Kamis, 04 November 2010

Menekan Faktor Penghambat Anak Menghafal Al-Qur’an

Menjadi penghafal Al-Qur’an memiliki keistimewaan dan kebanggaan tersendiri. Betapa tidak, Allah melimpahkan banyak kebaikan dan keutamaan kepada para penghafal Al-Qur’an. Ini mengingat, seorang penghafal Al-Qur’an menjadi sebuah sarana di dunia untuk menjaga kitab suci-Nya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya” (Qs Al-Hijr 9).
Namun alangkah lebih baiknya jika Al-Qur’an dihafal sejak usia dini. Karena pada masa itu otak mereka masih bersih, sehingga bagai mengukir di atas batu. Al-Qur’an bisa membuat otak anak menjadi lebih cerdas. Selain itu, seorang anak yang menghafal Al-Qur’an bisa menjadi sarana bagi orangtua mendapatkan keutamaan dari Allah. Dan tentunya, orangtua, pendidik, dan pengajar memiliki peran besar dalam mendidik anak agar mau mencintai dan menghafal Al-Qur’an.
…Selain menerapkan metode penghafalan Al-Qur’an, orangtua dan pendidik harus memahami faktor penghambat kecintaan anak terhadap Al-Qur’an…
Selain menerapkan metode penghafalan Al-Qur’an yang sesuai dengan anak-anak, para orangtua dan pendidik pun harus menyadari berbagai faktor penghambat kecintaan anak terhadap Al-Qur’an. Dalam bukunya Kaifa Nuhabbib Al-Qur’an li Abna`ina, DR. Sa’ad Riyadh menuliskan beberapa penghambat tersebut di antaranya:
1. Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan anak
Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan anak, sehingga guru atau orangtua memperlakukan anak didiknya tanpa mengetahui kondisi yang dihadapi anak. Jelas hal demikian akan memicu terjadinya kesalahan.
2. Miskin metode dan sarana pengajaran
Miskin metode dan sarana pengajaran, atau guru bersikukuh menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan kebosanan dalam diri anak. Hal ini menyebabkan anak tidak konsisten dalam mencintai Al-Qur’an.
3. Polusi wawasan dan informasi
Polusi wawasan dan informasi yang ada di sekitar anak dapat menyibukkan hati dan daya ingat anak dengan hal-hal yang diyakininya sebagai suatu kemajuan dan modernitas. Misalnya adalah nyanyian-nyanyian dan tayangan-tayangan sinetron yang tidak mendidik. Semua hal tersebut dapat memalingkan anak dari mencintai dan menghafal Al-Qur’an.
…Polusi wawasan dan informasi yang ada di sekitar anak dapat menyibukkan daya ingat, lalu memalingkan anak dari mencintai dan menghafal Al-Qur’an…
4. Pemahaman dan paradigma guru yang keliru
Pemahaman dan paradigma keliru yang terdapat pada diri guru. Misalnya guru melakukan pemaksaan dalam mengajar, atau memberlakukan pemaksaan dalam mengajar, atau menerapkan hukuman yang keras, atau mengusik harga diri anak ketika memberikan pengarahan dan perintah. Hal-hal tadi menyebabkan anak terhalang dari kecintaan kepada Al-Qur’an.
5. Sahabat yang buruk
Secara umum, sahabat yang buruk juga menjadi faktor penyebab kegagalan anak dan menjadi penyebab negatif hubungan anak dengan Al-Qur’an. Teman yang buruk juga menjadi penyebab utama yang meruntuhkan bangunan pendidikan yang sebelumnya telah dirintis oleh orang tua atau pendidik.
6. Tidak konsisten dalam memberikan perintah dan arahan.
Hal ini akan menyebabkan reaksi negatif pada diri anak serta berpengaruh terhadap hubungan cinta antara anak dan orangtua. Dan pada gilirannya akan menyebabkan hubungan yang tidak baik antara anak dan Al-Qur’an. Contoh dari inkonsistensi pendidikan adalah ketika sang ayah bertindak disiplin dalam mengajarkan Al-Qur’an, sementara si ibu terlalu memanjakan anak, atau sebaliknya. Atau bisa juga pada satu waktu orangtua atau pendidik intens memantau perkembangan anak, namun pada di waktu lainnya mereka sepertinya tidak memberikan perhatian kepada sang anak.
Demikianlah, semoga ke depannya kita bisa lebih mumpuni dalam mendidik anak untuk menghafal Al-Qur’an. Karena salah satu amanah yang harus ditunaikan orangtua adalah menjadikan anak-anak agar mencintai dan dekat dengan Al-Qur’an; memahami serta menghafalnya. Hal ini menjadi investasi besar yang ditanamkan para orangtua untuk kelak mendapatkan keutamaan serta pahala dari Allah Ta’ala. Karena balasan Allah Ta’ala di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan Al-Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al-Qur’an.
Dari Buraidah dia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada Hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ dijawab: ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an’.”(Hadits riwayat Al-Hakim dan dia menilainya shahih berdasarkan syarat Muslim [1/568], dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya [21872] dan Ad-Darimi dalam Sunan-nya [3257]).
Kedua orangtua mendapatkan kemuliaan dari Allah, karena keduanya berjasa mengarahkan anaknya untuk menghafal dan mempelajari Al-Quran sejak kecil. Dan dalam hadits di atas juga terdapat dorongan bagi para ayah dan ibu untuk mengarahkan anak-anaknya menghafal Al-Qur’an sejak dini.
www.shalihah.com • [ganna pryadha/voa-islam.com]

