak pernah menjadi seorang kekasih.

Andaikata seseorang bisa bersenang-senang dengan kekasihnya di dunia ini, namun tidak lama lagi ia pasti mendapat penderitaan yang lebih besar padanya, apalagi di hari ketika para kekasih telah menjadi musuh bagi kekasihnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.(1)

Betapa meruginya orang yang mabuk cinta yang telah menjual dirinya kepada selain “KEKASIH PERTAMA” dengan harga murah dan kenikmatan sesaat; begitu kelezatannya hilang tinggallah tanggung jawabnya; begitu manfaatnya hilang tinggallah mudharatnya begitu kenikmatannya hilang tinggallah kesengsaraannya; dan begitu kebahagiaannya hilang tinggallah penyesalannya.

Duhai,kasihinilah orang yang mabuk cinta yang memiliki dua macam duka cita:
-Duka karena tidak mendapatkan “KEKASIH YANG MAHA TINGGI”serta kenikmatan yang abadi.
-Duka karena kepayahan dan siksa pedih yang musti di tanggungnya.

Pada hari itu ,orang yang tertipu mengetahui perdagangan apakah yang telah di sia-siakannya serta mengatakan bahwa orang yang selama ini telah memperbudak dirinya dan menguasai hatinya sebenarnya tidak layak dirinya menjadi pembantu dan pengikut orang itu. Musibah apakah yang lebih besar daripada seorang raja yang di turunkan dari tahta kerajaannya di jadikan sebagai tawanan orang yang tidak pantas menjadi tuannya serta di paksa untuk mematuhi segala perintah dan larangannya? Jika anda melihat hatinya ketika ia bersama orang yang di cintainya niscaya anda melihatnya: Ibarat burung di genggaman seorang bocah yang menimpakan berbagai penderitaan kepadanya sedangkan si bocah bergembira dan bermain.

Jika anda melihat keadaan dirinya dan kehidupannya, niscaya Anda akan berkomentar:

Tiadalah di muka bumi ini orang yang lebih menderita daripada seorang yang di mabuk cinta. Meski hawa nafsunya memperoleh kenikmatan. Kau lihat ia menangis setiap saat sebab takut berpisah,atau karena rindu. Menangis ketika mereka jauh karena rindu kepada mereka. Juga menangis ketika mereka dekat karena takut berpisah. Andaikata Anda melihat tidur dan istirahatnya, Niscaya anda mengetahui bahwa cinta dan tidur telah berjanji dan bersepakat untuk tidak akan pernah bertemu. Jika Anda melihat simbah air matanya dan gejolak api di dalam dirinya niscaya Anda membaca syair:

Maha Suci RABB ‘ARSY yang menciptanya dengan sempurna

Yang menjadikan hal-hal yang berlawanan tanpa penolakan

Tetes airmata muncul dari gejolak api di dalam diri

air dan api berada di satu tempat

Andaikata anda bisa melihat masuk dan merasuknya cinta kedalam hati niscaya Anda mengetahui bahwa cinta itu lebih halus cara masuknya ke dalamnya daripada masuknya roh kedalam badan.

Pantaskah orang yang berakal menjual”raja yang di taati” ini kepada siapa yang akan menimpakan siksaan buruk kepadanya dan yang menciptakan pembatas tebal antara dirinya dan Wali Maulanya yang Haq, yang senantiasa di butuhkannya?

Seseorang yang mabuk cinta ibarat mayat bagi yang di cintainya. Ia juga budak yang tunduk dan patuh kepadanya. Jika di panggil ,ia datang menyambut. Jika di tanyakan kepadanya; “apa yang kamu angankan?”

Maka yang di cintainya adalah puncak segala angannya. ia tidak bisa memperoleh ketentraman dan ketenangan pada selainnya.

Sungguh sepantasnyalah jika ia tidak menyerahkan penghambaan dirinya kecuali kepada sang kekasih dan tidak menjual bagiannya darinya dengan penukar yang rendah.

