Rabu, 13 April 2011

Karena Jiwa Selalu Memendam Rindu


Abdullah Akiera Van As-samawiey

“Beningan air mata kadang tak sengaja menyusuri pipi yang menandakan qalbu berada di puncak syahdu. Sepertinya inilah air mata rindu, mengharapkan sebuah pertemuan yang membuat jiwa berdecak kagum, hingga tak ada lagi tabir penghalang antara diri ini dengan wajah-Nya yang abadi.”

***

Surga itu indah dan keberadaannya adalah sebuah kepastian absolut. Untuknya, jiwa-jiwa yang hanif memendam rindu, rindu yang menunas, menyubur di hati hingga terhempaslah kenikmatan semu duniawi.

Surga,

Surga,

Surga,

Begitu banyak lisan yang kerapkali membicarakannya. Wajarlah memang karena negeri itu adalah puncak sebuah angan dan cita-cita. Di dalamnya tak ada tangisan, tak ada kesedihan, semuanya adalah bahagia, semuanya berada dalam keriangan. Mereka merayakan perjuangan selama di dunia.

Ada decak kagum yang meluap ketika gambaran tentang Surga terpaparkan secara jelas, ada rindu yang menggebu, ada kesejukan yang menyirami taman jiwa. Rasanya tak perlu lagi mendengarkan pembicaraan lain. Kenikmatan semu dunia benar-benar jauh di hati.

>>Menatap Wajah Rabb Alam Semesta

Akan tiba masanya orang-orang yang beriman dan bertakwa sepenuh hati mendapat sebuah hadiah istimewa yang merupakan puncak segala kenikmatan.

Berbahagialah engkau wahai saudara kami yang shalih nan bertauhid dan berakidah yang benar. Berbahagialah engkau wahai saudari kami yang shalihah nan bertauhid dan berakidah yang benar.

Di Surga, kita akan berjumpa dengan wajah Allah yang agung kelak di Surga. Itulah perjumpaan yang hakiki dan benar-benar merupakan puncak segala kenikmatan. Itulah perjumpaan yang membuat jiwa berdecak kagum karena begitu terpesona. Itu semuanya akan dihadiahkan bagi semua penduduk Surga yang dahulunya setia di jalan keimanan.

Kelak di hari itu, wajah orang-orang yang beriman akan berseri-seri melihat Tuhan mereka.

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.”[1]

Ada sebuah hadits yang merekam keadaan penduduk Surga saat merasakan nikmat dan sedapnya memandang wajah Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“jika penduduk Surga sudah masuk Surga dan penduduk Neraka sudah masuk Neraka, maka sang penyeru memanggil:

‘Wahai penduduk Surga! Sesungguhnya Allah mempunyai janji kepada kalian yang sekarang hendak Dia penuhi’.

Para penghuni Surga menjawab:

‘Apakah itu?

Bukankah Dia sudah memberatkan timbangan amal kami?
Memberi sinar putih pada wajah kami?
Memasukkan kami dalam Surga dan mengeluarkan kami dari Neraka’.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Maka hijab disingkap, mereka pun memandang-Nya. Demi Allah! Tidaklah Allah memberikan sesuatu kepada mereka yang paling mereka sukai dan paling menyedapkan pandangan mata mereka daripada memandang-Nya.”[2]



>>Menyuburkan Rindu

Siapakah diantara kita yang tidak merindu wajah Allah tabaraka wa ta’ala? Bukankah Dia adalah Rabb yang menciptakan langit tanpa tiang penyangga? Dialah Allah yang menjadikan malam bertabur gemerlapnya bintang dan memoles langit malam dengan kemuning rembulan.

Dialah Allah yang menerbitkan mentari di ufuk timur lalu disambut kicauan burung-burung. Beberapa waktu kemudian datanglah hangatnya waktu dhuha seiring keringnya embun di dedaunan. Dialah Allah yang membenamkan mentari dengan warna mewah memerah. Telah tiba saatnya hewan-hewan kembali ke sarangya. Telah tiba saatnya adzan berkumandang.