Aku Merindukan Bersahabat Dengan Orang Orang Shalih

Allah menyatakan dalam Al Qur'an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. 
Allah Ta’ala berfirman,

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. Ali 'Imran: 101).
Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur)." (QS. At Taubah: 119).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa.)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia." (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379)

Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.
Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ
“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.”(Siyar A’lam An Nubala’, 8/435, Mawqi’ Ya’sub). Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.

‘Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin ‘Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.”

Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi’." (Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afani, hal. 466, Darul ‘Affani, cetakan pertama, tahun 1421 H)

Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang".(Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy)
Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat atau teman dekat yang semangat dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.

Kalau dalam masalah persahabatan yang tidak bertemu setiap saat, kita dituntunkan untuk mencari teman yang baik, apalagi dengan mencari pendamping hidup yaitu suami atau istri. Pasangan suami istri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya sesaat. Bahkan suami atau istri akan menjadi teman ketika tidur. Sudah sepantasnya, kita berusaha mencari pasangan yang sholih atau sholihah. Kiat ini juga akan membuat kita semakin teguh dalam menjalani agama.



Faedah Ilmu di Panggang, Gunung Kidul, 20 Dzulhijah 1430 H

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

SURAT TERBUKA DARI ISTRI TERCINTA

Kiki  Ummu FarrasKuuntai kalimatku dengan goresan pena ini, untukmu, suamiku yang kucintai, semoga engkau lebih berbahagia.

Membaca suratmu, wahai suamiku, menjadikan aku ingat masa lalu. Aku merasakan makna kalimat-kalimatmu sebagaimana aku rasakan tatkala engkau sampaikan kalimat-kalimat itu saat kita baru memulai hidup bersama dahulu. Kini, setelah semua berlalu, dan setelah aku hampir terlupa akan kalimat-kalimat itu, engkau goreskan kalimat itu untuk kedua kalinya. Kusampaikan jazakallohu khoiran, Suamiku, atas kebaikanmu, dan atas perhatianmu kepadaku, istrimu.

Suamiku yang kucinta…

Mungkin engkau telah begitu sering sering mendengar kata-kata permintaanku. Namun, aku berharap engkau takkan jemu menanggapinya. Saat ini pun, aku katakan padamu, wahai suamiku, bantulah aku menjadi sebaik-baik perhiasan duniamu. Bantulah aku menjadi salah satu dari keempat kebahagiaan hidupmu. Bila engkau meminta agar aku membantumu untuk memperbaiki akhlak dan pergaulanmu kepadaku, maka lebih dari itu, aku begitu berharap engkaulah orang yang akan mengantarkanku ke taman akhlak yang mulia bersamamu.