Di salin ulang dari Ighatsatul lahfam Min mashayidisy Syaithan (menyelamatkan hati dari tipu daya setan jilid 2,hal:285-287) penerbit Al-Qowam

(1).Itu terjadi pada hari kiamat.sebagaimana firman allah ta’ala dalam surat Az-Zaukhruh ayat 66-67.”mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa”
.

http://www.facebook.com/note.php?note_id=362782111911

Macam-Macam Bid’ah di Bulan Ramadhan

Penulis: Abu Sa'id Satria Buana
Muroja'ah: Ustadz Abu Salman
Artikel www.muslim.or.id

Kategori Fiqh dan Muamalah, Ramadhan | 01-09-2008 | 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan barakah dan penuh dengan keutamaan. Allah subhanahu wa ta'ala telah mensyariatkan dalam bulan tersebut berbagai macam amalan ibadah yang banyak agar manusia semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Akan tetapi sebagian dari kaum muslimin berpaling dari keutamaan ini dan membuat cara-cara baru dalam beribadah. Mereka lupa firman Allah ta'ala, "Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian." (QS. Al-Maidah: 3). Mereka ingin melalaikan manusia dari ibadah yang disyariatkan. Mereka tidak merasa cukup dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan para sahabat beliau ridhwanullahi `alaihim ajma'iin.

Oleh sebab itu pada tulisan ini kami mencoba mengangkat beberapa amalan bid'ah yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin, yaitu amalan-amalan yang dilakukan akan tetapi tidak diajarkan oleh Nabi kita shallallahu `alaihi wa sallam maupun para sahabat beliau, semoga dengan mengetahuinya kaum muslimin bisa meninggalkan perbuatan tersebut.

Bid'ah Berzikir Dengan Keras Setelah Salam Shalat Tarawih

Berzikir dengan suara keras setelah melakukan salam pada shalat tarawih dengan dikomandani oleh satu suara adalah perbuatan yang tidak disyariatkan. Begitu pula perkataan muazin, "assholaatu yarhakumullah" dan yang semisal dengan perkataan tersebut ketika hendak melaksanakan shalat tarawih, perbuatan ini juga tidak disyariatkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, tidak pula oleh para sahabat maupun orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Oleh karena itu hendaklah kita merasa cukup dengan sesuatu yang telah mereka contohkan. Seluruh kebaikan adalah dengan mengikuti jejak mereka dan segala keburukan adalah dengan membuat-buat perkara baru yang tidak ada tuntunannya dari mereka.

Membangunkan Orang-Orang untuk Sahur

Perbuatan ini merupakan salah satu bid'ah yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, beliau tidak pernah memerintahkan hal ini. Perbedaan tata-cara membangunkan sahur dari tiap-tiap daerah juga menunjukkan tidak disyariatkannya hal ini, padahal jika seandainya perkara ini disyariatkan maka tentunya mereka tidak akan berselisih.

Melafazkan Niat

Melafazkan niat ketika hendak melaksanakan puasa Ramadhan adalah tradisi yang dilakukan oleh banyak kaum muslimin, tidak terkecuali di negeri kita. Di antara yang kita jumpai adalah imam masjid shalat tarawih ketika selesai melaksanakan shalat witir mereka mengomandoi untuk bersama-sama membaca niat untuk melakukan puasa besok harinya.

Perbuatan ini adalah perbuatan yang tidak di contohkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam juga orang-orang saleh setelah beliau. Yang sesuai tuntunan adalah berniat untuk melaksanakan puasa pada malam hari sebelumnya cukup dengan meniatkan dalam hati saja, tanpa dilafazkan.

Imsak

Tradisi imsak, sudah menjadi tren yang dilakukan kaum muslimin ketika ramadhan. Ketika waktu sudah hampir fajar, maka sebagian orang meneriakkan "imsak, imsak…" supaya orang-orang tidak lagi makan dan minum padahal saat itu adalah waktu yang bahkan Rasulullah menganjurkan kita untuk makan dan minum. Sahabat Anas meriwayatkan dari Zaid bin Sabit radhiyallahu `anhuma, "Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kemudian beliau shalat. Maka kata Anas, "Berapa lama jarak antara azan dan sahur?", Zaid menjawab, "Kira-kira 50 ayat membaca ayat al-Qur'an." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menunda Azan Magrib Dengan Alasan Kehati-Hatian

Hal ini bertentangan dengan perintah Nabi shallallahu `alaihi wa sallam yang menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka. Rasulullah bersabda,

"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari Muslim)

Takbiran

Yaitu menyambut datangnya ied dengan mengeraskan membaca takbir dan memukul bedug pada malam ied. Perbuatan ini tidak disyariatkan, yang sesuai dengan sunah adalah melakukan takbir ketika keluar rumah hendak melaksanakan shalat ied sampai tiba di lapangan tempat melaksanakan shalat ied.

