Senin, 07 Februari 2011

MERINDUKAN ANAK SHALIH



Penulis : Abu Ahmad Zaenal Abidin,Lc.

Menjadi anak shalih, siapa yang tak mau? Memiliki anak shalih, orang tua mana yang tidak rindu? Anak shalih adalah dambaan tiap orang tua. Sejahat apapun kelakuan orang tua, nuraninya tak mungkin berkeinginan sang anak mengikuti jejak orang tuanya, menjadi penjahat, koruptor, penjudi, atau pezina.

“Jadilah anak shalih, tekun beribadah, rajin belajar, jadi orang pintar, jangan seperti bapakmu ya Nak?” begitu sering kali orang tua berpesan pada anaknya. Anak shalih senantiasa mengalirkan kebaikan bagi kedua orang tuanya walaupun keduanya telah tiada, bahkan derajat keduanya terangkat karena istighfar anaknya. Atau anaknya meninggal lebih dahulu sementara kedua tuanya bersabar dalam rangka mencari pahala dari Allah maka akan memberi balasan mulia di surga sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam :

Jika putera seorang hamba meninggal dunia Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada malaikat: Kalian telah mengambil putera hamba-Ku? Mereka berkata: Ya. Allah subhanahu wata’ala berfirman: Kalian telah mengambil buah hati hamba-Ku? Mereka berkata: Ya. Allah subhanahu wata’ala berfirman: Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku? Mereka berkata: Ia memuji-Mu dan mengembalikan kepada-Mu. Maka berfirman: Bangunkanlah rumah di surga dan berilah nama dengan Baitul Hamad.[1]

Anak shalih adalah buah hati yang senantiasa disayangi dan belahan jiwa yang membuat hati orang tua berbunga-bunga. Sehingga saat anak menderita, orang tua merasakan deritanya, saat sang buah hati terkena musibah, orang tua dirundung duka, dan pada saat anak berhasil, menjadi shalih atau berprestasi dalam hidupnya, maka orang tuanya merasa bangga bukan kepalang.

Namun realita banyak mengungkap, bahwa saat orang tua berhasil atau berjaya dalam hidupnya maka sang anak akan mengikuti dan menikmati kejayaan dan kemakmurannya. Sebaliknya, saat sang anak berjaya dan berhasil dalam hidupnya, belum tentu orang tuanya ikut menikmati kejayaan bersama buah hatinya yang selama ini disayangnya. Contoh yang jelas, saat orang tua memiliki rumah megah dan kendaraan mewah maka sang anak akan turut menikmatinya. Orang tuapun mengajarinya bagaimana mengendarai kendaraan mewah mereka. Namun, saat sang anak yang berhasil memiliki mobil mewah, apakah ia tergerak untuk mengajarkan orang tuanya agar bisa mengendarai dan menikmati kendaraan itu setiap hari? Tentu, tanpa di jawab pun kita sudah tahu jawabannya. Bila orang tua kaya kehidupan anak sangat manja dan tampil bagaikan majikan sementara bila anak yang berjaya orang tua diperlakukan sebagaimana pembantu atau bahkan budak.

Anak merupakan karunia terbesar dalam hidup manusia. Tetapi tidak jarang, justru karena si anak pula orang tua seringkali harus mengelus dada dan tenggelam dalam jurang nestapa dan derita. Karena di samping sebagai sebuah karunia, anak juga dapat membentuk sikap pengecut, melahirkan sifat bakhil, membuat bodoh dan menjadi sumber fitnah serta dapat menghancurkan hidup kedua orang tuanya. Maka benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam :

Anak adalah buah hati dan sesungguhnya dia membuat (orang tuanya) pengecut, bersikap bakhil dan gundah gulana.[2]

Tidak sedikit contoh yang terjadi di sekitar hidup kita. Tiada hujan tiada badai, tiba-tiba orang tua kaget tak kepalang seperti tersambar petir di teriknya siang. Ia mendengar bahwa anaknya didapatkan sedang sakaw, meninggal karena overdosis, tertangkap sebagai penjahat, pezina, atau hamil di luar nikah. Padahal selama ini ia merasa belahan jiwanya itu sebagai anak yang pendiam, lucu, dan lugu. Ia juga merasa sudah mendidik dengan benar buah hatinya. Tapi tiba-tiba, ia menemukan kenyataan sangat memilukan, yang membuat dunia seakan runtuh. Maka terpukul hatinya, terkoyak nuraninya, tersiksa batinnya dan tersentak perasaannya serta merasa hancur jiwa raganya. Ternyata, buah hati yang disayang dan dibanggakan, telah mencoreng muka dan merusak nama baik keluarga.