Suamiku, jika engkau bersungguh-sungguh mengatakan kepadaku apa yang engkau goreskan itu, maka lebih dari itu, aku pun berharap engkau lebih bersungguh-sungguh membimbing, mengayomi, dan menyertakanku dalam seluruh kebaikanmu. Aku ingat nasehat emas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meski itu lebih tepat disebut peringatan. Peringatan bagiku sebagai seorang istri, yang tentunya perlu engkau tahu, meski aku kira engkau pun telah mengetahuinya. Aku ingat saat beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan seorang wanita sebagai istri sepertiku dengan sabdanya shalallahu ‘alaihi wasallam,

فَا نْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَاءِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَ نَارُكِ

“Maka perhatikanlah, wahai si istri, bagaimana kalian mempergauli suamimu. Sesungguhnya ia adalah surga atau nerakamu.” [HR. Ahmad 4/341 dan 6/419, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 1509 dan ash-Shohihah 6/220.]

Begitu jelasnya makna nasihat beliau itu, dan begitu tegasnya pernyataan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan goresan pena kita ini, semoga engkau tahu, wahai suamiku, bahwa aku begitu sangat berharap surga dan tidak ingin terjebak ke neraka sementara aku punya engkau, suamiku. Aku tahu engkau berarti surga, juga berarti neraka bagiku. Namun, aku berharap engkau mau mengerti bahwa aku tidak menginginkan neraka. Engkau pun pasti juga begitu. Maka, bantulah aku, suamiku.

Suamiku, tentunya engkau tahu bahwa jalan menuju surga tidaklah mudah. Namun aku berharap jalan itu akan dipermudah bagiku. Aku berharap jalan surgaku akan dengan mudah kutelusuri bersamaan dengan tetap adanya aku di sisimu. Apakah engkau paham maksudku, suamiku? Aku hanya ingin mengatakan satu pintaku: buatlah aku mampu melakukan apa pun yang membuatmu ridho kepadaku, sebab dengan begitu Allah pun akan meridhoiku.

Sebaliknya, belokkanlah langkahku bila aku melakukan sesuatu yang membuat Allah memurkaiku sehingga engkau pun murka kepadaku. Karena kau tahu aku begitu lemah untuk bisa menunaikan seluruh hak-hakmu. Bahkan tiada mungkin aku menunaikan seluruhnya sebab begitu agung dan tak terhingga hak-hakmu. Bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan:

حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْ جَتِهِ أَنَّ لَوْ كَانَتْ بِهِ قُرْ حَةٌفَلَحِسَتْهَا مَا أَدَّتْ حَقَْهُ

“Hak seorang suami yang harus ditunaikan oleh istri itu (nilainya begitu besar), sehingga seandainya suami terluka bernanah di badannya, lalu istrinya menjilatinya pun belum dinilai ia telah menunaikan haknya.” [HR. Hakim dalam al-Mustadrok 2717 dan beliau mengatakan hadits ini sanadnya shohih, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 3148]

Rasanya, sangatlah berat bagiku untuk meraih surga itu. Mengingat betapa untuk menunaikan hak-hakmu saja begitu berat bebannya kurasa.Maka, aku hanya ingin engkau menunaikan sebagian saja dari hak-hakku agar aku bisa menunaikan hak-hakmu dengan seimbang. Semoga engkau mengerti ini, dan semoga engkau sudi menerimanya, istrimu yang lemah ini. Karena aku tahu, seperti engkau juga telah tahu, bahwa Allah Ta’ala tidak mewajibkan kepadamu selain sebagian hak-hakku semata. Bukan seluruh hak-hakku harus engkau tunaikan sehingga betapa akan semakin berat kiranya aku menunaikan hak-hakmu.

Suamiku, sejujurnya aku katakan bahwa kebahagiaan rumahku adalah tanggung jawabku. Menyambutmu dengan senyuman adalah rutinitas keseharianku. Ketenanganmu begitu membahagiakanku. Aku sangat suka kesuksesanmu meski hanya dengan sedikit bantuanku. Saat kutahu apa maumu, begitu ringan hidupku. Semuanya kulakukan karena aku merasa seandainya aku tidak melakukannya, hak-hakmu yang mana lagi kiranya yang kuasa kutunaikan. Maka pintaku, bantulah aku, suamiku.

