- Judul : How To Rectify the Heart
- Penulis: Syaikh Abu Islam bin Thaha Abdul Wahid
- Sumber: Salafi Manhaj
- Artikel oleh: A Learning Page
Saudara saudariku, dapatkah kita melihat betapa pentingnya hati kita? Seseorang harus menempatkan hatinya tepat di depan matanya, dan memperbaikinya siang dan malam. Wahai Muslim, bagaimana memperbaiki hati? Bagaimana masing-masing kita memperbaiki hati? Memperbaiki hati dapat dilakukan degan beberapa cara.
Pertama kembali kepada Allah memohon bantuan dan pertolongan.
Hanya dari Allah saja semua pertolongan dan bantuan berasal. Kita harus memohon kepada-Nya melalui doa, yang sayangnya, banyak diantara kita yang mengabaikannya.
Allah berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS Al-Mu’min [40] : 60)
Allah juga berfirman:
وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.” (QS An-Nisa [4] : 32)
Saya jamin jika anda menemui teman anda dan dia berkata kepadamu, mintalah apa saja kepadaku dan akan kuberikan. Dia akan terus menawarkan seperti itu hingga engkau menerimanya.
Hingga suatu waktu hal ini mulai menjadi beban sampai akhirnya dia berhenti mengabulkan permintaanmu.
Dengan Allah, Pemilik semua yang berada di langit dan di bumi, keadaannya tidaklah demikian. Dia berkata ‘berdoalah kepada-Ku’, mintalah dari apa-apa dari karunia-Ku’ Aku akan mengabulkannya bagimu, dan ini tidak terbatas.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda mengenai doa:
الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ
“Do’a bermanfaat apa yang diturunkan dan apa yang tidak diturunkan.”[1]
Orang-orang yang tidak berbicara dengan nafsunya, tidakkah mereka mengakui bahwa doa memberikan pertolongan?
Karena alasan ini kita harus banyak berdoa. Jika anda menginginkan seorang isteri maka mintalah kepada Allah. Jika engkau miskin mintalah kekayaan. Jika engkau sakit, mohonlah kepada Allah agar menyembukannmu. Terdapat banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang para Nabi Allah berdoa kepada-Nya dan Dia mengabulkannya. Sebagai contoh Nabi Ayub yang menderita penyakit berdoa kepada Allah, lalu Dia mengabulkannya.
Zakaria tidak mampu memiliki anak, (beliau) berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Yunus , yang berada di dalam perut ikan Paus berdoa kepada Allah dan Dia mengabulkannya.
Setiap Muslim harus berdoa secara teratur dan lebih khusus lagi dari hatinya. Orang-orang beriman berdoa kepada Allah, sebagaimana yang Dia ajarkan di dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS Al-Imran [3] : 8)
Kita harus terus menerus meminta kepada Allah agar Dia melindungi hati kita dari kesesatan. Berapa banyak kaum Muslimin hari ini yang menghafal ayat ini? Kita harus menyadari kenyataan bahwa hati Bani Adam berada diantara jari jemari Allah dan Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang diinginkan-Nya.
Karena alasan inilah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seringkali berdoa:
يَامُصَرِّفَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى طَاعَتِكَ
“Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu”[2]
Dalam riwayat lain:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”[3]
Sekarang ini kaum Muslimin sangat membutuhkan doa karena banyaknya fitnah disekitar kita. Dalam doa yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengucapkan:
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
“Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penentram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap lara dan penghilang kedukaanku.”[4]
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengucapkan:
اللَّهُمَّ اغْسِلْ عَنِّي خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّ قَلْبِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ
“Ya Allah, bersihkanlah hatiku dengan air salju dan es, dan bersihkanlah hatiku dari kesalahan-kesalahan, sebagaimana baju dibersihkan dari kotoran”[5]
Wahai Muslim, kapan kita akan mulai menghafal doa-doa itu? Kapan kita beralih dan kapan hati kita akan mendapatkan pengaruhnya? Tidakkah aneh menyaksikan betapa banyak orang dianugerahi dengan ilmu namun mereka (menjadi) sombong? Ini karena hati mereka telah sakit. Siapa yang benar-benar mendapatkan manfaat dari ilmunya? Ilmu, jika tidak diamalkan akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat.
Kedua, kita dapat memperbaiki hati dengan memohon pertolongan Allah dalam setiap perkara. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memohon kepada Allah untuk berlindung dari terlibat dalam keburukan, mendengarkan keburukan, mengucapkan kata-kata yang buruk, dan menyimpan sesuatu yang buruk di dalam hati. Adapun arti dari mendengarkan keburukan adalah jika dia tidak menggunakan pendengarannya untuk keridhaan Allah seperti mendengarkan Al-Qur’an, namun dipergunakan untuk mendengarkan musik dan ghibah. Adapun pada penglihatan, maka itu berarti jika seseorang tidak digunakan untuk mengamati ciptaan Allah, dan untuk membaca Al-Qur’an, namun digunakan untuk menatap pria dan wanita di jalan-jalan.
Keburukan lisan adalah jika seseorang tidak menggunakan lisannya untuk membaca Al-Qur’anul Karim, namun menggunakannya untuk menyanyi dan mengghibah, dan lain-lain.