Padusan

Yaitu Mandi besar pada satu hari menjelang satu ramadhan dimulai. Perbuatan ini tidak disyariatkan dalam agama ini, yang menjadi syarat untuk melakukan puasa ramadhan adalah niat untuk berpuasa esok pada malam sebelum puasa, adapun mandi junub untuk puasa Ramadhan tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu `alaihi wa sallam.

Mendahului Puasa Satu Hari Atau Dua Hari Sebelumnya

Rasulullah telah melarang mendahului puasa ramadhan dengan melakukan puasa pada dua hari terakhir di bulan sya'ban, kecuali bagi yang memang sudah terbiasa puasa pada jadwal tersebut, misalnya puasa senin kamis atau puasa dawud. Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian mendahului puasa ramadhan dengan melakukan puasa satu hari atau dua hari sebelumnya. Kecuali bagi yang terbiasa melakukan puasa pada hari tersebut maka tidak apa-apa baginya untuk berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim)

Perayaan Nuzulul Qur'an

Yaitu melaksanakan perayaan pada tanggal 17 Ramadhan, untuk mengenang saat-saat diturunkannya al-Qur'an. Perbuatan ini tidak ada tuntunannya dari praktek Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, begitu pula para sahabat sepeninggal beliau.

Berziarah Kubur Karena Ramadhan

Tradisi ziarah kubur menjelang atau sesudah ramadhan banyak dilakukan oleh kaum muslimin, bahkan di antara mereka ada yang sampai berlebihan dengan melakukan perbuatan-perbuatan syirik di sana. Perbuatan ini tidak disyariatkan. Ziarah kubur dianjurkan agar kita teringat dengan kematian dan akhirat, akan tetapi mengkhususkannya karena even tertentu tidak ada tuntunannya dari Rasulullah maupun para sahabat ridhwanullahi `alaihim ajma'iin.

Inilah beberapa bid'ah yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, khususnya di negeri kita, semoga Allah ta'ala memberikan kita ilmu yang bermanfaat, sehingga kita bisa meninggalkan perkara-perkara tersebut dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntunan Nabi kita Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam.

***

Bermaaf-maafan Sebelum Ramadhan

Oleh Ustadz Yulian Purnama -hafizhahullah-

Kali ini akan kita bahas mengenai sebuah tradisi yang banyak dilestarikan oleh masyarakat, terutama di kalangan aktifis da’wah yang beramal tanpa didasari ilmu, tradisi tersebut adalah tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan. Ya, saya katakan demikian karena tradisi ini pun pertama kali saya kenal dari para aktifis da’wah kampus dahulu, dan ketika itu saya amati banyak masyarakat awam malah tidak tahu tradisi ini. Dengan kata lain, bisa jadi tradisi ini disebarluaskan oleh mereka para aktifis da’wah yang kurang mengilmu apa yang mereka da’wahkan bukan disebarluaskan oleh masyarakat awam. Dan perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Islam.

Mereka yang melestarikan tradisi ini beralasan dengan hadits yang terjemahannya sebagai berikut:

Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.

Do’a Malaikat Jibril itu adalah:
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Namun anehnya, hampir semua orang yang menuliskan hadits ini tidak ada yang menyebutkan periwayat hadits. Setelah dicari, hadits ini pun tidak ada di kitab-kitab hadits. Setelah berusaha mencari-cari lagi, saya menemukan ada orang yang menuliskan hadits ini kemudian menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (3/192) dan Ahmad (2/246, 254). Ternyata pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192) juga pada kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254) ditemukan hadits berikut:

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.

Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679).

Dari sini jelaslah bahwa kedua hadits tersebut di atas adalah dua hadits yang berbeda. Entah siapa orang iseng yang membuat hadits pertama. Atau mungkin bisa jadi pembuat hadits tersebut mendengar hadits kedua, lalu menyebarkannya kepada orang banyak dengan ingatannya yang rusak, sehingga berubahlah makna hadits. Atau bisa jadi juga, pembuat hadits ini berinovasi membuat tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan, lalu sengaja menyelewengkan hadits kedua ini untuk mengesahkan tradisi tersebut. Yang jelas, hadits yang tidak ada asal-usulnya, kita pun tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu, sebenarnya itu bukan hadits dan tidak perlu kita hiraukan, apalagi diamalkan.

Meminta maaf itu disyariatkan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449)

Dari hadits ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk meminta maaf, jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata: “Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua orang tanpa disadari”. Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه

“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)

Sehingga, perbuatan meminta maaf kepada semua orang tanpa sebab bisa terjerumus pada ghuluw (berlebihan) dalam beragama.