Suamiku, aku tahu, sebagaimana engkau pun tahu, shalat adalah sebuah kunci surga bagiku. Maka bantulah aku, suamiku, sebagaimana aku biasa membantumu untuk bisa bersama-sama menunaikannya dengan baik dan diterima oleh-Nya Ta’ala.

Aku pun tahu, sebagaimana engkau juga tahu, puasa Romadhan adalah satu kunci surga yang lain bagiku. Maka bantulah aku, suamiku, sebagaimana aku biasa membantumu untuk bisa bersama-sama menunaikannya dengan baik, dan semoga ibadah kita diterima oleh-Nya.

Aku tahu sebagaimana engkau juga tahu, bahwa ragaku ini, diriku ini, hanya halal buatmu seorang. Maka pintaku, berilah aku sesuatu yang halal yang bisa kunikmati sebagai nafkah lahir dan batinku. Bantulah aku berlaku pintar menunaikan hakmu, sebagaimana aku akan berusaha menjadikanmu pandai berbaik-baik kepadaku. Dengan begitu, aku berharap agar kita berkesempatan bersama menggapai ridho-Nya.

Aku juga tahu, sebagaimana engkau juga telah tahu bahwa menaati perintah dan ajakanmu melakukan apa pun yang Allah ridhoi adalah salah satu kunci surga yang lain bagiku. Maka pintaku, bila aku tidak kuasa melakukannya, janganlah engkau murkai kekuranganku tapi perintahlah aku dengan sesuatu yang lain yang aku kuasai melakukannya. Dan bila aku telah kuasa melakukan apa yang engkau perintahkan, dan aku telah memenuhi ajakanmu, janganlah lupakan Dzat Yang Maha Kuasa di atas sana.

Bersyukurlah kepada-Nya sebelum kau ucapkan kata terima kasihmu padaku. Dengan begitu, aku berharap ridho-Nya dan juga ridhomu. Karena aku berharap surga-Nya. Semoga engkau memahami ini, suamiku.

Seandainya ada tinta emas dalam pena kita ini, tentu aku akan tuliskan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini sebagai syi’ar yang lebih berarti bagiku, dan semoga akan selalu kita baca dan kita tunaikan bersama. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَ صَا مَتْ شَهْرَهَا وَ حَفِظَتْ فَرْ جَهَا وَأَطَا عَتْ زَوْ جَهَا قِيلَ لَهَا ادْ خُلِي الْجَنَْةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِءْتِ

“Jika seorang istri telah baik shalat lima waktunya, telah baik puasa (ramadhannya), telah baik dalam menjaga farjinya, telah baik ketaatannya kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: “Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana pun yang kau suka”.” [HR. Ahmad 1573, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jami' 660]

Suamiku, jujur aku katakan, bukan aku belum pernah mendapati bantuanmu. Bukan. Bukan aku belum pernah mendapati engkau penuhi pintaku. Bukan. Namun aku bersyukur kepada Allah Ta’ala, selanjutnya kepadamu, atas semua yang telah engkau berikan sebagai kemudahan bagiku menuju ridho-Nya dan ridhomu. Aku hanya berharap menjadi istrimu yang akan menyenangkanmu di dunia juga di akhiratmu. Bantulah aku, semoga Allah memberkahi kehidupan rumah tangga kita.

Dari yang mencintaimu, istrimu.

