Selasa, 30 November 2010

Nasihat Kepada Kaum Muslimin: Ketahuilah, Cadar, Celana Ngatung dan Jenggot bukan Ciri-ciri Teroris!!!


Ketahuilah wahai kaum muslimin, memakai cadar bagi wanita muslimah, mengangkat celana hingga tidak menutupi mata kaki dan membiarkan jenggot tumbuh bagi seorang laki-laki muslim adalah bagian dari ajaran agama dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan terorisme, sebagaimana yang akan kami jelaskan bukti-buktinya -insya Allah- dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penjelasan para ulama umat.
Benar bahwa sebagian teroris juga mengamalkan ajaran-ajaran agama ini, namun apakah setiap yang mengamalkannya dituduh teroris? Kalau begitu, bersiaplah menjadi bangsa yang teramat dangkal pemahamannya. Maka inilah keterangan ringkas yang insya Allah dapat meluruskan kesalah pahaman.
Pertama: Dasar syari’at menggunakan cadar bagi wanita muslimah
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59)
Perhatikanlah, ayat ini memerintahkan para wanita untuk menutup seluruh tubuh mereka tanpa kecuali. Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah berkata, “Ayat hijab ini berlaku bagi seluruh wanita, di dalam ayat ini terdapat dalil kewajiban menutup kepala dan wajah bagi wanita.” (Lihat Hirasatul Fadhilah, hlm. 51 karya Asy-Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah)
Juga firman Allah Ta’ala:
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (sampai) ke dadanya.” (An-Nur: 31)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Semoga Allah Ta’ala merahmati para wanita generasi awal kaum Anshar. Ketika Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (sampai) ke dadanya.” (An-Nur: 31), maka mereka langsung memotong-motong kain mereka dan berikhtimar (menutup wajah) dengannya.” (HR. Al-Bukhari, no. 4480)
Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan makna berikhtimar dalam hadits di atas adalah, “Para wanita sahabat Anshar menutup wajah mereka.” (Fathul Bari, 8/490)
Kedua: Dasar kewajiban mengangkat celana hingga tidak menutupi mata kaki bagi laki-laki muslim
Banyak sekali dalil yang melarang isbal (memanjangkan pakaian sampai menutupi mata kaki bagi laki-laki). Diantaranya sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallamdalam haditsAbu Hurairah radhiyallahu’anhu:
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار
“Bagian kain sarung yang terletak di bawah kedua mata kaki maka tempatnya neraka.” (HR. Al-Bukhari, no. 5450)
Juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits Abu Dzar Al Gifhariradhiyallahu’anhu:
ثلاثة ٌ لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذابٌ أليم قال فقرأها رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ثلاث مرار قال أبو ذر خابوا وخسروا من هم يا رسول الله قال المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب
“Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat. Tidak dilihat (dengan pandangan rahmat), tidak disucikan dan akan mendapatkan azab yang pedih (dikatakan sebanyak tiga kali). Berkata Abu Dzar, “Mereka telah celaka dan merugi, siapa mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah seorang yang memanjangkan pakaiannya sampai menutupi mata kaki,  seorang pengungkit pemberian dan seorang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim, no. 306)
Ketiga: Dasar kewajiban membiarkan jenggot tumbuh bagi laki-laki muslim
Dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
خالفوا المشركين وفروا اللحى وأحفوا الشوارب
“Berbedalah dengan orang-orang musyrik; biarkan jenggot tumbuh lebat dan potonglah kumis.” (HR. Al-Bukhari, no. 5553)
Juga dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Nabishallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
أحفوا الشوارب وأعفوا اللحى
“Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim, no. 623)
Dan masih banyak hadits lain yang menunjukkan perintah Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam untuk membiarkan jenggot tumbuh, sedangkan “perintah” hukum asalnya adalah “wajib” sepanjang tidak ada dalil yang “memalingkannya” dari hukum asal.
