Kamis, 28 Oktober 2010

Tangis Ummu Aiman

Dari Anas , katanya: "Abu Bakar berkata kepada Umar sesudah wafatnya
Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam:"Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman
untuk menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam juga menziarahinya."
Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. 


Keduanya berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam"


Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis karena saya tidak
mengetahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam ,
tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu telah terputus - sebab Nabi shalallahu'alaihi wasalam telah wafat." 
Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk
menangis. Kemudian keduanya itupun menangis bersama Ummu Aiman.


Dalam kesempatan ini aku (Syaikh Husain) berkata:


Wahai Ummu Aiman, engkau menangis sedang kami
Bermain dan berkelakar tanpa tahu budi pekerti
Engkau belum menyaksikan pemalsuan hadits ataupun kedustaan


Engkau belum menyaksikan alat-alat musik dan nyanyian
Engkau belum menyaksikan pesta khamr dan zina


Engkau belum melihat kami ketika kebinasaan menerpa
Kalau engkau belum mati, nisaya engkau akan melihat keanehan bersama kami


Engkau belum tahu perbuatan musuh dan bala tentara mereka
Inilah kami, bertekuk lutut kepada bangsa Yahudi


Dan ketika menjadi panas karena persatuan kami terkoyak
Perkara-perkara membuat umatku seperti orang-orang yang bermain


Demi Allah, tidaklah jalan yang kami lalai mengenal tangisan
Kalaupun berpura-pura menangis tiada bisa menghubungkan ataupun mengaitkan


Sumber: Terputusnya Wahyu dari Langit oleh Syaikh Husain al-Awayisyah hal. 130-131)
http://www.raudhatulmuhibbin.org/

Khauf

Berkata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Siapa saja yang mengharapkan sesuatu, maka diisyaratkan adanya tiga hal:

Pertama : Menyukai apa yang diharapkan.
Kedua : Khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan
Ketiga : Berusaha keras untuk mendapatkannya.

Harapan yang tidak dikaitkan dengan sesuatu disebut angan-angan. Harapan berbeda dengan angan-angan. Setiap orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Seorang yang berjalan di jalan raya bila merasa khawatir, ia akan mempercepat jalannya, takut kehilangan sesuatu.

Dalam Jami'nya, Tirmidzi mengutip hadis dari riwayat Abi Hurairah. Rasulullah shallallahualaihi wasallam. bersabda:

"Siapa yang merasa takut (khawatir), ia berangkat di waktu malam. Siapa yang berangkatpasti sampai ke rumah. Sungguh dagangan Allah itu mahal. Dagangan Allah itu adalah surga."

Maksudnya, orang yang mengharapkan surga Allah haruslah melalui perjuangan seperti orangyang berjalan di waktu malam untuk sampai ke rumah. Allah menjadikan harapan itu untuk orang-orang yang beramal saleh. Allah juga menjadikan rasa khawatir pada mereka, sehingga mereka mengetahui bahwa harapan dan rasa khawatir yang berguna ialah yang berhubungandengan amal.

Allah berfirman:“Sesungguhnya orang-orang yang berhati hati karena takut ahan (adzab) Tuhan mereka,dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka dan orang-rang yangtidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yangmemberikan apa yang telah mereka berikan ,dengan hati yang takut, (karena mereka tahubahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu segerauntuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS Al-Mu’minun : 57-61)

Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami’'nya hadtis yang bersumber dari Aisyah radhiallahu anha.Beliau berkata, 'Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat tersebut, 'Apakah mereka itu orang yang meminum hhamr, berzina, dan mencuri? Beliau menjawab, "Bukan, wahai puterias-Shiddiq. Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, namun mereka khawatir kalau amal yang mereka lakukan itu tidak di terima oleh Allah. Mereka itulah sebenarnya orang yang berlomaba-lomba dalam barbuat amal kebajikan.”Allah mensifati orang-orang yang bahagia dengan ihsan, 'kebaikam dan khauf ‘kekhawatiran'.Sebaliknya, Allah justru memberi sifat orang jahat dengan keburukan dan rasa aman.Maksudnya, orang yang beramal kebaikan itu pasti bahagia, namun mereka tetap merasa khawatir, sedangkan orang-orang yang berbuat kejahatan pasti hina tetapi ia merasa aman.