Karena itu, Islam sangat menekankan kepada umatnya, agar senantiasa mendidik buah hati agar menjadi anak shalih, membimbing mereka agar selalu berdoa dan memohon keshalihan dan segala karunia kebaikan untuk putera-puteri mereka.

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS Al Furqan: 74).

Agar orang tua mampu menggapai derajat kesalihan anaknya dan memetik buah hatinya sehingga menjadi simpanan paling mahal di akherat kelak, dan keinginannya tidak pupus serta harapannya tidak kandas. Maka setiap orang tua harus berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih, memiliki ilmu agama yang cukup, menumbuhkan kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan anak dan memadatkan bimbingan aqidah dan akhlak Islam kepada mereka serta menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk dan lingkungan rusak.

Pendidikan Untuk Anak Shalih

Anak selalu dipandang sebagai karunia Allah subhanahu wata’ala , buah hati, peneduh mata, kebanggaan orang tua, penyejuk jiwa, pelibur lara dan belahan jiwa yang berjalan di muka bumi sekaligus perhiasan dunia, Allah subhanahu wata’ala berfirman: Dijadikan indah pada (pandangan manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik(Surga). (Ali Imran 14)

Anak ibarat bunga yang senantiasa menebar aroma wangi bagi setiap sudut kehidupan orang tuanya, bahkan anak menjadi perekat hubungan kedua pasangan yang sedang dirundung konflik pasutri dan bisa menambah harmonis kehidupan rumah tangga. Namun terkadang anak juga bagaikan secawan arak yang membuat orang tuanya mabuk kepayang dan terjatuh dalam fitnah dunia sehingga binasa di dunia dan akherat. Agar orang tua tetap untung dan bahagia punya anak maka harus mengerahkan jerih payah untuk mendidik, karena untuk mendapatkan anak shalih tidak semudah membalik tangan tetapi dibutuhkan usaha serius dan kerja keras serta kerja sama kompak antara kedua orang tua dalam merealisasikan harapan tersebut, terutama meluruskan pemahanan tentang konsep pendidikkan anak. Sebab pendidikan ibarat proses menyemai tanaman bila tamanan setelah tumbuh dipupuk dan disemprot hamanya dengan rutin maka tanaman akan tumbuh lebat dan memberikan buah terbaiknya saat musim panen.

Dan anak bisa menjadi shalih hanya dengan peran aktif orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan mendidiknya secara benar dan ikhlas. Walaupun anak terlahir dalam keadaan fitrah, namun seiring berjalannya waktu peran orang tua sangat menentukan baik dan buruk pribadi anak-anaknya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam telah memberitakan tentang hal itu dalam sabdanya:

Tidaklah seorang bayi yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (bertauhid). Maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Bagaikan onta yang lahir sehat, apakah kamu menemuinya cacat. Kemudian Abu Hurairah berkata: Dan Bacalah firman Allah jika kamu mau: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (QS. Ar Ruum:30). [3]

Barangsiapa berharap puteranya menjadi orang yang salih, ikhlas beramal karena Allah subhanahu wata’ala, mengamalkan petunjuk manusia pilihan, bermanfaat untuk umatnya, berjuang untuk umat, dan menjadi anak shalih yang selalu berdoa untuk kedua orang tua dan dikabulkan permohonannya oleh Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Mampu sehingga derajat kedua orang tua diangkat di surga maka hendaklah bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya. Dan orang tua akan mendapat pahala dan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada putera-puterinya baik berupa makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maka sebaiknya setiap orang tua memiliki perhatian tinggi dalam mendidik anak dengan bimbingan dan pendidikan yang benar.

Segala jerih payah orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan, baik dengan mendidiknya sendiri atau diamanahkan kepada orang lain dengan dikirim ke pondok pesantren atau lewat penyediaan sarana pendidikan yang terbaik melalui privat. Dan yang tak kalah penting, doa yang senantiasa dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan penuh harap oleh kedua orang tuanya dapat memuluskan keinginan mereka untuk memiliki anak yang shalih dengan seizin Allah subhanahu wata’ala. Bukankah ridha Allah subhanahu wata’ala tergantung pada ridha orang tua?

Oleh karena itu, keshalihan atau kekufuran sang anak tidak bisa lepas dari peran dan tanggung jawab orang tuanya, karena pendidikan adalah sebuah amanah. Sedangkan pendidikan terhadap keluarga merupakan kewajiban utama dan amanah yang sangat besar, maka tidak boleh disia-siakan. Semuanya harus bermula dari diri sendiri, lalu istri, anak-anak dan kerabatnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS At-Tahrim [66]: 6).