Oleh Abu Ammar al-Ghoyami dalam Majalah al-Mawaddah

www.shalihah.com

Terapi Kegelisahan

Oleh: Risalah Qalaq ath-Thalibat

– Menjawab 1001 Problema WanitaNasihat-nasihat penting untuk menghalau kegelisahan dan meraih kebahagiaan:

SATU
“Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya kau dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika Engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa umat manusia ini bila semuanya bersatu padu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak dapat memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk memberikan kemudharatan dengan sesuatu, niscaya mereka tidak dapat memberimu mudharat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (penulis takdir-takdir Allah) telah diangkat (dari tugas menulisnya) dan lembaran-lembaran (tempat dituliskannya takdir-takdir itu) telah kering.” [HR Ahmad dan at-Tirmidzi]

DUA
Tetap tenang dan berdzikir kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

آلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ آللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ آللَّهِ تطْمَئِنُّ آلْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Ar-Ra'd: 28]

TIGA
Bertawakal kepada Allah: Perbaikilah sikap tawakal anda, serahkanlah urusan kepadaNya, ridhalah dengan ketetapanNya, kembalilah kepadaNya, bergantunglah kepadaNya. Cukuplah Allah sebagai pelindung bagi anda dan yang mencukupi anda. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah akan menyampaikan kepada tujuannya. Allah telah menetapkan ketetapan segala sesuatu.

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.

EMPAT
Jangan menunda-nunda pekerjaan hari ini untuk dikerjakan esok hari. Selesaikanlah tugas-tugas anda sesuai urutannya.

LIMA
Waspadalah dosa-dosa, karena itulah sumber kedukaan dan kesedihan, dan itu merupakan sebab kegundahan dan pintu musibah.

ENAM
Hayatilah firman Allah Ta’ala:

فإِنَّ مَعَ آلْعُسْرِ يُسْرًا۝ إِنَّ مَعَ آلْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.” [Asy-Syarh: 5-6], satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.

TUJUH
Jadilah pemberani, teguh hati, kokoh jiwa, bercita-cita tinggi dan memiliki tekad terang.

DELAPAN
Berambisilah untuk berbakti kepada kedua orang tua karena hal ini termasuk pintu-pintu kebahagiaan. Maka manfaatkanlah itu dan raihlah keberuntungan.

SEMBILAN
Ketahuilah bahwa ragu-ragu dan larut dalam suasana merupakan sebab terbesar kegundahan. Maka manfaatkanlah itu dan raihlah keberuntungan.

SEPULUH
Senantiasalah membaca doa penangkal duka, yaitu:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ الْعَظِيْمُ الْحَليْمُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللَّهُ رَبُّ السَّمَا وَ اتِوَرَبُّ اْلاءَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَريْمِ
“Tidak ada sesembahan yag haq selain Allah yang Maha Agung lagi Maha Halus. Tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, Rabb Arsy yang agung. Tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb Arsy yang mulia.” [HR al-Bukhari]

SEBELAS
Ada doa lainnya, yaitu:

لاَإَِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّا لِمِيْنَ
“Tidak ada sesembahan yang haq selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” [HR. at-Tirmidzi]

DUABELAS
Ketahuilah bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada kedudukan (status sosial), tidak pula pada garis keturunan, tidak pula pada harga maupun emas akan tetapi terletak pada agama, ilmu, dan moral.

TIGABELAS
Jadilah pembaca al-Qur’an karena pembaca al-Qur’an tidak akan mengeluhkan kegundahan, tidak pula kebosanan, kekosongan batin maupun kegelisahan jiwa.

EMPATBELAS
Diantara penyebab kegelisahan adalah menyia-nyiakan waktu, menunda-nunda taubat, menyakiti orang lain, durhaka terhadap orang tuadan menebar keburukan.

LIMABELAS
Istighfar bisa mengusir kedukaan dan kegelisahan, dan bisa membuka ketertutupan, dan melapangkan dada.

Sumber: Menjawab 1001 Problema Wanita, Khalid al-Husainan, Darul Haq, Hal 307-309 • 

Tips Agar Anak Senang Membaca

Para ahli membaca mengatakan, bahwa membaca adalah sesuatu yang paling penting dari semua ketrampilan belajar. Karena kenyataannya, sebagian besar dari semua pekerjaan sekolah memerlukan aktivitas membaca. Pemikiran kritis serta imajinasi mengalir dari waktu-waktu membaca. Kemampuan menulis serta berbicara dengan baik adalah hasil dari jumlah serta kualitas membaca.