Demikianlah penjelasan ringkas dari kami, semoga setelah mengetahui ini kaum muslimin lebih berhati-hati lagi dalam menyikapi orang-orang yang mengamalkan sejumlah kewajiban di atas. Tentu sangat tidak bijaksana apabila kita mengeneralisir setiap orang yang tampak kesungguhannya dalam menjalankan agama sebagai teroris atau bagian dari jaringan teroris.
Peringatan: Ketahuilah wahai kaum muslimin, minimal ada dua resiko berbahaya apabila seorang mencela dan membenci satu kewajiban agama atau mencela dan membenci orang-orang yang mengamalkannya:
Pertama: Berbuat zalim kepada wali-wali Allah, sebab wali-wali Allah yang hakiki adalah orang-orang yang senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, baik perintah itu wajib maupun sunnah.
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus: 62-63)
Jangan sampai kita berbuat dua kesalahan sekaligus; tidak mengamalkan kewajiban dari Allah Ta’ala, masih ditambah lagi dengan perbuatan zalim kepada orang-orang yang mengamalkan kewajiban tersebut.
Barangsiapa yang memusuhi wali Allah, dia akan mendapatkan kemurkaan Allah‘Azza wa Jalla. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullahshallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله قال من عادى لي ولياً فقد آذنته بالحرب وما تقرب إلى عبدي بشئ أحب إلى مما افترضته عليه وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها ولئن سألني لأعطينه ولئن استعاذني لأعيذنه
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah sampai Aku mencintainya. Apabila Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk melangkah. Kalau dia meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri. Dan kalau dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan Aku lindungi”.” (HR. Bukhari, no. 6137)
Faidah: Para ulama menjelaskan bahwa makna, “Akulah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk melangkah” adalah hidayah dari Allah Ta’ala kepada wali-Nya sehingga ia tidak mendengar kecuali yang diridhai Allah, tidak melihat kepada apa yang diharamkan Allah, dan tidak menggunakan kaki dan tangannya kecuali untuk melakukan kebaikan (lihatSyarhul Arba’in An-Nawawiyah, hadits ke-38 oleh Asy-Syaikh Al-’Utsaiminrahimahullah).
Kedua: Perbuatan tersebut bisa menyebabkan kekafiran, sebab mencela dan mengolok-olok ajaran agama atau mengolok-olok orang-orang yang menjalankannya  (karena mereka mengamalkan ajaran agama) termasuk kekafiran kepada Allah Ta’ala.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengolok-olok satu bagian dari ajaran Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam, atau mengolok-olok pahalanya maupun siksanya maka dia telah kafir.” (Nawaqidul Islam, ke-6)
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)
Demikian pula, membenci satu bagian dari syari’at Allah Jalla wa ‘Ala, baik yang wajib maupun yang sunnah, atau membenci pelakunya (disebabkan karena syari’at yang dia amalkan) merupakan kekafiran kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Barangsiapa membenci suatu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam walaupun dia mengamalkannya, maka dia telah kafir.” (Nawaqidul Islam, ke-5)
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Demikianlah (mereka kafir) karena mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah, lalu Allah menghapuskan amalan-amalan mereka.” (Muhammad: 9)
Maka berhati-hatilah wahai kaum Muslimin dari kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla.
Kemudian kepada Ikhwan dan Akhwat yang telah diberikan hidayah oleh AllahTa’ala untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban di atas, hendaklah kalian bersabar dan tetap tsabat (kokoh) di atas sunnah, karena memang demikianlah konsekuensi keimanan, mesti ada ujian yang menyertainya.
Dan wajib bagi kalian untuk senantiasa menuntut ilmu agama dan menjelaskan kepada umat dengan hikmah dan lemah lembut disertai hujjah (argumen) yang kuat agar terbuka hati mereka -insya Allah- untuk menerima kebenaran berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, bukan pemahaman teroris.
Wallahul Musta’an.
Disalin dari: nasihatonline.wordpress.com

Ada Apa dengan Hati

Dengan bismillah mesra, ku letupkan tinta ini untuk hati yang tengah gundah. Semoga Alloh meridhoi dan menjadikan aku sebagai orang yang ikhlas dalam beramal. Pula semoga dengan hitam diatas putih ini adalah saksi agar aku dapat menatap wajah-Nya kelak.