Setiap muslim pasti akan dimintai pertanggung-jawaban atas apa yang dipimpinnya. Ia akan mendapatkan limpahan karunia dan pahala atas segala kebaikan pendidikan yang ia berikan. Sebaliknya, bila ia menyia-nyiakan amanah dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka ia akan mendapat sanksi atas segala keteledoran yang terjadi di tengah keluarganya.

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dan imam adalan pemimpin, dan orang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya.” [4]

Suami dan istri harus menyadari sepenuhnya bahwa mendidik keluarga bukanlah urusan ringan, perkara sepele dan kerjaan sambilan. Dan juga bukan hanya sekedar pernyataan atau pemikiran sederhana. Bahkan, pendidikan keluarga merupakan proses pemenuhan hajat hidup yang asasi bagi setiap anggota keluarga, masalah rumah tangga yang urgen dan buah karya yang memiliki konsekuensi jauh ke depan.
[1] Riwayat Tirmidzi1021 dia berkata Hadits hasan Shahih, Jami’ Shaghir 1/795, Ash Shahihah 1407

[2] . Shahih diriwayatkan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (3666) dan lihat Shahihul Jami’ no: 7160.

[3]. Muttafaqun alaih, diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya dalam Kitabul Janaiz, (1385) dan Imam Muslim dalam Shahihnya dalam Kitab Al Qadar (6697), Imam Abu Daud dalam Sunannya (4714) dan Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya (2138).

[4] . Shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya (844, 2232, 2368, 4801)

(Copas dari MP Ummu Afifah)

Penjagaan Diri Menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam VS Menurut Setan

Penjagaan Diri Ala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam VS Ala Setan
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:
Penjagaan Diri Ala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
  1. 1.    Bacaan ketika keluar rumah.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ». قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ ».
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika sesorang keluar dari rumahnya kemudian membaca:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah). Maka pada saat itu dikatakan kepadanya engkau telah diberikan petunjuk, dicukupkan dan dijaga, serta setan-setan akan menjauh darinya, maka setan yang lain berkata: "Bagaimana kamu mengganggu seseorang yang telah diberikan petunjuk", dicukupkan dan dijaga (oleh Allah)". HR Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalamShahih Al Jami’, no. 6419.
    
  1. 2.    Bacaan ketika turun di sebuah tempat.
سَعْدَ بْنَ أَبِى وَقَّاصٍ يَقُولُ سَمِعْتُ خَوْلَةَ بِنْتَ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ ».
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata; “Khaulah binti Hakim As Sulaimiyyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang singgah di sebuah tempat lalu ia mengucapkan:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
(Aku  berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan yang tercipta). Maka tidak ada sesuatu apapun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu". HR Muslim.

  1. 3.    Bacaan ketika pagi hari.
عُثْمَانَ - يَعْنِى ابْنَ عَفَّانَ - يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِىَ ».
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(dengan nama Allah yang bisa membahayakan dengan namanya sesuatu apapun yang ada di bumi dan di langit dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui)tiga kali tidak akan tertimpa musibah mendadak sampai pagi dan siapa yang membacanya ketika pagi hari tiga kali maka tidak akan tertimpa musibah mendadak sampai sore”. HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Abi Daud, no. 5088.

  1. 4.    Bacaan ketika bersetubuh.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ثُمَّ قُدِّرَ أَنْ يَكُونَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا ».
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau seseorang ingin menggauli istrinya kemudian membaca:
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا 
(Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami) kemudian ditakdirkan mereka berdua mempunyai anak, maka setan tidak akan bisa membahayakannya selamanya". HR Bukhari.

  1. 5.    Bacaan meruqyah anak.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - قَالَ كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ « إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ »
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Senantiasa Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam membaca bacaan untuk perlindungan Al Hasan dan al Husain beliau bersabda: “Sesungguhnya bapak kalian berdua (nabi Ibrahim) sesantiasa membaca bacaan untuk perlindungan Ismail dan Ishaq, bacaannya adalah:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang yang beracun dan dari setiap mata yang menyakitkan)”. HR Bukhari.

  1. 6.    Membaca surat Al Baqarah.
 أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ». قَالَ مُعَاوِيَةُ بَلَغَنِى أَنَّ الْبَطَلَةَ السَّحَرَةُ.
Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah surat Al Baqarah sesungguhnya membacanya berkah dan meninggalkannya kerugian serta tukang sihir tidak bisa mengalahkannya”. HR Muslim.

