Kamis, 16 Desember 2010

Seuntai Kata, Seribu Makna


Bismillahirrahmanirrahim…
Ummu Misyma WardhaniInnal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu wa na’udzubillahi min syuruuri anfusina wa min sayyiaati a’malina, man yahdihillahu fa laa mudhilla lahu, wa man yudhlil fa laa haadiya lahu.
Wash-shalatu was salam ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala Alihi wa ash-habi wa man tabi’ahum bi ihsani ila yaumid-Diin. Amma ba’du :

Telah termaktub dalam Kalam-Nya yang Mulia,

Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-baner dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr : 1-3)

Wahai jiwa yang hanif…hisablah dirimu sebelum dirimu dihisab…

Berkata Maimun bin Mihran berkata, “sesungguhnya orang yang bertaqwa dia lebih keras menghisab dirinya dibandingkan penguasa yang jahat dan daripada sekutu syarikah yang benar-benar bakhil”.
Bahwasanya penguasa yang jahat itu meneliti setiap pembesarnya, penggawanya dan juga rakyat-rakyatnya, dan dua orang yang bersekutu itusangat ketat dalam memeriksa semua pengeluaran dll. Sehingga seorang yg bertaqwa hendaknya khawatir nafsu ini akan melarikan modal dan harta yang paling berharga dari dirinya.

Disebutkan oleh Imam Ahmad, Wahab bin Munabbih dia berkata tertulis di dalam hikmah keluarga nabi daud, merpakan perkara yang mesti dan wajib, tidak boleh ia lalai dari 4 waktu :
    • Suatu saat di mana dia bermunajat/berbisik/berbincang dengan Raabnya
    • Suatu saat di mana dia menghisab dari dirinya.
    • Suatu saat yang dia dan saudara-saudaranya di dalamnya, yang mereka  mengabarkan aib-aibnya dan mereka itu jujur terhadap dirinya.
    • Suatu saat yang di mana dia sendirian, pada waktu itu ada antara dia dengan kelezatan nafsunya, dalam perkara-perkara yang halal dan membuatnya menjadi bagus Dan di dlm waktu ini ada pendukung untuk memperoleh waktu-waktu yang tiga tadi, itu membuat membesarkan/menenangkan kepada hati.
      Dalam hal ini, meskipun ini adalah kisah israiliyyat, akan tetapi Hikmah adalah barang bercecer seorang mukmin, maka siapa yang menemukannya dialah yang berhak . Dan juga muslim dengan muslim lainnya itu seperti cermin, sehingga jika ia sedang bercermin dan tampak kekotoran, maka cermin itu akan memberitahukannya.

      Al  Akhnaf bin Qais mendatangi suatu lampu(yang tengahnya adaapinya) lalu ia letakkan jarinya di atasnya, lalu dia berkata, “ ya khunaif (utk menunjukkan kecilnya), apa yang mendorongmu untuk berbuat demikan di hari tersebut?  apa yang mendorongmu untuk berbuat demikan di hari tersebut?”. 
      Demikianlah digunakan oleh ulama untuk menghisab/memperingatkan/mengancam dirinya…..“kenapa kamu bermaksiat? Sedangkan api neraka itu lebih panas 70 kali ”… juga sebuah cerita, seorang wanita yang shalihah akan berpesan kepada suaminya ketika hendak keluar, “jangan engkau bawa barang-barang yang haram, kami bisa bertahan beberapa hari, namun kami tidak mampu zaqqum(kelaparan di hari kiamat)”
      Sesungguhnya semua akan berbicara kepada Allah, sedangkan kita kita tidak bisa memprotes atau membantahnya….tangan, kaki, kulit…hingga mungkin akan ada ucapan, “Kenapa kalian menjadi saksi yang memberatkanku”. Wa ‘iyadzubillah. Hendaknya, ada penyesalan, pencelaan terhadap diri kita, sebelum hati kita menjadi gelap dan menjadi seperti mangkuk yang terbalik sehingga tidak bisa menerima sesuatu apapun.

      ‘Umar bin Al Khathab menulis kepada sebagian pegawainya, “hisablah dirimu di dalam keadaan yang tenang sebelum (datangnya) hisab yang berat, maka sesungguhnyabarangsiapa yang menghisap dirinya dalam keadaan yang tenang maka urusannya akan kembali kepada keridhoan dan kesenangan, dan sedangkan orang yang dilalaikan oleh kehidupannya dan disibukkan oleh hawa nafsunya, niscaya urusannya akan kembali kepada penyesalan dan kerugian”.

      Al Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata, “seorang mukmin adalah pemimpin(Qawwam) atas dirinya, dia menghisab dirinya karena Allah, dan bahwasanya Ringannya hisab di hari kaiamat adalah atas orang-orang yang menghisab dirinya di dunia, dan bahwasanya  yang berat hisabnya adalah orang-orang yang mengambil perkara ini tanpa hisab. Sunguh, pada seorang mukmin itu ada apabila dikejutkan oleh sesuatu yang dia kagum terhadapnya, maka dia berkata ‘Demi Allah, sesungguhnya aku sangat suka kepadamu, dan sungguh engkau termasuk kebutuhanku, Akan tetapi, Demi Allah, tidak ada jalan menuju kepadamu,  sungguh jauh, sunguh jauh..terhalang antara aku dan engkau.
      Dan jika dia melakukan sesuatu yang melampaui batas, dia kembali kepada jiwanya..sembari berucap, “Apa yang aku maukan dengan ini? Ada apa denganku dan dengan ini?”, Wallahi, aku tidak akan kembali kepada ini (mengulanginya) selama-lamanya.

      Dan, sesungguhnya kehidupan adalah sesaat…..bukankah setelah kehidupan ini ada kehidupan yang setelahnya, semoga petikan untaian kata ini bermanfaat. Baarakallahu fiikum.
      ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

      Ighaatsatul Lahafan, hal 73, cet. Daarul ‘aqidah
      Bersama Al Ustadz Idral Harist Hafizhahullah

      0 komentar:

      Posting Komentar

      thank you