Dan kata اليوم (hari ini) menunjukkan bahwa meminta maaf itu dapat dilakukan kapan saja dan yang paling baik adalah meminta maaf dengan segera, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Sehingga mengkhususkan suatu waktu untuk meminta maaf dan dikerjakan secara rutin setiap tahun tidak dibenarkan dalam Islam dan bukan ajaran Islam.

Namun bagi seseorang yang memang memiliki kesalahan kepada saudaranya dan belum menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf, dan menganggap momen datangnya Ramadhan adalah momen yang tepat, tidak ada larangan memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf kepada orang yang pernah dizhaliminya tersebut. Asalkan tidak dijadikan kebiasaan sehingga menjadi ritual rutin yang dilakukan setiap tahun.

Wallahu’alam.

Sumber: http://kangaswad.wordpress.com/2009/08/16/bermaafan-sebelum-ramadhan/
http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/08/09/bermaaf-maafan-sebelum-ramadhan/#more-6837

SIAPA YANG AKAN MENYOLATKAN JENAZAHMU KELAK?


Glitter Graphics
Glitter Graphicsبسم الله الرحمن الرحيم
SIAPA YANG AKAN MENYOLATKAN JENAZAHMU KELAK?

Saudaraku
Siapa yang akan menyolatkan jenazahmu kelak?
Apakah engkau sudah memilih orang-orang yang akan berdiri mengisi shaf-shaf di belakang jenazahmu, untuk menyolatkanmu?
Pertanyaan yang mungkin terdengar aneh dan membingungkan.
Apa mungkin kita memilih itu? Apakah kita pantas untuk memilih orang yang akan menyolatkan kita?
Jangan gusar saudaraku, sabar .. buka hatimu sebelum membuka mata dan telingamu!
Sudah menjadi kebiasaan, bahwasanya yang akan menyolatkan jenazahmu adalah orang-orang yang engkau cintai dan teman-temanmu, bukankah begitu?
Sekarang cobalah lihat orang-orang di sekelilingmu, lihatlah teman-teman dekatmu, siapa di antara mereka yang pantas untuk menyolatkanmu apakah si A atau si B, apakah dia memang pantas menyolatkanmu?
Saudaraku,
Janganlah menutup mata dari realita yang ada dan jangan sumbat telingamu dari nasehat yang berharga. Bisa jadi kenyataan yang ada memang pahit dan nasehat yang akan engkau dengar menyakitkan. Lapangkanlah dadamu semoga Allah Ta’ala memberkahimu.
Saudaraku, kita harus menelan pahitnya permasalahan ini. Karena itu lebih baik dari kita menelan akibatnya di hari kiamat, di mana tak mungkin lagi mengulangi kehidupan di dunia.
Saudaraku,
-          Siapa yang akan memandikanmu?
-          Siapa yang akan mengafankanmu?
-          Siapa yang akan mengangkat kerandamu?
-          Siapa yang akan menyolatkanmu?
-          Siapa yang akan meletakkanmu di liang lahad?
-          Siapa yang akan mendo’akanmu?
-          Siapa yang akan berdiri di sisi kuburanmu, berdo’a untukmu agar Allah meneguhkanmu ketika malaikat menanyamu?
Jawablah saudaraku!
Siapa yang akan menangisimu?
-          Apakah perokok itu?
-          Ataukah orang yang tidak mau tunduk dan sholat kepada Robbnya ini?
-          Ataukah orang yang meninggalkan puasa dan zakat ini?
-          Ataukah orang yang membiarkan istri dan anak perempuannya bebas berkeliaran di jalanan dan tempat hiburan dengan penampilan yang buruk dan pakaian yang hampir telanjang? Orang yang rela dirinya menjadi seorang Dayyuts?
-          Ataukah orang yang bergelimang maksiat dan dosa besar?
-          Ataukah orang yang tidak memalingkan pandangannya dari wanita bukan mahrom, memandangnya seakan-akan menelanjanginya dengan matanya?
Saudaraku, siapa orang yang engkau inginkan menangisi kematianmu?
-          Apakah temanmu yang mengajakmu ke tempat-tempat minuman keras, ataukah orang yang mengajakmu ke majlis-majlis ilmu?
-          Atau orang yang kalau berbicara, tema pembicaraannya denganmu adalah berita-berita artis, bintang film, penari dan penyanyi, serta menyampaikan kepadamu berita-berita cabul dan keji, ataukah orang yang kalau berbicara kepadamu mengatakan,; Allah berfirman  .. Rasulullah bersabda?