  1. 7.    Membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah.
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ.
Artinya: Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah di waktu malam, maka Allah akan menjaganya". HR Bukhari dan Muslim.

  1. 8.    Membaca ayat kursi ketika hendak tidur.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه – قَالَ: لِى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ،
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bercerita: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallampernah bertanya kepadaku: “Apa yang dikerjakan oleh tawananmu tadi malam? Aku menjawab: "Wahai Rasulullah dia mengajariku beberapa bacaan, yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku dengan bacaan tersebut, lalu akupun membebaskannya”, Nabi bertanya: “Apakah itu?”, aku menjawab: “Dia berkata kepadaku: “Jika kamu hendak menuju kasurmu maka bacalah ayat kursi dari awal ayat sampai selesai:
{ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ }
Dan dia berkata kepadaku: “Selalu akan ada penjaga bagimu dari Allah dan tidakan ada setan yang mendekatimu sampai pagi”. HR Bukhari.

  1. 9.    Bangun pagi dengan mengucap nama Allah dan berwudhu lalu shalat subuh.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ » .
Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setan senantiasa mengikatkan pada tengkuk salah seorang dari kalian bila ia tidur  tiga ikatan, lalu ia memukul setiap ikatan (agar menjadi kuat) sambil berkata: "Malam masih panjang, maka tidurlah" bila ia terbangun, kemudian ia menyebut nama Allah, maka terbukalah satu ikatan, bila ia berwudhu, maka terbukalah satu ikatan, dan bila ia menunaikan shalat, maka terbukalah satu ikatan, sehingga iapun pada pagi itu dalam keadaanbersemangat dan berjiwa baik, bila tidak, maka ia akan berjiwa buruk dan malas". HR. Bukhari dan Muslim.

  1. 10.                      Menutup bejana
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « غَطُّوا الإِنَاءَ وَأَوْكُوا السِّقَاءَ وَأَغْلِقُوا الْبَابَ وَأَطْفِئُوا السِّرَاجَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَحُلُّ سِقَاءً وَلاَ يَفْتَحُ بَابًا وَلاَ يَكْشِفُ إِنَاءً فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلاَّ أَنْ يَعْرُضَ عَلَى إِنَائِهِ عُودًا وَيَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ فَلْيَفْعَلْ فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ تُضْرِمُ عَلَى أَهْلِ الْبَيْتِ بَيْتَهُمْ
Artinya: "Jabir radhiyallah 'anhu berkata: bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tutuplah bejana, ikatlah geribah (tempat menyimpan air yang terbuat dari kulit-pen), tutuplah pintu, matikanlah lentera (lampu), karenasesungguhnya setan tidaklah mampu mengurai geribah yang terikat, tidak dapat membuka pintu, dan tidak juga dapat menyingkap bejanan (yang tertutup). Bila engkau tidak mendapatkan (tutup) kecuali hanya dengan melintangkan diatas bejananya sebatang ranting, dan menyebut nama Allah, hendaknya ia lakukan". HR Muslim.
Pada riwayat lain:
(غَطُّوا الإِنَاءَ وَأَوْكُوا السِّقَاءَ فإن في السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فيها وَبَاءٌ، لاَ يَمُرُّ بِإِنَاءٍ ليس عليه غِطَاءٌ، أو سِقَاءٍ ليس عليه وِكَاءٌ، إلاَّ نَزَلَ فيه من ذلك الْوَبَاءِ). رواه مسلم
"Tutuplah bejana, dan  ikatlah geribah, karena pada setiap tahun ada satu malam (hari) yang padanya turun wabah. Tidaklah wabah itu melalui bejana yang tidak bertutup, atau geribah yang tidak bertali, melainkan wabah itu akan masuk ke dalamnya". HR Muslim.


  1. 11.                      Makan tujuh kurma
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ ».
Artinya: "Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang setiap pagi hari makan tujuh biji buah kurma ajwa, niscaya pada hari itu ia tidak akan terganggu oleh racun atau sihir". HR. Bukhari dan Muslim.

Penjagaan Ala Setan

  1. 1.    Pergi ke Kahin (orang yang mengaku mengetahui akan hal gaib yang akan datang), ‘Arraf (orang yang mengaku mengetahui akan hal gaib yang telah lalu) dan Sahir (orang yang membuat rajah, jimat, jampi-jampi untuk membahayakan orang yang disihir).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan dalam berbagai haditsnya sebagaimana riwayat berikut :
مَنْ أَتَى عَرَّافاً فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
Artinya: “Barang siapa mendatangi ‘Arraf (peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari”. HR Muslim.
عَن أَبِى هُرَيْرَةَ وَالْحَسَنِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ».
Artinya: " Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang mendatangi kahin atau 'Arraf dan membenarkan apa yang yang ia katakan maka sungguh telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam". HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami', no. 5939.