Sahabat,  Terkadang ku dapati dalam episode kehidupan, sering kali kita jumpai kegalauan jiwa. Setengah mati kan kita cari air jernih untuk memutihkan keruhnya hati. Terasakah jika Kau masih gundah?  

Tenanglah sahabat, dari sudut beranda kalbu, ku bisikkan semilir untaian hikmah padamu bahwa hanya karena Alloh lah, aku mencintaimu. Sehingga tak pelak kugoreskan tinta ini untukku dan untukmu.Pun kiranya tak perlu banyak kata untuk membuatmu terbang menjauhi tulisan sepi ini, dan tak perlu pula sajak bintang berima indah untuk membuatmu punah dari gundah. Tapi di tulisan ini, ada banyak rasa yang akan membuatmu jadi permatanya. Maka tetaplah disini. Buka mata dan hati. Tersenyumlah, karena senyummu adalah indah sejukkan hati.


---000----000---

Sahabat, Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah satu di antara tujuh golongan orang yang akan diberi naungan Allah pada hari kiamat adalah; seorang yang mengingat Allah lantas kedua matanya pun mengalirkan air mata.” [1].

Sedang saat ini, hati kita tengah mati. Hingga menangis pun sulit rasanya. Sungguh diri ini kita dapati akan kezholimannya. Mata ini, bukan menangis karena takut pada Alloh, namun karena sinetron cinta yang sempalan. Mata ini terbangun pula di gulita malam, namun bukan untuk bermunajat padanya, namun hanyalah sekedar untuk menonton bola. Pun, suara serak ini bukanlah karena bacaan tilawah qur’an, namun karena bersenandung ria lagu lagu cinta ala anak muda. Hingga bait bait lirik lagu lebih kita kenal dibanding bacaan indah alqur’an. Kaki kitapun, jarang kita dapati langkahnya untuk menuju majelis zikir, malahan degup langkah ini bertapak ke konser musik, mal dan tempat shopping lainnya.. Ya Robbi, sungguh kami termasuk orang yang merugi. Ampuni kami.

Takutlah kita dengan azab Allohu ta’ala. Cobalah renungilah tentang maut. Saat sakaratul maut ’terlihat demikian mudah arwah orang mukmin keluar dari raganya, akan tetapi bukan berarti bebas dari rasa sakit! Sekali-kali tidak. Adakah keraguan pada diri anda bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya? Akan tetapi kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari rasa pedihnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi sakaratul maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda: "Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih." [2]

Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Ka'ab Al Ahbaar: "Wahai Ka'ab: Ceritakan kepada kita tentang kematian!. Ka'ab pun berkata: Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya kematian adalah bagaikan sebatang dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut di kerongkongan anda, sehingga setiap duri menancap di setiap syarafnya. Selanjutnya dahan itu sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh seorang yang gagah perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama dahan itu dan apa yang akan tersisa!" [3]

Syaddaad bin Al Aus berkata: "Kematian adalah pengalaman yang paling menakutkan bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Kematian itu lebih menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan gunting, atau direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati diizinkan untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi kematian, niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga tidak akan pernah tidur nyenyak."

Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri kita? Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran amal kita? Sedang masihkah kita masih terpaku dengan pacaran, taruhan, judi, minum minuman keras dan tidak menutup aurat ?


Sahabat! Coba kita ingat kembali, rasa pedih dan sakit yang pernah kita rasakan ketika tertusuk atau tersengat api! Sangat menyakitkan bukan? Padahal syaraf yang merasakan rasa sakit hanyalah sebagiannya. Walau demikian, rasanya begitu menyakitkan, sehingga susah untuk dilupakan? Nah bagaimana halnya bila kelak pada saat sakaratul maut seluruh syaraf kita merasakan sakit. Disaat ruh kita berusaha berpegangan erat-erat dengan setiap syaraf anda sedangkan Malaikat Maut mencabutnya dengan keras dan kuat. Betul-betul menyakitkan. Penampilan Rasa Malaikat Maut yang begitu seram dan menakutkan akan semakin menambah pedih rasa sakit yang kita rasakan.