Adapun keburukan hati, maksudnya adalah hati tidak takut kepada Allah, tidak memenuhinya dengan tauhid dan aqidah yang benar, dan hati ini hanya dipenuhi setiap bentuk maksiat.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memohon pertolongan Allah dengan berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak takut kepada-Mu, dari jiwa yang tidak tenang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”[6]
Ketiga mengetahui kategori-kategori hati yang berbeda akan membantu dalam memperbaikinya. Hal ini juga akan membantu seseorang untuk mengetahui keadaan hatinya. Kategori ini ada tiga:
- Hati yang sehat
- Hati yang sakit
- hati yang mati
Secara ringkas hati yang sehat adalah hati yang bebas dari nafsu, syubhat, dan tidak menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dia beribadah dan berserah diri kepada Allah dan perhatiannya hanya untuk meraih keridhaan-Nya.
Wahai pemilik hati yang demikian, engkaukah yang mencintai, membenci, memberi dan menahan hanya karena Allah. Jika orang ini hendak mendekatkan diri kepada Allah, maka dia menanyakan dua pertanyaan kepada dirinya sebelum melakukan suatu perbuatan.
Yang pertama, mengapa saya melakukan perbuatan ini, dan yang kedua bagaimana saya melakukannya? Adapun pertanyaan pertama, jawabannya terletak pada melakukan perbuatan untuk meraih keridhaan Allah, tidak menginginkan sesuatu kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah dengannya. Yang kedua adalah mengikuti contoh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam melakukan perbuatan tersebut.
Singkatnya, jawaban pertama adalah berdasarkan ikhlas, dan yang kedua adalah kesungguhan dalam mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dari sini dipahami bahwa tidak ada perbuatan yang akan diterima pada Hari Kiamat kecuali memenuhi kedua syarat tersebut. Seseorang yang melakukannya pasti akan diselamatkan pada hari yang agung ini.
Allah telah menyebutkan mengenai hal tersebut:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَإِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS Asy-Syuara [26] : 88-89)
Hati yang diberi kabar gembira pada hari kiamat adalah hati yang selamat. Hati yang demikian adalah hati yang sehat. Mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an akan menjaga hati tetap dalam kondisi demikian.
Allah berfirman mengenai hal ini:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),”
(QS Al-Anfal [8] : 2)
Keadaan kita di zaman sekarang ini sungguh bertentangan, engkau mendapati ayat-ayat Al-Qur’an diperdengarkan di taksi, sang sopir dengan segera menggantinya dengan musik.
Di sisi lain, anda juga mendapati seseorang yang mendengarkan Al-Qur’an sebagai pengantar tidur. Orang yang seperti ini tidak mendapatkan manfaat dari Al-Qur’an.
Allah berfirman:
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـذِهِ إِيمَاناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَزَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.”
(QS At-Taubah [9] : 124)
Maka siapa diantara kita yang menarik manfaat dari Al-Qur’an? Seseorang yang memiliki hati yang sehat. Allah berfirman:
مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَن بِالْغَيْبِ وَجَاء بِقَلْبٍ مُّنِيبٍ
“(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,”
(QS Qaaf [50] : 33)
Apa tanda-tanda dari hati yang sehat? Itu adalah hati yang ketika bermaksiat dia bertaubat dan tidak bertahan dengan perbuatan dosa. Orang yang mati dengan membawa hati sehat akan masuk surga. Saudara saudaraku, bagaimana hati kita menjadi sehat ketika segala hal yang kita lakukan adalah maksiat? Kita suka mengikuti hawa nafsu kita, sehingga ketika memberi, kita memberi karena hawa nafsu. Ketika kita menahan diri, kita menahan diri karena hawa nafsu. Ketika mencintai, kita mencintai karena hawa nafsu, dan ketika membenci, kita membenci karena nafsu.
Allah mencela seseorang yang seperti itu sebagaimana firman-Nya:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.” (Al-Furqan [25] : 43)
Maka hati yang bermaksiat siang dan malam akan menjadi keras, tidak memiliki kehidupan dan mati.
Allah berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.” (QS Az-Zumar [39] : 22)
Maka hati yang mati hanya menuju kepada neraka, dan hati yang sehat menuju kepada surga.
Kategori yang kedua adalah hati yang sakit. Hati yang demikian juga hidup, maksudnya ada harapan untuk pulih dan menjadi sehat. Ini akan tercapai bila seseorang mengisi hatinya dengan taubat dan ketaatan. Dalam keadaan ini hati yang sehat memperoleh kemenangan sebagaimana sembuhnya dari sakit.
Namun demikian, jika penyakit hati bertambah maka pada akhirnya akan mati. Hal ini serupa dengan seorang pasien diberi pengobatan yang jika dilakukan dengan baik dia akan kembali sehat, insya Allah. Namun jika dia tidak melakukannya, maka penyakitnya akan semakin parah.
[1] Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Albani, Shahih al-Jami’ 3409.
[2] Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Dzilalul Jannah.
[3] Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7988.
[4] Ini merupakan potongan dari doa panjang yang diajarkan Rasulullah e apabila seseorang ditimpa kesusahan dan kesedihan. (HR. Ahmad dalam musnad-nya dan dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Silahkan lihat Al-Kalaam ut-Tayyib hal. 73 oleh Syaikh Albani.; atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia hal.128)
[5] HR Bukhari Muslim
[6] HR Muslim
Maktabah Raudhatulmuhibbin
0 komentar:
Posting Komentar