-          Atau orang yang mengajakmu ke tempat hiburan, pantai, sinema dan menghabiskan waktu dengan menonton televisi serta perlombaan-perlombaan ataukah yang mengajakmu ke taman-taman surga?
-          Apakah orang yang mengajak atau  bersamamu main domino, catur dan tenis ataukah orang yang membukakan untukmu lembaran-lembaran Mushaf Al Qur’an?
Saudaraku
Siapa teman dekat dan sahabat akrabmu? Kami bantu engkau untuk memilih sahabat atau teman yang akan menyolatkan jenazahmu esok.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda,
(( لاتصحب إلا مؤمناً ولا يأكل طعامك إلا تقي))
“Janganlah bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan janganlah memakan makananmu kecuali seorang yang bertakwa”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim, dihasankan oleh Al Albany, Shohih Al Jami’ no. 7341)
Beliau shollallahu ‘alaihi wasallama juga bersabda,
(( مثل الجليس الصالح والجليس السوء كمثل صاحب المسك وكير الحداد ، لايعدمك من صاحب المسك أن تشتريه أو تجد ريحه ، وكير الحداد يحرق بدنك أو ثوبك أو تجد منه  ريحاً خبيثاً))
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu laksana berteman dengan penjual minyak wanig dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi engkau bisa membeli darinya atau setidaknya mendapatkan aromanya. Sedangkan pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu atau engkau mendapatkan darinya bau yang tidak sedap”. (HR. Bukhari)
Coba engkau renungkan buah dari persahabatan yang baik dengan orang yang baik di dunia sebelum manfaatnya di akhirat!
Rasul kita shollallahu ‘alaihi wasallama mengisahkan,  ada tiga orang dari umat sebelum kalian yang melakukan perjalanan, sehingga mereka terpaksa bermalam di sebuah go’a, tatkala mereka telah memasukinya bebatuan dari atas gunung berjatuhan sehingga menutupi pintu gua. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada yang akan menyelamatkan kalian dari gua ini kecuali setiap kalian berdo’a kepada Allah dengan amal sholehnya’.
Nabi shollallahu ‘alaihi wasallama menyebutkan di dalam kisah tersebut, bahwasanya orang yang pertama berdo’a dengan amal sholehnya maka terbukalah sedikit pintu gua yang tertutup bebatuan yang longsor itu, akan tetapi mereka belum bisa keluar.
Dan yang kedua berdo’a dengan amal sholehnya, lalu batu yang menutup pintu goa bertambah terbuka namun mereka belum juga bisa keluar darinya.
Dan yang ketiga juga berdo’a dengan amal sholeh maka terbukalah pintu gua tersebut dan merekapun keluar. (kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari)
Perhatikan bagaimana persahabatan ini bermanfaat sehingga Allah Ta’ala mengeluarkan semuanya dengan selamat.
Bayangkan saudaraku,
Kalaulah salah seorang dari mereka tidak memiliki kesalehan, niscaya mereka tidak dapat keluar, bahkan bisa jadi semuanya mati, akibat siapa? Akibat maksiat yang seorang itu.
Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
(( مامن رجل مسلم يموت فيقوم على نجازته اربعون رجلاً لايشركون بالله شيئاًإلا شفعهم الله فيه ))
“Tidaklah seorang muslim wafat, lalu berdiri menyolatkan jenazahnya empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun melainkan Allah jadikan mereka sebagai syafa’at baginya”. (HR. Muslim)
Ini mencakup dua perkara :
Pertama : mereka menjadi syafaat baginya maksudnya tulus berdo’a untuknya memohonkan ampuntan untuknya.
Kedua : mereka adalah orang-orang yang beriman; akidah mereka bersih dari syirik kecil apalagi yang besar.
Saudaraku, kesempatan masih terbentang di hadapanmu.
Tidakkah engkau melihat jenazah dan orang-orang yang berjalan mengiringi di belakangnya, keadaan mereka sama seperti keadaan si mayit. Bukan itu kenyataan yang ada?
Bahkan engkau lihat, orang yang mengantar jenazahmu ini bisa jadi tidak ikut menyolatkanmu, akan tetapi ia menunggu di luar mesjid. Apabila orang selesai menyolatkanmu dia ikut mengangkatmu untuk memasukkanmu ke liang lahad. Bukankah ini realita yang memedihkan yang kita saksikan? Bahkan mungkin engkau sendiri tidak menyolatkan jenazah salah seorang temanmu yang engkau antar.