Orang-orang yang merenungkan keadaan para sahabat tentu akan menemukan mereka dalam puncak amal dan puncak kekhawatiran, sedangkan kita semua berada pada posisi kekurangan bahkan melampaui batas, tetapi perasaan kita aman-aman saja. Duhai celaka!

Sumber: Ad-Da’u wa Ad-Dawa (Terapi Penyakit Hati) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal. 58-60


Untaian Mutiara Hikmah http://www.raudhatulmuhibbin.org/

Ma'af Kawan..Saya Gak Ngucapin Selamat ULTAH-mu. Ternyata ULANG TAHUN ada Dalam INJIL MATIUS 14 : 6 dan INJIL MARKUS 6 :21

Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai "ke-Aqidah-an", masih banyak ummat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan para ustadz dan ustazdahpun ikut merayakannya dan terjebak di dalamnya. Apalagi gencarnya media televisi dan media massa lainnya mempublikasikan seremonialnya yang terkadang dilakukan oleh beberapa da'i muda atau yang bergelar ustadz [setengah artis, katanya sih !]. Ditambah lagi kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila ada anggota keluarga, rekan atau sahabat yang memperingati hari lahirnya. Dan tak kurang kelirunya sejak di Taman Kanak-kanak dan SD sudah diajarkan secara praktek langsung bahkan ada termaktub dalam buku-buku kurikulum mereka . Wallahu a'lam. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka.

Pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.

Pada masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6;
Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes. (Matius14 : 6)

Dalam Injil Markus 6:21

 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. (Markus 6:21)

-------------------------------------------------------------


Look at the Bible, Matthew 14 : 6 and Mark 6:21;
celebrating of birthday is Paganism, and Jesus (Isa, peace be upon him) doesn't to do it, but Herod.

Matthew 14:6 :

"But when Herod's birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod".


Mark 6:21 :

And when a convenient day was come, that Herod on his birthday made a supper to his lords, and the high captains, and the chief men of Galilee.

-------------------------------------------------------------

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orangNasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.

Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia MUHAMMAD Shalallah Alaihi Wasallam, dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih. Rasulullah adalah orang yang paling mengerti CARA BERSYUKUR dalam setiap hal yang di dalamnya ada rasa kegembiraan. Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. Apakah Rasulullah pernah melakukannya ? Apakah para sahabat Rasululah pernah melakukannya ? Apakah para Tabi'in dan Tabiut tabi'in pernah melakukannya ? Padahal Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa. Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ? Apakah 3 generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme ini ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian mencela seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah pernah bersabda:

"Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?"Rasulullah menjawab:"Siapa lagi jika bukan mereka?!".

Rasulullah bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."( HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar).

Allah berfirman;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’:36)

"... dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. an-Nuur: 15)

Janganlah kita ikut-ikutan, karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan memperingati Ulang Tahun, tanpa mengerti darimana asal perayaan tersebut.

Ini penjelasan Nabi tentang sebagian umatnya yang akan meninggalkan tuntunan beliau dan lebih memilih tuntunan dan cara hidup diluar Islam. Termasuk juga diantaranya adalah peringatan perayaan ULTAH, meskipun ditutupi dengan labelSYUKURAN atau ucapan selamat MILAD atau Met MILAD seakan-akankelihatan lebih Islami.

Ingatlah ! Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasul.

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang "tidak ada perintah dari kami padanya" maka amalan tersebut TERTOLAK (yaitu tidak diterima oleh Allah).” [HR. Muslim]

Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in adalah orang yang PALING MENGERTI AGAMA ISLAM. Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.

Pahamilah "Kaidah" yang agung ini;

لو كان خيرا لسبقون اليه

"Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi"
SEANDAINYA PERBUATAN ITU BAIK, MAKA RASULULLAH, PARA SAHABAT, TABI'IN DAN TABIUT TABI'IN PASTI MEREKA LEBIH DAHULU MENGMALKANNYA DARIPADA KITA. Karena mereka paling tahu tentang nilai sebuah kebaikan daripada kita yang hidup di jaman sekarang ini.