عن عمران بن الحصين رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم    : لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم 
Artinya: "Dari Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan, Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukan dari golongan kami, orang yang percaya kepada nasib sial dan yang minta diramal tentang nasib sialnya atau yang melakukan praktek dukun dan yang didukuni atau yang menyihir atau yang meminta bantuan sihir, dan barang siapa yang mendatangi  dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir pada apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam". HR Al Bazzar dengan sanad yang baik dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2195.

  1. 2.    Memakai jimat dengan segala macam bentuknya.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا قَالَ « إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً ». فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا فَبَايَعَهُ وَقَالَ « مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ ».
Artinya: "Uqbah bin Amir al Juhani radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam didatangi oleh sekitar sepuluh orang kemudian beliau membaiat sembilan dari mereka dan menahan satu orang, lalu mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, engkau telah membaiat sembilan dan engkau sisakan satu orang ini?", kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallammenjawab: "Sesungguhnya orang ini memakai jimat", kemudian orang ini memasukkan tanggannya lalu ia putuskan jimatnya kemudian nabi membaiatnya seranya bersabda: "Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka ia telah berbuat syirik". HR Ahmad dan dan dishahihkan oleh Imam Al Albani di dalam As Silsilah Ash Shahihah, no. 492.

  1. 3.    Pergi ke kuburan keramat bukan untuk ziarah tapi untuk ngalap berkah.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِى وَثَناً لَعَنَ اللَّهُ قَوْماً اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ».
Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ya Allah janganlah jadikan kuburanku berhala, Allah telah melaknat orang-orang yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid". HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Ahkamul Janaiz.

  1. 4.    Meminta berkah atau perlindungan dengan pohon yang diyakini berkeramat.

عَنْ أَبِى وَاقِدٍ اللَّيْثِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَمَّا خَرَجَ إِلَى خَيْبَرَ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى (اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ) وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Artinya: "Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu 'anhu menuturkan: “Suatu waktu kami pergi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke Hunain, dan kami dalam keadaan baru saja terlepas dari kekafiran (masuk Islam). Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon bidara yang disebut Dzat Anwath, mereka selalu mendatanginya dan meng-gantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kami pun berkata: “Ya Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka itu mempunyai Dzat Anwath.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
((اللَّـهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ لِمُوْسَى: “ اِجْعَلْ لَنَا إِلـهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ “، قَالَ: “ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ “، لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ))
“Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Dan demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, kalian benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, “Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan.” Musa menjawab: Sungguh, kalian adalah kaum yang tidak mengerti". Pasti, kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian". HR At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Tirmidzi, no. 2180.

  1. 5.    Minta tolong atau perlindungan dengan jin.
{وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا}
Artinya: "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan". QS Al Jin:6

Berkata Syeikh Al Mufassir Abdurrahman bin Nashir As Sa'diy rahimahullah(w:1376H): "Maksudnya adalah dahulu, manusia menyembah jin dan meminta perlindungan kepada mereka disaat ketakutan dan kegelisahan, maka jin bertambah sombong dan melampaui batas terhadap manusia, dikarenakan apa yang mereka lihat, yaitu ketika manusia menyembah dan meminta perlindungan kepada mereka. Dan mungkin yang dimaksudkan adalah bahwa pelaku dari kata kerja "mereka bertambah" adalah jin, maksudnya, jin menambah kepada manusia rasa takut dikarenakan apa yang mereka (jin) lihat dari manusia yang meminta perlindungan kepada mereka, agar manusia kembali meminta perlindungan dengan mereka (jin), dahulu jika seorang manusia jika singgah di sebuah danau yang ditakuti, dia berkata: "Aku berlindung kepada penguasa danau ini dari kaumnya yang jahat". Lihat Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Manan, hal: 890. Wallahu a'lam   

Ditulis oleh Abu Abdillah Ahmad Zainuddin
Rabu, 29 Shafar 1432H.)