Sahabat! Siapkah kita menjalani pengalaman yang begitu menakutkan dan begitu menyakitkan?


Bila kita tidak kuasa menjalani sakaratul maut yang sangat menyakitkan seperti ini, maka mengapa noda-noda maksiat terus mengotori lembaran amal dan menghitamkan hati kita? Mengapa kaki terasa kaku, tangan serasa terbelenggu, mata seakan melekat dan pintu hati seakan terkunci ketika ada seruan beribadah kepada Allah?’ [4]


Ketahuilah bahwa itu hanyalah sedikit kabar bagaimana pedihnya sakaratul maut. Belum lagi ditambah dengan pedihnya siksa api neraka. Sedang kaki menginjak di nerkaa yang paling ringan saja  membuat otak mendidih. Lemas diri ini membuat tulisan ini. Takut sekali rasanya. Ya robbi, sungguh zholim diri ini, maka ampunilah kami, jikalau Kau tidak mengampuni kepada siapa lagi hendak kami akan mohon ampun ini.


Kiranya, kubuat tulisan ini hanyalah untuk diriku karena hatiku mati, kuyakin hati kalian masih bersemi. Hingga tak ragu aku minta nasihatmu wahai sahabatku.Silahkan comment di note ini, nasihatilah aku.


From : erlan iskandar (sahabatmu yang mencintai orang sholeh meskipun ia belum te rmasuk didalamnya, yang membenci ahlul maksiat meskipun ia jau lebih buruk dibanding mereka)

Footnote :::

  1. HR. Bukhari dalam Kitab Ar-Riqaq [6114]
  2. HR. Imam Bukhari
  3. Riwayat Abu Nu'aim Al Asfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya'
  4. sebuah renungan terhadap kematian, ust arifin badri, dariwww.almanhaj.or.id , dengan sdikit editing
  5. menukil perkataan ibnul mubarok

Dan Aisyah Radiyallahu 'anha pun Menangis

"...kuakui, ada kerinduan jika lama tak kudengar suaranya. kelembutannya itu tertangkap manis oleh daun telinga kemudian menelusup ke bagian dalam tubuh sambil mencanda hati..."

***

PENULIS : Fachrian Almer Akiera

MURAJA’AH :


1. Ustadz Jamaluddin, Lc.
Beliau adalah penerjemah kitab-kitab berbahasa arab dan pernah menjadi tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Dirasah Islamiah Imam Syafi'i di Jember selama 2 tahun.

2. Ustadz Abu Bakr Lalu al-Atsary.
Beliau adalah penulis buku dan telah diterbitkan oleh penerbit Majelis Ilmu Surabaya.

***

Kamis, 22 Juli_Pukul 10.25 WITA di Masjid Aisyah. .

Aku tengah bersandar pada tembok bagian dalam Masjid ‘Aisyah ini. Badanku menghadap utara. Kuakui, ada kenyaman tersendiri berada dalam bangunan yang didesain dengan ciri khas timur tengah ini.



Terlihat di jendela masjid bagian utara, sinar mentari menyusup masuk dan segera memoleskan kemuningya di permukaan lantai yang ia jelajahi. Tentu saja pantulannya mencerahkan ruangan masjid. Hal inilah yang membawa kehangatan. Apalagi aku mengenakan jacket biru langit yang menjadi jacket khas bagi mahasiswa Jurusan Matematika di kampusku. Kehangatan yang kurasakan bercampur dengan kesegaran dan mungkin lebih tepat dikatakan kesejukan. Begitulah karena dinginnya lantai masih terasa walaupun mulai terkikis.


>>Teladan Amal. .