Jika kita mau merenung apa yang harus dirayakan atau disyukuri BERKURANGNYA usia kita? Semakin dekatnya kita dengan KUBUR? SUDAH SIAPKAH kita untuk itu? Akankah kita bisa merayakannya tahun depan?

Allah berfirman :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diriMEMPERHATIKAN apa yang telah diperbuatnya UNTUK HARI ESOK (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Seorang muslim dia dituntut untuk MUHASABAH setiap hari, karena setiap detik yang dilaluinya TIDAK akan pernah kembali lagi sampai nanti dipertemukan oleh ALLAH pada hari penghisaban , yang tidak ada yang bermanfaat pada hari itu baik anak maupun harta kecuali orang yang menghadap ALLAH dengan membawa hati yang ikhlas dan amal yang soleh.

Jadi, alangkah baiknya jika tradisi jahiliyah ini kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan yg mulia yang diajarkan oleh Rasulullah.

Silahkan dibaca juga link ini :
Siapa bilang kalau Ulang Tahun Tidak ada Kaitannya Dengan Perkara Ibadah ? Silahkan baca :
Sejarah dan Asal usul kue Ulang Tahun


Anwar Baru Belajar
My website : Hijrah dari Syirik dan Bid'ah

Surat kepada Sang Zauji

Dewi Ummu 'Abdirrohman
Duhai Zauji, Jadilah Surga di taman hatiku…
"Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqoon:74)
”…DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN LEBIH MENCINTAI ALLAH TA’ALA… “
(QS. AL-BAQARAH :165)

Duhai Zauji, Jadilah Surga di Taman Hatiku
(Kupersembahkan untuk (calon) ZAUJI yang berjiwa hanif)
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh,

Duhai Zauji..
Kupersembahkan sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang selalu kubaca disetiap kartu undangan yang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini. Hingga detik ini, aku senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartu undangan pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartu undangan tersebut dalam rangka mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) itu?

Yaa Zauji, ketahuilah… ayat itu adalah : ”Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)

Tiada kata yang dapat kuucapkan atas karunia Allah Ta’ala hingga pada waktu yang tepat nanti aku akan menikah dengan orang pilihan Allah Ta’ala yang telah ditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur alhamdulillah untuk-Nya. Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung.

Sesungguhnya, sudah aku jalani ”proses” dengan laki-laki lain, tapi ternyata Allah takdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya. Menanti dengan ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalam hidupku merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerah lain yang Allah Ta’ala berikan kepadaku. Diberi-Nya aku kesempatan untuk lebih memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untuk kau jemput kelak sebagai bidadarimu. Karena Allah Ta’ala berjanji :

”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….” (QS. An-Nur :26)

Walloohi, aku mensyukuri hal itu karena aku yakin dengan selalu bersyukur Allah Ta’ala akan menambah kenikmatan yang telah Dia berikan, sebagaimana janji-Nya: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrohim : 7)

Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..

Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)

Yaa Zauji..

Apakah yang saat ini sedang engkau lakukan? Semogalah engkau adalah seorang ikhwan (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan bertaubat dari dosa-dosamu. Kembali kepada fitrahmu sebagai manusia yang bejiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detik sebagai bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap menuju kampung kekekalan.

Hingga pada saat kita dipertemukan oleh-Nya (Nazhor) di tempat dan waktu yang tepat, engkau tidak lagi mempermasalahkan fisik, harta, suku, latar belakang dan kondisiku. Sifatmu yang jujur, sederhana dan bijaksana-lah yang akhirnya menjadi sebab utamaku dalam memilihmu sebagai pendamping hidupku.