Peneliti juga mengemukakan bahwa pembaca-pembaca yang baik dihasilkan melalui orangtua yang membatasi anaknya menonton televisi ^^ , dan mendorong anak-anak untuk membaca dengan cara menyediakan bahan bacaan yang menarik secara berlimpah.

Jauh sebelum bayi-bayi memahami bahasa percakapan, persinggungan awal mereka dengan kata-kata, cerita-cerita, buku-buku, obrolan, dan pembacaan, memberi rangsangan yang dibutuhkan oleh otak mereka. Penelitian (lagi-lagi) menunjukkan bahwa buku-buku yang dibacakan pada anak-anak secara signifikan memberikan rentang kata-kata lebih luas daripada mendengarkan TV (^^).

Berikut adalah beberapa hal sederhana yang bisa anda lakukan untuk meningkatkan pembacaan dalam kehidupan anak anda yang masih kecil :
1. Taruhlah label pada kotak mainannya, lemarinya, laci-lacinya, dan barang-barang lainnyaPasanglah nama anak anda pada pintu kamar tidurnya. Tunjukkanlah kepadanya bahwa kata-kata dapat digunakan untuk mengenal barang-barang. Ini nih, yang sering saya lakukan dirumah. Mulai dari lemari, meja, kulkas, smuanya saya kasih label, dan dengan sendirinya, saLamah serta naiLah belajar huruf dan membaca ^^

2. Bacakanlah buku cerita kepada anak andaSehingga bisa memberikan inspirasi pada mereka. Remember, bacaan yang kita bacakan pada mereka, hendaknya cerita nyata loh, bukan fiksi !

3. Bantulah anak anda membaca kata-kata yang ada di sekeliling rumah andadi toko swalayan, atau di jalan-jalan. Misalkan, nama-nama jalan, nama toko, dll.

4. Sediakanlah beragam sumber bacaan dirumah. Atau kalo perlu, kembangkanlah PERPUTAKAAN PRIBADI dirumah.

5. Memberikan buku sebagai hadiah juga memberikan sebuah pesan yang kuat pada mereka bahwa buku-buku sangatlah bernilai !

6. Mulailah membacakan cerita dengan suara keras bagi anak-anak sejak usia sangat diniBayi anda mungkin saja belum mengerti saat itu, tetapi mendengarkan anda membacakan kata-kata dengan keras akan membantu dia menghubungkan hal membaca dengan sesuatu yang hangat dan menyenangkan.

7. Jika membaca dengan suara keras dapat menggandakan pembelajaran seorang anak, maka menonton televisi dapat membuatnya menjadi nol !!! mengapa ? karena rendahnya kualitas moral dalam banyak acara sangatlah merusak perkembangan karakter anak anda. Selama anak-anak menonton televisi, mereka pada umumnya tidak berinteraksi dengan orang lain, tidak membaca, bermain, berbicara, atau menolong siapapun. Lebih jauh, menonton televisi menutup atau menghambat imajinasi.

Selain itu, karena salah satu metode pembelajaran yang terbesar bagi anak-anak adalah meniru, maka peran yang bisa anda contohkan yaitu menanamkan rasa cinta membaca dalam diri anak-anak anda., serta mencontohkan bahwa anda-pun menyukai kegiatan membaca buku.

Jika yang anda lakukan setiap sore atau malam adalah menyalakan televisi, menonton sinetron, maka anak-anak anda pun kemungkinan akan menjadi penikmat televisi sejati. Namun, jika yang mereka lihat adalah anda bergelut dengan sebuah buku, maka mereka akan melihat bahwa anda tidak hanya memberitahu mereka untuk membaca, tetapi anda juga mempraktekkannya ^^

Terakhir, perlu diingat…, kita ingin anak-anak kita membaca bukan hanya karena mereka harus membaca, melainkan karena mereka ingin membaca ^^

-disarikan dari buku Sekolah Berawal dari Rumah karya Cheri Fuller-

KEUTAMAAN ORANG YANG TERTIMPA MUSIBAH DAN PENYAKIT | Penyakit Demam Menghapuskan Dosa