Beberapa meter pandanganku ke depan, terlihat seorang laki-laki sedang menyapu dan membersihkan lantai masjid dengan alat khusus yang penggunaannya lebih dari sapu biasa. Aku berdo’a semoga Allah ‘azza wajalla menganugerahkan laki-laki itu dengan sebaik-baik anugerah atas salah satu kebaikan yang ia peragakan.


>>Seorang Pemuda dan Hafalannya. .

Masih di dalam masjid, sekitar pada jarak tak lebih dari 4 meter di sebelah kananku, seorang remaja tengah memuraja’ah hafalan Al-qur’annya. Ia terlihat serius.


>>Sejenak Memoriku. .

Karena sedang mempelajari tiga buah buku yang kubeli tadi malam, aku tidak bisa mendengar keseluruhan ayat-ayat yang dibaca dari hafalannya. Namun begitu, memoriku merekam dengan cepat sebuah potongan ayat dan segera bekerja dalam beberapa detik untuk mencoba menebak surat yang sedang diulang-ulangnya.


>>Beberapa Menit Kemudian. .

Rekaman potongan ayat yang ada dalam memoriku tersebut hilang seiring semakin fokusnya memoriku mempelajari buku-buku dengan rata-rata 200 halaman tersebut. Tak tebal memang. Namun, bacaan tersebut akan menentukan rencanaku beberapa bulan ke depan.

Lenyapnya potongan ayat tersebut, menjadikan aku saat menulis catatan ini kesulitan menebak surat yang diulang-ulang remaja tadi. Namun, ada dua surat yang menjadi pilihan tebakanku. Dan aku yakin tak ada pilihan ketiga dalam hal ini.



~AKU DAN SURAT AL-MULK~

Pada pilihan pertama, pikiranku memfokus untuk menebak surat Al-Mulk. Kalau itu benar, berarti ayat yang pernah melintas dan terekam sebentar di pikiranku itu adalah ayat pada pertengahan surat Al-Mulk tersebut.

Kuakui, bisa dikatakan aku akrab dengan surat tersebut namun bukan dalam arti mengetahui segala hal tentangnya. Bagaimana tak akrab, surat yang menjadi pembuka di juz 29 tersebut memiliki kesan tersendiri bagiku. Saat subuh, imam shalat di Masjid ‘Aisyah tak jarang memperdengarkannya untuk kami sebagai makmum.


>>Syahdunya Suara Itu. . .

Pula, ia adalah surat pertama yang kudengar dari Syaikh Sa’ad Al-Ghamidi dari kaset Tape Recorder sekitar tujuh tahun yang lalu saat minggu-minggu menunggu kelulusan Sekolah Menengah Pertama. Kuakui begitu membekas sampai sekarang.

Seperti yang anda ketahui, suara syaikh begitu khas dan syahdu. Lembut dan menyejukkan, pula. Allah ‘azza wajalla telah menganugerahkan beliau suara yang indah. Kurasakan begitu betah bagi telinga untuk mendengar lantunan-lantunan kalam Allah ‘azza wajalla dari lisan beliau. Ada pula kerinduan jika lama tak mendengarnya. Kelembutan suaranya itu tertangkap daun telingaku kemudian menelusup ke bagian dalam tubuh sambil mencandai hati. Inilah yang menjadikan hati orang-orang beriman rindu akan perjumpaan dengan Allah ‘azza wajalla dan Rasul-Nya. Lalu, terhentaklah anggota badan untuk memperagakan amal. Terkikislah karat-karat hati.


>>Jin Itu pun Meronta. . .

Dengan surat Al-Mulk pula, jin laki-laki yang merasuki tubuh seorang kawanku berteriak keras saat kuruqyah. Jin tersebut menangis sambil meronta karena merasa kepanasan. Ah, tak usahlah kulanjutkan bagian yang ini.


>>Terselamatkan dari Siksa Kubur. .

