oleh: Al Fawaid
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang) kepada para hamba-Nya. Di antara bentuk kasih sayang-Nya adalah turunnya hujan sehingga bumi yang mati menjadi hidup dan semua makhluk-Nya dapat minum dan memanfaatkannya.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila menyaksikan hujan, beliau selalu berkata, "Rahmat." [HR. Muslim (III/62)].
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Maksud ucapan beliau, ini (hujan) adalah rahmat." [Syarah An-Nawawi 'Ala Muslim (VI/196)].
Maka barangsiapa yang tidak senang dengan turunnya hujan, tidak ridha, atau menganggap hujan hanya mengganggu kenyamanan aktifitasnya, maka dia sesungguhnya belum mengenal di antara rahmat-rahmat Allah.
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu 'anhu, dia berkata, suatu ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyyah di atas bekas langit (hujan) yg terjadi sejak malam, begitu selesai, orang-orang pun menyongsongnya, lalu beliau bersabda:
(هل تدرون ماذا قال ربكم). قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: (أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر، فأما من قال: مطرنا بفضل الله ورحمته، فذلك مؤمن بي كافر بالكواكب، وأما من قال: بنوء كذا وكذا، فذلك كافر بي مؤمن بالكواكب).
“Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian ?”. Para shahabat menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah telah berfirman : ‘Pagi hari ini ada di antara hambaku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah’ ; maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena bintang ini dan itu’ ; maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang”. [HR. Bukhari (2/23), Muslim (1/83)]
Allah Ta’ala berfirman :
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا
“Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (mubaarak)…” (Qaaf : 9).
Yaitu : Banyaknya kebaikan dan barakah [Tafsir Al-Baghawiy (4/221) dan Tafsir Al-Qurthubiy (17/6)]
Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah :
أي قطر السماء ونبات الأرض
“Yaitu hujan dari langit dan tumbuh-tumbuhan di bumi.” [Tafsir Ibnu Katsiir (2/234)].
Keberkahan Hujan dan Manfaatnya
Di antara keberkahan hujan adalah manusia dapat minum darinya, serta hewan-hewan ternak dan melata. Ia juga dapat menumbuhkan buah-buahan, pepohonan, dan rerumputan.
Oleh karena itu, air dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al-Anbiyaa’ : 30).
Al-Imam Ibnu Jariir rahimahullah berkata dalam Tafsir-nya mengenai ayat ini :
وأحيينا بالماء الذي ننزله من السماء كل شيء
“Dan Kami (Allah) menghidupkan segala sesuatu dengan air yang Kami turunkan dari langit”. [Tafsir Ath-Thabariy (17/20)]
Maka, hujan bermanfaat bagi manusia dalam banyak kebutuhan hidup mereka.
Allah Ta’ala telah mensifatkan manfaat dan keberkahan turunnya hujan kepada makhluk-Nya sebagai satu nikmat pada banyak ayat dalam Al-Qur’an Al-Kariim. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala :
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ * يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (An-Nahl : 10-11).
Juga firman-Nya :
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا * لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا * وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (Al-Furqaan : 48-50).
Juga firman Allah Ta’ala :
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ * وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ * رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (Qaaf : 9-11).
Allah Ta’ala menyebutkan hujan sebagai kebersihan dan rahmat, sebagaimana telah lalu penjelasannya. Allah Ta'ala juga menamainya dengan rizki, berdasarkan firman-Nya :
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
“Dan rizki yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya” (Al-Jaatsiyyah : 5).
Al-Imam Al-Baghawi rahimahullah berkata :
يعني الغيث الذي هو سبب أرزاق العباد.
“Yaitu hujan yang merupakan sebab diberikannya rizki seorang hamba”. [Tafsir Al-Baghawiy (4/157)].
Berdasarkan penjelasan mengenai manfaat hujan dan kebaikan yang banyak darinya, maka hujan adalah sesuatu yang diberkahi (mubarak).
Disyari’atkan ketika hujan turun untuk mengucapkan:
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”
Itulah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat hujan turun. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala melihat hujan turun, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan ‘Allahumma shoyyiban nafi’an’. [HR. Bukhari dalam Fathul Bari (2/518), Ahmad, dan An Nasai. Yang dimaksud shoyyiban adalah hujan. (Lihat Al Jami’ Liahkamish Sholah, 3/113, Maktabah Syamilah dan Zaadul Ma’ad, I/439, Maktabah Syamilah)]
Atau:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَيِّباً نَافِعاً.
“Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat.” [HR. Bukhari (2/21), Kitaabul-Istisqaa’, Baab Maa Yuqaalu Idzaa Matharat].
Kadar Hujan yang Turun Setiap Tahunnya Adalah Sama
Sesungguhnya segala sesuatu sudah dihitung di sisi Allah, termasuk hujan yang turun dari langit ke bumi sudah ditetapkan kadarnya.
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." (Al-Hijr: 21)
Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya dan tidak membutuhkan para hamba-Nya. Perbendaharaan-perbendaharaannya penuh, tidak pernah berkurang. Termasuk hujan yang turun ke bumi pada setiap tahunnya adalah seperti itu juga dalam kadarnya, setiap tahun, akan tetapi bisa turun ke satu bagian bumi dan tidak turun ke bagian bumi yang lain. Allah menurunkan dengan lebat pada suatu tempat hingga membahayakan penghuni di tempat tersebut, dan menjadikan kering kerontang di bagian bumi yang lain.
Hal itu semua tidak lain karena hikmah Allah yang SEMPURNA agar semua manusia sadar dari kemaksiatan yang dilakukannya dan kembali kepada-Nya dengan melakukan ibadah hanya kepada-Nya semata. Demikian pula hujan itu turun pada kelompok manusia yang lain agar mereka itu bisa mendapatkan manfaat yang besar (seperti penjual payung, jas hujan, dll).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Tidaklah tahun yang satu lebih banyak curah hujannya daripada tahun yang lain, akan tetapi Allah memindahkannya pada banyak (lain tempat) bumi." Kemudian dia membaca firman Allah Subhanau wa Ta'ala:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
"Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mendapat peringatan, maka kebanyakan manusia enggan bahkan ingkar." (Al-Furqaan: 50)
Do'a Saat Mendengar Petir
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
"Maha suci Allah yang petir bertasbih dengan memuji-Nya dan begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya." [Al Muwattha’ (2/992), Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: sanadnya shahih secara mauquf]
Do'a Ketika Ada Angin Ribut
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya." [HR. Abu Dawud (4/326), Ibnu Majah (2/1228). Lihat Shahih Ibnu Majah (2/305).
Do'a Agar Hujan Berhenti
اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
"Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit dasar lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan." [HR. Bukhari (1/224) dan Muslim (2/614)]
Demikian yang dapat saya sampaikan untuk para sahabatku sekalian. Semoga Allah Ta'ala menjadikan hati kita senantiasa senang dan ridho dengan datangya hujan. Tidak lagi menganggap hujan sebagai pengganggu kenyamanan beraktifitas. Kita jalani kehidupan di muka bumi yang hanya sesaat ini dengan selalu ridha dan ikhlas atas semua yang telah Allah tetapkan 50 ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, Allahumma amin.
Semoga bermanfaat....
-Sahabatmu-
Al Fawaid
0 komentar:
Posting Komentar