Dari segi fisik, mungkin orang mengatakan aku tak serasi untukmu. Dari segi suku dan keturunan, mungkin orang mengatakan aku tak sekufu denganmu. Dari segi latar belakang dan materi, akupun mungkin tak sebanding dengan apa yang ada pada dirimu. Akan tetapi kelak, semua dapat kau maklumi karena niat baikmu dalam menggapai rumah tangga yang kau inginkan. Kau dasari alasan memilihku dengan pertimbangan agamaku dan agama yang ada padamu (manhaj yang haq, insya Allah). Hingga aku yakin dengan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :
”Perempuan dinikahi karena empat hal : karena hartanya, kedudukannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, namun kedepankan (pertimbangkan) agamanya niscaya engkau akan beruntung” (HR. Bukhari & Muslim).

Dengan sebab itulah, engkau berniat dan bertekad bulat untuk meminangku dengan hamdalah.
Sebagaimana kisah Bilal bin Rabah rodhiyalloohu’anhu, muadzin kecintaan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan :
“Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami berada dalam kesesatan kemudian Alloh memberi petunjuk. Dahulu kami budak-budak belian, kemudian Allah memerdekakan…”, kata Bilal.

Kemudian ia melanjutkan,” Jika pinangan kami anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Dan kalau anda menolak, maka kami mengucapkan

Allahu akbar. Allah Maha Besar.”

Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..

Yaa Zauji…

Pada saatnya nanti, jika Allah Ta’ala sudah berkehendak untuk mempersatukan hati kita, maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuh kerelaan kau berikan kepadaku. Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayu setan akan materi. Hingga engkau dapat memenuhi perintah Allah Ta’ala yang berfirman :
 ”Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS. An-Nisaa : 4)

Niat suci kita untuk menuju pernikahan yang barokah meluluh lantahkan hatiku untuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudah engkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAllah aku bisa menjadi orang yang tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :
 ”Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad 145/6,25162, Hakim dan Ibnu Hibban dari Aisyah Rodhiyalloohu’anha)

Dan akhirnya kita berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuai syari’at, sebagaimana Uqbah bin Amir rodhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
 “Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah”(HR Abu Dawud (no.2117), Ibnu Hibban (no.1262-al Mawaarid) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no.724)

Dalam membicarakan walimah, engkau serta merta menyetujui usulanku bahwa walimah kita harus Islami. Tidak ada kemungkaran-kemungkaran dalam resepsi seperti tukar cincin, upacara adat, kepercayaan kepada hari baik dan sial dalam menentukan waktu pernikahan, lepas jilbab atau meminimalisir jilbab dengan mencekik leher dan memamerkan lekuk liuk tubuh, mencukur jenggot, mencukur alis mata, meninggalkan sholat wajib, ikhtilat, musik, nyanyian, mengundang biduanita dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.

Karena kita sama-sama tahu bahwa pernikahan adalah gerbang kehidupan rumah tangga yang kita idamkan bersama. Jadi mana mungkin kau tega mengotorinya dengan kemungkaran MESKIPUN HANYA SATU HARI.
Memang benar, kita bagai raja dan permaisuri dalam sehari, tapi sungguh! Jangan sampai berlumuran dosa dihari nan indah itu untuk kemudian menjadi sebab sengsara sepanjang masa. Jangan sampai kita menabung dosa di awal kehidupan rumah tangga, untuk kemudian menuai akibatnya kelak diakhirat. Wal’iyadzu Billah.

Terkemudian, HALAL-lah kita untuk saling mencintai karena Allah Ta’ala. Seketika, penantian kita yang lama itu, akan membebaskan syahwat2 yang selama ini kita pendam, bersamaan dengan meleburnya dosa-dosa kita lewat genggaman jari jemari kita. Saat itulah akan timbul cinta yang berkobar-kobar diantara kita. Detik demi detik, kita akan semakin mengenal satu sama lain, cinta makin subur ditaman hati masing-masing sebagaimana istilah pacaran pasca pernikahan yang sering kubaca dan kudengar selama ini. Pujian demi pujian yang mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah.

Namun yaa Zauji…

Aku tahu, bahwa engkau tidak akan membiarkan kita melampaui batas sebagai manusia untuk menikmati cinta itu. Karena kita tahu, ada Allah Ta’ala diantara kita. Dan kita tahu, bahwa tidak ada seseorangpun yang lebih cemburu selain Allah Ta’ala dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah Ta’ala. Karena itulah Dia memuji diri-Nya. Dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah Ta’ala.