Penyakit Demam Menghapuskan Dosa

Al-Ustadz Hammad Abu Muawiah

Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku pernah menjenguk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah. Maka aku berkata:
إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قُلْتُ إِنَّ ذَاكَ بِأَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat, oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat.” Beliau menjawab, “Benar, tidaklah seorang muslim yang terkena gangguan melainkan Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana gugurnya daun-daun di pepohonan.” (HR. Al-Bukhari no. 5647 dan Muslim no. 2571)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang berkunjung ke rumah Ummu Sa`ib atau Ummu Musayyab, maka beliau bertanya:
مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ قَالَتْ الْحُمَّى لَا بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا فَقَالَ لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Ada apa denganmua wahai Ummu Sa`ib -atau Ummu Musayyab- sampai menggigil begitu?” Dia menjawab, “Demam! Semoga Allah tidak memberkahinya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kamu mencela penyakit demam, karena dia dapat menghilangkan kesalahan (dosa-dosa) anak Adam, seperti halnya kir (alat peniup atau penyala api) membersihkan karat-karat besi.” (HR. Muslim no. 4575)

Penjelasan ringkas:

Di antara bentuk kesabaran terhadap takdir Allah yang menyakitkan adalah bersabar atas semua penyakit yang menimpa. Dan sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa kesabaran hukumnya adalah wajib dan bukan sunnah. Karenanya barangsiapa yang tidak bersabar menghadapi penyakit yang menimpanya maka sungguh dia telah terjatuh ke dalam dosa yang sangat besar.
Bagaimana caranya seseorang bisa bersabar?
Banyak faktor yang bisa membantu dan memudahkan seseorang untuk bersabar. Di antaranya adalah dengan mengetahui keutamaan orang yang terkena musibah termasuk sakit. ‘Tidak kenal maka tak sayang’, karenanya siapa yang tidak mengenal hakikat dari musibah dan penyakit niscaya dia tidak akan senang untuk sakit, dan sebaliknya siapa yang mengetahui hakikat dari semua musibah dan penyakit niscaya dia bukan hanya akan bersabar tapi justru dia akan bersyukur karena telah tertimpa musibah dan penyakit.
Trus, apa keutamaan orang yang tertimpa musibah dan penyakit?
Sebagiannya sudah disebutkan dalam hadits-hadits di atas yaitu dosa-dosanya akan diampuni selama dia terkena musibah dan penyakit. Dan banyak lagi yang lain bisa dibaca dalam kitab Riyadh Ash-Shalihin karya Imam An-Nawawi pada bab-bab pertama tentang keutamaan sabar.
Karenanya, semakin lama seseorang sakit atau semakin sering seseorang tertimpa musibah maka dosa-dosa yang terhapus akan lebih banyak. Kalau begitu, bukankah orang yang terkena musibah dan penyakit sangat pantas untuk bersyukur kepada Allah.
Karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyebutkan 4 tingkatan manusia dalam menghadapi musibah, mulai dari yang terendah sampai ke yang tertinggi:
1.    Marah dan tidak bersabar. Baginya dosa yang besar.
2.    Sabar. Dia telah selamat dari dosa dan mendapatkan pahala karena kesabarannya
3.    Ridha terhadap musibah yang menimpa. Dia mendapatkan pahala tambahan yang jauh lebih besar daripada pahala kesabaran.
4.    Syukur. Inilah jenjang tertinggi dalam menghadapi musibah.
Apakah terhapusnya dosa dipersyaratkan sabar?
Ada silang pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Hanya saja yang lebih tepat insya Allah: Bahwa terhapusnya dosa itu sudah terjadi hanya dengan seseorang tertimpa musibah atau penyakit, baik dia bersabar menghadapinya maupun tidak. Hal itu karena dalil-dalil di atas bersifat umum bahwa Allah akan mengampuni dosa hanya dengan seseorang terkena musibah, tanpa menyinggung apakah dia bersabar atau tidak.
Yang jelas orang yang tertimpa musibah dan penyakit akan terhapus dosa-dosanya. Jika dia bersabar maka dia mendapatkan tambahan pahala, tapi jika dia tidak bersabar maka dia telah berbuat dosa yang besar.
thank you