Wanita terlahir sebagai anugerah terindah dari Rabb Sang Pencipta untuk seluruh semesta. Betapa kelamnya dunia ini tanpa kehadiran seorang wanita sebagai perhiasan di tengah hiruk pikuknya kaum Adam. Pun, dia adalah sosok hamba yang penuh dengan keindahan dan menyejukkan mata yang melihatnya. Tiada tergantikan perannya, hingga tak jarang para bidadari surga iri padanya. Ketulusan dan pengorbannannya begitu dahsyat, hingga mereka pun dikabarkan memiliki 3 tingkat derajat lebih baik dibanding para panglima keluarga.
Sebaik-baik Perhiasan
Ternyata, dunia yang penuh dengan gemerlap ini hanyalah perhiasan semu yang melalaikan. Keindahannya masih belum bisa menggantikan perhiasan terbaik yang telah diciptakan Allah a dengan rasa cinta. Ya, seindah dan semewah apa pun dunia ternyata tak mampu mengalahkan kemulian seorang wanita. Tapi, bukan semabarang wanita tentunya. Hanyalah wanita salihah yang mendapat predikat kebaikan lebih baik dari dunia dan seisinya. Rasulullah n, bersabda
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dan wanita shalihah adalah sumber kebahagian para penduduk bumi. Keberadaannya begitu mempesona hingga para wanita buruk (tidak shalihah) tak akan pernah mampu mengalahkannya walau dengan emas setinggi gunung dan kemewahan seluas laut. Dan itulah yang ditekankan oleh Rasulullah n dalam sebuah hadist,
“Di antara kebahagian anak adam itu ada tiga, demikian juga dengan kesengsaraannya, juga ada tiga. Di antara kebahagian anak Adam itu adalah: wanita shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik. Sedangkan ketiga kesengsaraannya adalah wanita yang buruk (tidak shalihah), tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang buruk.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Kini, Kemulian Itu Ternoda
Begitu agung dan mulianya seorang wanita di sisi Rabb Sang Pencipta, membuat para musuh Allah menjadi resah. Karenanya, mereka tiupakan aroma-aroma kebinasaan atas nama kebebasan dan kesetaraan. Mereka jadikan larangan Allah a dan rasul-Nya sebagai racun beraroma cokelat yang tampak begitu lezat. Dan aturan Ilahi yang begitu mulia, tampak seperti barang lusuh yang tiada arti. Lihat saja racun itu kini telah menghinggapi banyak wanita muslim di sekitar kita. Banyak wanita muslim yang terjebak untuk berpenampilan seronok dan berlenggak-lenggok di jalanan atas nama mode dan kecantikan. Padahal, Allah telah memberikan ancaman yang begitu dahsyat berkaitan dengan hal ini melalui lisan rasul-Nya yang mulia
“Dua golongan dari penghuni neraka yang tidak pernah kulihat yang seperti mereka berdua, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor-ekor sapi, yang dengan cemeti itu mereka memukuli manusia, dan wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok dan bergoyang-goyang, kepala mereka seperti punuh onta yang bergoyang-goyang. Mereka tidak masuk surgadan tidak mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak perjalanan sekian lama dan sekian lama.” (Diriwayatkan Muslim dan lain-lain)
Yang lebih mengerikan, banyak wanita yang tergiur dan terjerembab oleh gemerlapnya dunia. Mereka tinggalkan singgasana kemulian dan berlari menuju kursi panas kehancuran. Atas nama uang dan popularitas, merelakan keindahan tubuh dan kehormatan diri sebagai wanita terjaga. Mereka lupa bahwa harta dan dunia adalah perhiasan dunia yang melalaikan saja. Inilah musibah yang sebenarnya sudah diperingatkan oleh Rasulullah n,
“Celakalah hamba dinar dan dirham, hamba sutera dan beludru. Apabila diberi dia akan merasa senang dan apabila tidak diberi maka di akan marah.”
Kembali Kepada Kemulian
Tidak ada cara lain untuk mengembalikan dunia pada tatanan yang lebih baik kecuali mengembalikan para wanita pada kedudukan awalnya, kemulian. Dan untuk memuliakan wanita, Islam telah menjadi satu-satunya solusi terbaik dengan syariatnya. Satu diantaranya dengan syariat hijab. Allah a berfirman yang artinya,
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Surat An Nuurr : 31)
Sudah saatnya para muslimah meraih kemulian sebagai hamba yang dikarunia banyak keindahan. Tentu caranya bukan dengan menjadikan mereka sebagai barang dagangan pemuas syahwat. Tapi, mereka harusnya menjadi perhiasan terbaik yang akan menggetarkan dunia dengan kelembutan dan ketulusan. Dan jika itu benar terwujud, sungguh mereka lebih mulia daripada para bidadri karena sholat, ibadah, dan ketakwaan mereka. (Adin)
0 komentar:
Posting Komentar