Semoga kelak, cinta kita tidak menyamai dan melebihi dari kecintaan kita kepada Allah Ta’ala yang dapat mengurangi keimanan kita, sebagaimana rasa takut kita akan firman-Nya :

”Katakanlah jika bapak-bapak kalian, anak2 kalian, saudara2 kalian, ISTRI-ISTRI kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah LEBIH kamu CINTAI daripada ALLAH dan Rasul-Nya dan dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. At-Taubah : 24)

Dan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :
”Tidaklah salah seorang dari kalian beriman sampai aku lebih kalian cintai dari anaknya dan kedua orang tuanya dan seluruh manusia”(diriwayatkan oleh Bukhari no.10 dan Muslim no.44)

Karenanya yaa Zauji..
Kelak, malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi dengan membangunkanku disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atau tanpa percikan air diwajahku. Kau ajak aku sholat malam bersamamu dengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memporak-porandakan taman hatiku, meluluh lantakkan jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaanku pada Allah Ta’ala. Aku ingin sekali mengamalkan sunnah Rasululloh Shallallahu’alaihi wa Sallam bersamamu, yaitu :
”Allah merahmati laki-laki yang bangun diwaktu malam dan sholat kemudian membangunkan istrinya (sholat pula), jika istrinya menolak ia percikkan air kewajahnya. Dan Allah juga merahmati seorang wanita yang bangun malam kemudian sholat dan membangunkan suaminya (sholat pula), jika ia menolak, ia percikkan air kewajahnya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.)

Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..

Yaa Zauji..
Kuharap engkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisi emosionalku sebagai istri. Saat aku marah, saat aku salah, engkau meluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut. Karena kutahu, engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam yang bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)

Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita”

Allah Ta’ala berfirman :
“…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)

Dan saat engkau marah, sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untuk berlindung kepada Allah Ta’ala, berwudhu, dan sholat dua rokaat. Apabila kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedang duduk, maka kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium, merangkul dan menyatakan alasan kita. Apabila salah satu diantara kita berbuat salah, maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkan wajah Allah Ta’ala semata.(Fiqhut Ta’amul bainaz Zaujani)

Lantas kita mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Saling instropeksi, menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalam KETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.

Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu yaa Zaujii…

Yaa Zauji…
Aku tahu bahwasanya aku memiliki hak yang seimbang dengan kewajibanku menurut cara yang ma’ruf, kecuali satu perkara yang diungkapkan oleh Allah Ta’ala : ”akan tetapi para suami memiliki satu tingkat lebih tinggi dari isterinya” (QS. Al-Baqoroh :228)
Karenanya yaa Zauji, aku teringat dengan Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhuma :”Sesungguhnya aku berhias diri untuk isteriku sebagaimana ia menghias diri untukku” (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thahari (II/453))
Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian” (Hasan, HR At-Tirmidzi (no.1173) dan Ibnu Majah (no.1851))

Dan sebagai pemimpin rumah tangga, engkau akan senantiasa berusaha untuk memenuhi hak-hakku sebagai istrimu tanpa melihat apakah hak-ku sudah terpenuhi atau belum, karena kutahu, engkau sangat menginginkan kelanggengan cinta dan kasih sayang diantara kita, sebagaimana engkau juga akan selalu berusaha untuk tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi syaithan yang selalu ingin memisahkan kita berdua.