Kutemukan faedah yang agung dalam surat ini. Kudapati dalam kitab Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri ), surat Al-Mulk merupakan salah satu pencegah dari siksa kubur yang amat dahsyat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“surat Tabaarak (Al-Mulk –ed) adalah penghalang siksa kubur.”[1]

Masih dalam kitab yang sama, kurasakan kengerian yang mencekam. Bagaimana tidak, siksa kubur memiliki macam “pilihan”. Diantaranya tubuh seseorang akan dipukul dari besi, pula, dihimpit oleh dinding kubur hingga tulang belulang remuk. Amal buruk akan menjelma menjadi sosok manusia dengan muka dan pakaian sangat buruk lagi berbau busuk. Ia akan duduk di samping si mayit. Dan pula adzab-adzab lainnya berdasarkan hadist-hadist yang mutawwatir. [2]

Dan surat Al-Mulk lah salah satu penghalangnya. . .


>>Ada Syafa’at dan Ampunan. .

Manusia mana yang tak butuh ampunan dan syafa’at kelak di hari kiamat??

Siapakah diantara kita di akhir zaman ini yang dijamin pasti masuk surga?

Siapakah yang mampu menahan pedihnya siksa neraka?

Kudapati bahwa surat Al-Mulk akan mengadu kepada Allah pada hari Kiamat untuk membela orang-orang yang telah membacanya. Ia akan memohon dan meminta kepada Allah agar siapapun yang membacanya diselamatkan dari siksa neraka.[3]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:


“sesungguhnya di dalam al-quran ada satu surat sebanyak tiga puluh ayat, ia akan memberikan syafa’at kepada seseorang (yang membacanya –ed) sehingga dia (orang tersebut –ed) diampuni, surat itu adalah Tabaarak (Al-Mulk). [4]

Subhanallah. .



~AKU DAN SURAT AL-KAHFI~

Pada saat “asyik” memikirkan surat pertama sebagai tebakan, pikiranku terganggu oleh pilihan tebakan ke-dua yaitu surat Al-Kahfi. Jika itu benar maka ayat-ayat yang kudengar dari remaja tadi adalah ayat-ayat setelah 10 ayat pertama surat Al-Kahfi tersebut.


>>Dan Imam Syafi’i pun Senang. .

Berbicara tentang surat ini, ia termasuk salah satu surat yang tersohor di kalangan penuntut ilmu syar’i terlebih para ulama.

Kudapati ucapan Imam Syafi’i bertutur tentang kesukaan beliau dalam membaca surat Al-Kahfi:


“aku menyukai membaca surat Al-Kahfi pada malam dan hari jum’at karena (adanya -ed) faidah dan hikmah yang dikandungnya.” [5]

Ucapan beliau ini kutemui dalam kitab Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah)   yang dikarang oleh Syaikh Jabir as-Saidi. Tentu saja sang imam memilki landasan dalil yang menjadikan beliau senang membaca surat tersebut. Dan memang benar pula bahwa Allah ‘azza wajalla telah mengabarkan keutamaan surat Al-Kahfi melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.


>>Ada Cahaya Menyinari. . .

Kutemukan hadist Abu Sa’id Al-Khudri dalam sebuah kitab karangan Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at maka dia akan diterangi/disinari dengan cahaya dalam tenggang waktu antara hari itu dan dua jum’at.” [6]

Subhanallah, siapakah yang tak ingin disinari cahaya oleh Allah ‘azza wajalla??


>>Ganti Yaasin dengan Al-Kahfi. .


Membaca ucapan sang imam dan hadist agung tersebut, aku berpikir, sudah seyogyanya orang-orang yang melazimkan diri membaca surat Yaasin setiap malam Jum’at agar menggantinya dengan melazimkan diri membaca surat Al-Kahfi.

Sedikit tentang surat Yaasin, kutemukan risalah yang bagus dalam membahas derajat hadist-hadist yang membicarakan fadhilah/keutamaan surat Yaasin. Kuketahui sekitar ada tujuh hadist dan semuanya tidak sah. Anda bisa membaca lebih lengkap dalam buku Al Masa-il  Jilid Pertama yang disusun oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat. Lebih tepatnya pada halaman 284-291. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Darus Sunnah.