-Perkataan "AKU TIDAK TAHU" adalah Separuh Ilmu-

-Perkataan "AKU TIDAK TAHU" adalah Separuh Ilmu-


Ibnu Mas'ud mengatakan :

"Wahai manusia! Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu yang diketahuinya maka terangkanlah ilmu itu dan barangsiapa yang tidak memiliki ilmu tentang hal itu maka katakanlah "ALLAHU 'ALAM" (Allah-lah yang lebih tahu), karena termasuk ilmu adalah kau mengatakan Allahu a'lam tentang apa yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya ALLAH Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah (wahai Muhammad), 'Aku tidak meminta imbalan sedikitpun kepadamu atasnya (dakwahku); dan bukanlah aku termasuk orang yang mengada-ada." (QS.Shaad : 86)"


[Atsar Shahih : al-Bukhari No.4809, Fat-hul Baari VII/547 dan Ibnu 'Abdil Barr (II/831-832, No.1557 1556). Lihat kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shalihiin (III/163)]



Ibnu Mas'ud juga mengatakan, "Barangsiapa berfatwa kepada manusia pada setiap permasalahan yang ditanyakan kepadanya, maka ia adalah orang gila."
[Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi (II/1123, No.2208)]



Imam asy-Sya'bi berkata, "(Perkataan) 'AKU TIDAK TAU' adalah setengah dari ilmu."

[Atsar Shahih, ad-Darimi (I/63) dan al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (II/368, No.1119)]


Seseorang sudah seharusnya menjawab pertanyaan yang tidak diketahuinya dengan mengucapkan "aku tidak tahu" atau "Allahu a'lam" atau dengan perkataan yang semakna dengannya. 

Bahkan Malaikat tidak malu mengucapkan, 

"....Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS.Al-Baqarah: 32)


Demikian pula Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditanya oleh Malaikat Jibril, Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari pada yang bertanya."

[Hadist Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (No.8,9,10), Ahmad (I/27), Abu Dawud (No.4695), At-Tirmidzi (No.2610), dan Ibnu Majah (No.63), dari Sahabat 'Umar bin al-Khaththab]


Ibnu Umar pernah ditanya tentang sesuatu, kemudian beliau menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu beliau terus ditanya sehingga beliau berkata, "Apakah kalian hendak menjadikan kami sebagai jembatan diatas Neraka Jahanam? Karena kalian mengatakan, 'Ibnu Umarlah yang berfatwa kepada kami dalam hal ini!'"

[Atsar Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd No.44 dan Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi (II/841, No.1585)]


Umar bin Al-Khaththab mengatakan: 
"Kami dilarang untuk memberatkan diri sendiri (takalluf)." 
[HR.Bukhari No.7293]

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang...”



“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang...” (QS. Al-‘Ankabuut: 5)

Tatkala Allah mengetahui besarnya kerinduan para wali-Nya untuk bertemu dengan-Nya, bahwasanya hati-hati mereka tidak mendapatkan petunjuk tanpa pertemuan dengan-Nya, maka Allah menetapkan janji dan waktu agar mereka dapat bertemu dengan-Nya, tidak lain supaya jiwa-jiwa mereka tenteram dengan perjumpaan itu.

Kehidupan yang paling baik dan bahagia secara mutlak adalah kehidupan orang-orang yang mencinta dan memendam rindu. Kehidupan mereka adalah sebenar-benar kehidupan yang damai. Tidak ada kehidupan hati yang lebih baik, lebih nikmat, dan lebih tenang daripadanya. Inilah kehidupan baik yang sesungguhnya, sebagaimana firman Allah:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik...” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat di atas tidak mengisyaratkan bahwa kehidupan orang kafir, durhaka, orang Mukmin, dan orang yang baik itu bersatu di dalamnya; berupa bagusnya makanan, pakaian, minuman, dan pernikahan. Sebab, bisa jadi musuh-musuh Allah berkali-kali lipat melebihi para wali-Nya dalam perkara-perkara duniawi tersebut.

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan jaminan kepada setiap orang yang beramal shalih dengan menganugerahkan kehidupan yang baik. Sesungguhnya Allah senantiasa menepati dan tidak pernah mengingkari janji-Nya. Maka, adakah kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan seeorang yang seluruh hasratnya terkumpul menjadi satu dalam naungan keridhaan Allah? Hatinya tidak bercabang, hanya dihadapkan kepada Allah. Keinginan dan pikirannya yang sebelumnya terbagi-bagi, yang pada setiap lembah terdapat cabangnya, kini bergabung kembali, yaitu dzikir kepada Dzat yang paling dicintai lagi Mahatinggi, mencintai-Nya, merindukan perjumpaan dengan-Nya, dan merasa tenteram dengan kedekatan-Nya, sebab Dia-lah yang berkuasa atasnya. Itulah yang menjadi poros hasratnya, kinginannya, tujuannya, bahkan lintasan hatinya. Jika ia diam, maka diamnya sejalan dengan perintah Allah. Jika dia bicara, maka bicaranya sejalan dengan perintah Allah. Jika dia mendengar, maka dia mendengar dengan kebersamaan Allah. Begitu juga ketika dia melihat, mengambil, berjalan, bergerak, diam, hidup, mati dan dibangkitkan; semua itu dilakukan karena Allah.