Dialah Allah yang mentakdirkan kemarau datang bertandang. Setelah itu datang lah musim hujan. Allah lah yang menyiramkan air ke bagian permukaan bumi yang Dia kehendaki. Basah lah bumi itu. Dialah Allah yang menguncupkan dedaunan muda dan menghijau sejuk dipandang.

Dialah Allah yang menghembuskan udara yang mengalir diantara langit dan bumi. Sementara burung-burung mengepakkan sayapnya sambil berpurtar-putar di udara. Dialah Allah yang menggerakkan awan menyusuri langit biru.
Dialah Allah yang mengabulkan seluruh do’a hamba-Nya. Dia anugerahkan dan membagikan rizki.

Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang melebihi kasih sayang seorang ibu yang bercucur mata karena begitu cinta kepada sang anak.

Dialah yang menjadikan Surga dan kenikmatannya teruntuk orang-orang yang bertauhid dengan benar. Pula Dia sediakan Neraka dan adzabnya bagi kaum yang ingkar lagi kufur.

Allah lah pula yang menurunkkan agama yang mulia melalui malaikat yang mulia dengan kitab yang paling mulia kepada seorang manusia yang paling mulia. Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat cinta kepada umatnya. Amat menginginkan kita masuk Surga dan terhindar dari adzab Neraka. Dialah lelaki yang selalu mencintai dan selalu dicintai.

Maka dari itu, Allah dan Rasul-Nya lah menjadi muaranya rindu…

>>Membuktikan Rindu

Sudah seharusnya hati terketuk untuk membuktikan rindu yang menyurga. Kenikmatan Surga yang indah nan abadi itu, itu kita mengetahuinya dengan baik. Hanya saja fitnah-fitnah akhir zaman menjadikan kita tenggelam dan larut dengan begitu asyik. Jadilah kerinduan terhadap Surga menipis tipis.

Rindu adalah kata kerja bagi hati, lisan pun ikut untuk memproklamasikan rindu itu. Sekiranya raga tak membuktikannya dengan apa yang diperintahkan Sang Empunya Surga maka hakikatnya kita hanya sedang berkhayal.

***

“ya Allah, jalan menuju surga-Mu begitu terjal nan berliku sedang jalan menuju Neraka-Mu penuh dengan segala hal yang dicintai nafsu kami dalam kaca mata dunia.

Ya Rabbi, ijinkan kami berjalan dalam naungan ridha dan kasih sayang-Mu yang tak bertepi yang walaupun kami sadar bahwa tak semudah itu kami kesana. Janganlah Engkau biarkan kami dalam kesesatan sehingga dengan mudahnya kami menukar abadinya kehidupan akhirat dan surga indah-Mu yang tak terbayangkan dengan kehidupan dunia yang begitu hina dina.

Ya Allah, sungguh betapa hati kami memendam rindu untuk berjumpa dengan-Mu. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang selalu setia membuktikan rindu kami kepada-Mu hingga kami menjadi bagian dari mereka yang berbahagia memandang Wajah-Mu yang abadi.”

Wallahu a’lam. Subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika

***
Kontributor: Iwan Permana Naufal, Djamil Grooth, Raden Suronotojoyo Joe, Maya 'Echo' Azzahra, Umi Trisetyarizki, Demi Faizani, Faiza Alhusna, Nurfitriyah Hidayah, Janna Cayank, Rezita Aprilia, Mariyamah Amah dan Risma Dewi Zain An-Najm.

Penyusun Ulang: Abdullah Akiera Van As-samawiy

_________
End Notes:

[1] QS. al-Qiyamah: 22-23

[2] HR an-Nasa’I no. 11234. At-Thahawi menegaskan bahwa memandang Allah adalah haq (benar adanya) bagi para penduduk Surga. Lihat keterangan ini dalam kitab Jinaan Al-Khuld Na ‘Iimuha Wa Qushuuruha Wa Huuruha karya Syaikh Mahir Ahmad

http://www.facebook.com/notes/abdullah-akiera-van-as-samawiey/karena-jiwa-selalu-memendam-rindu/192333560809991

0 komentar:

Posting Komentar

thank you