>>Dan Dalil Shahih Itu Lebih Utama. . .

Dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa mengikuti dalil yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama dan lebih mengikuti petunjuk. Kembali kudapati ucapan agung terlontar dari lisan Imam Syafi’i seperti yang dikutip Syaikh al-Albani dalam kitabnya Sifah Shalatin Nabi .

Imam Syafi’i berkata:

“setiap permasalahan yang berkenaan dengannya terdapat hadist yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menurut ahli periwayatan (hadist) dan (hadist shahih tersebut -ed) bertentangan dengan apa yang aku katakan maka aku menarik kembali pendapatku baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati”. [7]


>>Hadirkan Ketenangan di Beranda Rumah (Binatang Itu Lari dan Ada Awan Menaungi)

Ketenangan jiwa sangat dibutuhkan seseorang dalam melakoni terjalnya kehidupan. Apalagi fitnah-fitnah zaman selalu menghampiri. Jiwa yang tenang akan mampu mengusir gundah dan menepis cemas.

Kudapati dalam kitab Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir , ada seorang laki-laki yang membaca surat Al-Kahfi dan di dalam rumahnya ada binatang. Sembari dia membaca surat tersebut, tiba-tiba binatang keluar melarikan diri. Laki-laki tersebut kemudian melihat ke luar. Ternyata ada awan atau mendung yang menaunginya. Selanjutnya, dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan segera menceritakan apa yang dialaminya.

Mendengarnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab:


“bacalah surat Al-Kahfi karena sesungguhnya ia merupakan ketenangan yang turun bersamaan dengan al-quran atau turun untuk al-qur’an.” [8]

Subhanallah. Begitu agungnya surat tersebut hingga binatang menjauh dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Kahfi. Awan atau mendung pun datang menaungi sosok yang membacanya.


>>Terlindung pula dari Sosok Pembawa Sungai Api. .

Aku masih ingat sekitar 13 tahun lalu ketika guruku di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) menceritakan prosesi dalam episode menjelang kiamat. Aku begitu takut apalagi dikisahkan tentang Dajjal.
Siapakah diantara anda yang tidak pernah mendengar nama Dajjal?

Kudapati dalam kitab Asyraatus Saa’ah  bahwa Dajjal adalah fitnah yang paling besar semenjak Allah ‘azza wajalla menurunkan nabi Adam ‘alaihissalam hingga menjelang hari kiamat. Dajjal mampu memerintahkan langit (atas kehendak Allah ‘azza wajalla) untuk menurunkan hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman dan kemampuan-kemampuan luar biasa lainnya yang menyebabkan banyak manusia terpukau. Padahal dia adalah pendusta.[9]


>>Pengikut Dajjal. .

Masih dalam kitab yang sama, kudapati bahwa Dajjal memiliki pengikut dari orang-orang Yahudi, ‘Ajam (non arab), bangsa Turk, dan manusia dari berbagai golongan serta pula sebagian mereka adalah orang-orang arab dusun dan juga (kebanyakan) para wanita.[10]


>>Dan Aisyah pun Menangis. .

Akupun kaget ketika kuketahui dalam kitab Qashash Al-Ghaib Fii Shahih Al-Hadist An-Nabawi  bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha menangis. Beliau menangis saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya perihal tangisan isterinya tersebut. Aisyah radhiallahu ‘anha pun menjawab:


“engkau menyebutkan (tentang) Dajjal sehingga aku menangis”. [11]


>>Sekiranya Dajjal Muncul. . .

Mendengar jawaban aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya:


“sekiranya dia (Dajjal -ed) muncul sedangkan aku masih hidup maka cukup akulah yang melindungi kalian semua. Sedangkan jika Dajjal muncul sepeninggalku maka Tuhanmu tidaklah cacat sebelah mata.” [12]

Subhanallah. Wanita sekaliber Aisyah bercucur air mata ketika mendengar kisah Dajjal. Dan memang demikianlah dahsyatnya fitnah Dajjal di akhir zaman.