(Ibnul Qayyim Al Jauziyyah, Ad-Daa' wa Ad-Dawaa', hlm. 426-427)


Baginya cerita tentang kamu yang selalu ia kenang
menyibukkannya untuk minum dan melalaikannya untuk makan

Baginya cahaya wajahmu meneranginya
yang dengan ucapanmu ia berjalan di belakangnya

Jika ia mengeluhkan letihnya perjalanan, sungguh janji
pertemuan menghidupkannya kembali...

Nasihati Aku Sahabat

TEGUR AKU JIKA AKU MULAI SOMBONG..
TEGUR AKU JIKA AKU MULAI ANGKUH..
TEGUR AKU JIKA KU MULAI SALAH..

JANGAN HUJANI AKU DENGAN PUJIAN
YANG AKAN MEMBUAT JIWA INI
BANGGA DALAM KEHINAAN DISISI ALLAH.

KARNA SERINGKALI PUJIAN MENGHANYUTKAN KEIKHLASAN
SUNGGUH TIPU DAYA SYAITHAN SANGAAT HALUS.

KUBANYAK MEMBERI BUKAN BERARTI KU KAYA,
SERING BERBAGI BUKAN BERARTI KU TAHU BANYAK.

KUHANYA INGIN MENJARING PAHALA
YANG DISEDIAKAN RAABKU
DENGAN MEMBUKA PINTU-PINTU KEBAIKAN.

KARNA AKU TAK TAHU
KAPAN PINTU-PINTU ITU DIUTUP TANPA JEJAK

WAHAI SAUDARIKU SEMUA..
TERUS PAPAH AKU DALAM TITIAN SUNNAH.

TUNDUKKAN KEPALAKU...
JIKA AKU TERLALU SERING MENANTANG LANGIT
JIKA AKU TERLAMPAU MEMBANGGAKAN DIRI
JIKA AKU TERLALU SERING MENDONGGAKKAN KEPALA.

INGATKAN AKU AKAN PEDIHNYA NERAKA
SAAT KUTERLENA DENGAN KENIKMATAN DUNIAWI
SAAT KU ACUHKAN BACAAN AL-QUR'ANKU
SAAT KU BANYAK MENYAKITI MANUSIA
SAAT KU TAK PENUHI HAK-HAK RABBKU..

INGATKAN AKU AKAN NIKMATNYA SYURGA ..
SAAT PATAH SAYAPKU DALAM BERIBADAH
SAAT PUTUS ASA DATANG MENGHAMPIRI
SAAT BELAJAR TENTANG IKHLAS DAN SABAR.

AJARI AKU MENANGIS...
SAAT KU BANYAK TAWA
SAAT KU TERLENA KEMEWAHAN DAN KENIKMATAN DUNIAWI.

SUNGGUH AKU SANGAAT MEMERLUKANMU
SEBAGAI BAGIAN DARI PERJALANAN DIRI
MENJADI MUSLIMAH SALAFI SEJATI..

Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak...

Kiky Umaymah FarrasKepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak...

Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak..Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih.. Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah..

Kepadamu yang akan memilihku kelak..

Aku tak sebijak bunda khadijah, karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan. Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu..

Duhai kau yang telah memilihku kelak..

 Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek. Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan malaikat-malaikat kita nanti –insya’Allah-. Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap. Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat. Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja.. Ataukah kau akan menemukanku terkantuk kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu.. Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku..

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkontrol, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya pelukan dan belaianmu.. Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku..

Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambh rengekannya yang tak habis-habisnya. Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya. Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada malaikat kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi..

Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak secerdas aisyah.. Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku.. Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih.. Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah.. Bimbing tanganku ke JannahNya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya.

Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..

Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih. Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar.. Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu.. 

Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu..

Maka jangan pernah berpaling dariku.. 

Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah, yaitu rasa cintaku padamu..
Ketahuilah.. Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu..Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku.. Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna.. Maafkan aku karena aku bukan putri.. Aku hanya wanita biasa..