Mungkin engkau akan mengatakan, lantas apa yang harus aku lakukan? Apa jalan yang harus aku tempuh?
Simaklah kisah berikut ini, yang dikisahkan oleh Nabi kita shollallahu ‘alaihi wasallama, “Dahulu pada masa orang-orang sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh Sembilan puluh sembilah jiwa. Lalu ia bertanya siapa orang yang paling berilmu. Maka ditunjukanlah kepadanya seorang rahib. Ia pun pergi mendatanginya. Ia berkata kepada rabib tersebut, ‘Sesungguhnya aku telah membunuh Sembilan puluh Sembilan jiwa, apakah masih ada taubat untukku? Rahib berkata, ‘Tidak’. Maka ia membunuhnya, genaplah seratus orang dibunuhnya. Kemudian ia menanyakan lagi tentang orang yang paling berilmu (tempatnya bertanya). Ditunjukkanlah kepadanya seorang ‘alim (yang berilmu). Ia mendatanginya dan berkata, ‘Aku telah membunuh seratus orang, apakah masih ada taubat untukku? Ahli ilmu itu menjawab, ‘Ya, siapa yang akan menghalangi antara engkau dengan  taubat?! Pergilah ke negeri ini dan ini, sesungguhnya di sana ada orang-orang yang mengibadati Allah, ibadatilah Allah bersama mereka jangan pulang ke kampungmu, sesungguhnya kampungmu itu tempat yang buruk’.
Berangkatlah ia sehingga di pertengahan jalan, Malaikat Maut mendatanginnya, maka malaikat rahmat dan malaikat azab saling berebut untuk membawa ruhnya. Malaikat rahmat berkata, ‘Ia datang kepada kami dengan bertaubat, menghadap Allah dengan hatinya’. Dan malaikat azab berkata, ‘Dia belum melakukan amal kebaikan sama sekalipun’. Maka Allah mengutus seorang malaikat kepada mereka. Dan memerintahkan kedua malaikat itu mengukur jarak antara ke dua tempat tersebut. Ketempat mana jaraknya yang terdekat denganya maka orang itu untuknya. Maka mereka mengukurnya, mereka mendapatkannya lebih dekat ke negeri yang ditujunya, maka malaikat rahmat membawanya”.
Dalam riwayat lain, “Maka Allah mewahyukan kepada bumi yang ditinggalkannya untuk menjauh dan bumi yang akan ditujunya untuk mendekat”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Baihaqy dan  Ibnu Majah)
Saudaraku, inilah berkah keta’atan, berkah bersegera bertaubat.
Dari kisah ini kita petik pelajaran berharga, bahwasanya disukai bagi seorang yang bertaubat meninggalkan tempat-tempat dia dulu melakukan perbuatan dosa, dan teman-teman yang dulu membantunya berbuat maksiat, serta memutus persahabatan dengan mereka selama mereka tidak berobah masih bergelimang lumpur maksiat. Dan hendaklah ia menggantikan mereka dengan berteman dengan orang-orang yang baik dan sholeh, serta ahli ilmu dan ibadah, dan orang-orang yang bisa dijadikan teladan serta berteman dengan mereka mendatangkan manfaat dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala memrintahkan kita bertaubat dan kembali kepadaNya,
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأنهار ﴾ [اتحريم:8].

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuhah, mudah-mudahan Robb kamu mengampuni dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam surge-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.
Dari sekarang saudaraku, jangan tutup halaman ini kecuali engkau telah menutup lembahan-lembaran masa lalumu. Untuk membuka lembaran-lembaran baru yang putih bersih ..awal jalanmu menuju Allah, jalan menuju ridhoNya, jalan menuju Daarus Salam.
﴿ وَاللّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلاَمِ وَيَهْدِي مَن يَشَاء إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴾ [يونس : 25]
Artinya, “Dan Allah menyerumu kepada Daarus Salam dan menunjuki orang-orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus”.
Ya Allah, tunjukilah kami kepada jalanMu yang lurus, dan kumpulkanlah kami kelak di hari kiamat bersama para nabi, orang-orangh yang shiddiq, orang-orang yang mati syahir dan orang-orang yang sholeh, merekalah sebaik-sebaik teman, Allahumma Aamiin.


Sumber : http://abuzubair.net 





thank you