Namun begitu, sekiranya memang ditakdirkan berjumpa dengan Dajjal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan salah satu resep agar terlindung dari fitnahnya.


>>Ada Resep Agar Terlindungi. .

Kutemukan resep tersebut dalam hadist an-Nawwas bin Sam’an yang cukup panjang. Hadist tersebut mutawatir sekali dan diriwayatkan Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam Shahih  mereka, Ashhab As-Sunan, dan lain-lain.

Dalam hadist tersebut disebutkan,


“barang siapa berjumpa dengannya (Dajjal -ed), hendaknya membacakan pembukaan surat Al-Kahfi di hadapannya.” [13]

Umumnya para penuntut ilmu mengetahui resep tersebut yaitu dengan membacakan pembukaan surat Al-Kahfi.

Dengan rasa cinta yang tinggi nan penuh kasih kepada umatnya, kudapati pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan wejangan agar menghafal sepuluh ayat pertama surat tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“barang siapa yang hafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi maka ia akan dilindungi dari (fitnah) Dajjal.” [14]

Beliau pula bersabda:

“barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi maka ia akan dilindungi dari fitnah Dajjal. ” [15]


>>Dan Akhirnya. . .

Setelah kubaca hadist-hadist tersebut dalam kitab-kitab yang ada, menurutku, salah satu faidah agung kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk membaca surat tersebut setiap minggu di hari atau malam jum’at adalah agar umatnya benar-benar menyiapkan “bekal” sekiranya Allah mentakdirkan kita berjumpa dengan Dajjal. .

wallahu a’lam. . .

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.

***

Selesai ditulis menjelang pernikahan seorang sahabat di hari ahad pada pertengahan sya’ban.


ENDNOTES:


[1]. Ash-Shahihah  no. 1140

[2]. Lihat Kitab Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri)   hal 37-38

[3]. Lihat ibid hal. 169

[4]. Shahih: HR abu dawud. Dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jami no. 2091

[5]. Lihat Kitab Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah)  

[6]. Shahih: HR al-Hakim (II/368), al-Baihaqi (III/249)

[7]. Lihat kitab Sifah Shalatin Nabi  hal 66-67

[8]. HR. al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihain.

[9]. Lihat kitab Asyraatus Saa’ah  hal 326-327

[10]. Lihat ibid hal. 324

[11]. Disandarkan al-Albani kepada Ibnu Hibban, Ahmad dan selain keduanya. Beliau juga mengatakan bahwa isnadnya shahih.

[12]. Ibid

[13]. HR. Muslim no. 2937

[14]. HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasai dan at-Tirmidzi dan at-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan shahih.

[15]. HR. Muslim dan an-Nasa’i


MARAJI:


1. Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah)  karya Syaikh Jabir As-Saidi. Penerbit Aqwam, Solo (2008), cetakan ke-1

2. Qashash Al-Ghaib Fii Shahih Al-Hadist An-Nabawi  karya Dr. Umar Sulaiman al Asyqar. Penerbit Darul Falah, Bekasi (2009), cetakan ke-1.

3. Asyraatus Saa’ah  karya Syaikh Yusuf Bin Abdillah Bin Yusuf Al Wabil. Pustaka Ibnu Katsir, Bogor (2008), cetakan ke-2.

4. Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir  disusun oleh Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Bogor (2007), Jilid ke-5, cetakan ke-3.

5. Sifah Shalatin Nabi 

6. Shalaatul Mu’min (Mafhuum Wa Fadhaa-il Wa Aadaab Wa Anwaa’ Wa Ahkam Wa Kaifiyyah Fii Dhau-il Kitab Wa Sunnah) karya Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani. Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Bogor (2006), Jilid ke-2 cetakan ke-1.

7. Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri ) karya Syaikh Asyraf Bin ‘Abdirrahim. Penerbir Pustaka Ibnu Katsir, Bogor (2008), cetakan ke-3.

8. Al Masa-il  karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat. Penerbit Darus Sunnah, Jakarta Timur (2008), Jilid ke-1, cetakan ke-7.

thank you