Ditulis oleh author oaseimani.com, dan dipublish di ;http://www.oaseimani.com/

SEUNTAI KATA TENTANG CINTA

Cinta bagaikan gema, engkau kirimkan kepada orang-orang disekelilingmu, lalu ia kembali kepadamu.
Engkau tebarkan dilingkunganmu, ia kembali kepangkuanmu.
Apa yang engkau lihat pada orang lain engkau dapatkan pada dirimu. Mereka pun memberikan kepadamu cinta dan kasih sayang.
Engkau yang melukis jalan yang akan dilalui  mereka dalam  bersikap kepadamu. Jika engkau bersikap baik kepada mereka dan mencintai mereka, niscaya mereka mencintaimu.
Kalau engkau memberikan faedah untuk mereka, mereka akan memberimu faedah.
Pasti! Saling mencintai dan mengasihi itu karena dan dijalan Allah.
Dan orang yang paling pertama mendapatkan cinta dan kelembutan perasaanmu adalah orangtua, istri atau suami dan anak-anakmu.
Rasul shollalllahu ‘alaihi wa sallama bersabda,
خيركم خيركم لأهله و أنا خيركم لأهلي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik bagi keluarganya dan aku adalah yang paling baik bagi keluargaku”.[1]
Tidaklah tersesat banyak manusia dari jalan Robb mereka melainkan karena mereka lebih mengedepankan cinta kepada segala sesuatu melebihi cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian juga sebagian orang yang tenggelam dalam lembah permusuhan, dengki dan dendam kesumat adalah karena hilangnya cinta dari hati mereka.
Cobalah rasakan hidup – walau sebentar – dengan merasakan cinta manusia kepadamu, sedikit atau pun banyak. Bukankah hari-hari itu akan menjadi hari-hari terindah dalam kehidupanmu?.[2]
Dengarkan firman Allah Ta’ala,
إن الذين أمنوا وعملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh Allah yang Maha pengasih akan menjadikan untuk mereka kasih-sayang”.[3]
Maksudnya cinta di hati manusia untuk mereka!
Pernahkah engkau bertanya pada dirimu sendiri, “Bagaimana diriku dengan cinta dilangit ini?”. Bukankah engkau pernah mendengar firman Allah Ta’ala dalam hadits Qudsi, “Sesungguhnya aku mencintai fulan, maka cintailah ia”. Lalu malaikat menyambutnya dengan penuh cinta dan rindu, kemudian diletakkan untuk penerimaan di muka bumi yaitu dengan cinta manusia kepadanya?!
Subhanallah!!
Seseorang dicintai Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dicintai Jibril dan para malaikat yang menghuni langit. Kemudian Allah jadikan manusia mencintainya … alangkah indahnya hidup orang tersebut.
Salah seorang di antara kita selalu mencari dan mengharapkan cinta makhluk kepadanya. Dadanya akan serasa sesak dan lidahnya bagai kelu jika mereka membencinya. Dan ia akan terbang karena gembira jika mereka mencintainya.
Orang ini mencari cinta manusia kepadanya disetiap tempat dan pada setiap insane. Akan tetapi ia lupa – kadang-kadang atau bahkan sering – cinta Robb-nya insan. Ia lupa apakah ia termasuk orang-orang yang dicintai Allah atau sebaliknya?
Demi Allah, saudaraku!! Apa guna cinta seluruh makhluk kepada kita jika Robb pencinta seluruh makhluk membenci kita?!
Renungkan bagaimana Asiyah mendahulukan tetangga sebelum tempat tinggal dalam do’anya, “Robbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga”.[4]
Bagaimana menurutmu, kalau dikatakan kepada orang-orang mukminin : pilihlah antara surga tidak ada padanya Robb kalian dan padang tandus kalian bersama Robb kalian. Menurutmu apa yang akan mereka pilih?
Oohh .. alangkah meruginya orang yang tidak pernah merasakan yang paling indah dan manis dalam kehidupan ini!
Tahukah engkau apa itu? Dicintai Allah dan mencintai-Nya.
Cinta Allah kepada hamba adalah puncak cita-cita orang-orang yang sholeh. Karena apabila Allah cinta kepada hamba-Nya, Dia ridho kepadanya, meridhoi amalan, perkataan dan hatinya. Kebahagiaan apalagi yang melebihi itu?
Katakana kepadaku sejujurnya: apakah ada seseorang yang tulus dan benar dalam mencintai kekasihnya lalu ia menyiksa kekasihnya? neraka apalagi yang ditakuti seorang hamba apabila ia dicintai Allah? (dan bagi Allah adalah perumpamaan yang lebih tinggi – walillahil Matsalil A’laa).

[1] Shohih Al Jami’ (3314).
[2] Kholid Al Ahmady, Al Hubb dengan beberapa penyesuaian.
[3] Maryam : 96.
[4] At-Tahrim : 11.

thank you