Engkau memberiku makan apabila engkau makan,
Engkau memberiku pakaian apabila engkau berpakaian,
Engkau tidak akan memukul wajahku,
Engkau tidak akan menjelek-jelekkan diriku, dan
Engkau tidak akan meninggalkanku melainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah)

Aku yakin bahwa meskipun engkau hidup pas-pasan, engkau akan tetap memberiku nafkah menurut kemampuanmu. Allah Ta’ala berfirman : ”..Dan orang-orang yang terbatas rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Ath-Tholaq : 7)

Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkau tidak pernah berputus asa dalam mencari rizki. Berikhtiar dan bertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana perintah Rasulullah Shollallahu’alaihi wa Sallam :
”seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan kosong perutnya, lalu pulang disore hari dalam keadaan kenyang.” (Shahih, HR at-Tirmidzi (no.2344), HR Ahmad (I/30), Ibnu Majah (no.4164). Dari Umar bin al-Khaththab rodhiyalloohu’anhu)

Dengan "wara"-mu, engkau senantiasa memperhatikan rizki-rizki yang halal dan thoyyibah, untuk diberikan kepadaku dan anak2 kita kelak. Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syari’at Islam yang mulia. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan menerima dari sesuatu yang haram.
Semoga Allah memberikan ganjaran atas nafkah yang engkau berikan kepada keluarga yang kau cintai, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam : ”..Dan sesungguhnya, tidaklah engkau menafkahkan sesuatu dengan niat untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau diberi pahala dengannya sampai apa yang engkau berikan kemulut istrimu akan mendapat ganjaran.” (Shahih, HR Al-Bukhari (no.1295( dan Muslim (no.1628), dari Sa’ad bin Abi Waqqosh rodhiyalloohu’anhu.

Yaa Zauji,
Aku memilihmu karena agama yang ada pada dirimu. Aku memilihmu karena aku tahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dari api Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan kepadaku tentang syari’at Islam, dan tentang adab-adabnya.
Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringat dan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman Allah Ta’ala :
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang kasar dank eras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Karenanya, engkau senantiasa mengajarkan aku dan anak2 kita kelak mengenai Dienul Islam, mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam. Mengajak untuk senantiasa mendatangi majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mendengarkan apa yang disampaikan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk menjadi BUNGA DITAMAN HATIMU sebagaimana Khodijah Radhiyallahu’anha menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya dapat aku amalkan perlahan-lahan dengan bimbinganmu.
Wallahi… Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..

Yaa Zauji…
Kelak akan engkau ajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua kita untuk menggapai ridho Allah Ta’ala. Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) yang merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Karena dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua kita, sebagaimana perintah-Nya :
“Dan Robb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada IBU-BAPAK. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai BERUSIA LANJUT dalam PEMELIHARAANMU, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ”ah”  dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Ya Robb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil” (QS. Al-Isroo : 23-24)

Yaa Zauji,
Betapa aku akan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu kepada Allah Ta’ala dan ketaatanmu kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Hingga andaikata Allah Ta’ala tidak melarangku untuk bersujud kepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohon Surga…
”Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (Hasan Shahih, HR at-Tirmidzi (no.1159), Ibnu Hibban (no.1291) dan Al-Baihaqi (VII/291) dari Abu Hurairah rodhiyalloohu’anhu)

Yaa Zauji..
Temanilah diriku sampai matiku nanti, layaknya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menemani ummul mukminin Khadijah Radhiyallahu’anha. Dampingi aku dalam melaksanakan amanah rumah tanggaku. Sesungguhnya, sebagai kepala keluarga engkau akan ditanya dihadapan Allah Azza wa Jalla tentang pertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu. Juga anak-anak dan rumah tangga sebagai beban pundakmu. Mari kita pikul dengan bahu kesetiaan, genggaman kuat ketakwaan kita dan kucur keringat amal ibadah kita.

Yaa Zauji, aku yakin dan optimis bahwa kita pasti mampu, insyaAlloh…

Yaa Zauji..
Sungguh begitu indah memilikimu dalam mitsaqon gholizho ini kelak… maka bagaimana aku tidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga dan nerakaku, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam : “Perhatikanlah sikapmu terhadapnya (suami), karena ia bisa menjadi surgamu dan nerakamu”
(HR. Ibnu Saad, Ath-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’us Shoghir (1590))

Yaa Zaujii…. Karenanya…
”JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…”
Semoga Allah Ta’ala segera mempertemukan kita dan senantiasa mempermudah urusan kita dalam mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) kelak. Amin

Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh


Posted by Ry Shafa in Cinta Keluarga.

thank you