Jumat, 27 Agustus 2010

Jalan Berliku Menuju Kebenaran Yang Dirindu


Ditulis oleh muslim ahmadi arramadhaniy di/pada Juli 18th, 2007
Diceritakan oleh: Ibnu Abdi Robbihi
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah. Amma ba’du.
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekusaaan Allah bagi orang-orang yang yakin, bahkan dalam dirimu sendiri terdapat tanda-tanda itu apakah engkau tidak memperhatikannya.” (Adz Dzariyaat: 20-21)
Saudaraku, sejenak aku akan bercerita kepadamu sekilas perjalanan hidupku, semoga engkau bisa mengambil pelajaran darinya.
Masa Kecil
Dahulu aku adalah seorang anak kecil yang memiliki hobi menggambar, mendengarkan musik dan menyaksikan film kartun. Aku memang bukan anak gaul yang suka main bersama teman-teman yang lain pergi kesana dan kemari.
Ketika menginjak usia SD, orangtuaku memasukkan aku di sekolah Muhammadiyah di sebuah dusun di dekat rumah kakekku. Menjelang usia SMP aku telah dididik oleh kakakku untuk membenci Amerika, yah tepatnya ketika itu terjadi perang teluk. Saat itu ketertarikanku kepada dunia politik mulai tumbuh, berita-berita radio BBC pun ikut terserap di telingaku. Memang ayahku adalah seorang anggota TNI Angkatan Udara, namun ayahku adalah orang yang kritis kepada perilaku pejabat pemerintahan. Secara tidak langsung hal itupun mendorongku untuk bersikap kritis pula terhadap pemerintahan. Walaupun begitu, bukan berarti dunia militer tidak menarik bagiku. Di usia SMP itu aku berkeinginan untuk menjadi tentara yang berjuang membela tanah air. Sehingga akupun turut serta mendaftarkan diri dalam seleksi calon siswa SMA Taruna. Dengan taqdir Alloh, alhamdulillah aku tidak diterima di sana. Setelah itu harapan untuk menjadi tentara menjadi sirna.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Allahlah yang maha tahu sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al Baqoroh: 216)
Masa Remaja
Lulus SMP aku menuruti saran ayahku untuk memilih sebuah sekolah unggulan di kota kami, dan alhamdulillah aku lolos seleksi dan bisa diterima di situ mengikuti jejak kakakku. Ternyata di sana pun aku termasuk siswa yang dipilih untuk masuk dalam tim peleton inti yang hobinya baris-berbaris, maklumlah SMA kami adalah sekolah yang sudah berulang kali menggaet juara baris-berbaris.
Sampai di sini aku masih menyenangi isu-isu politik apalagi yang berbau Islam, sehingga ketertarikanku untuk ikut berdakwah pun muncul melalui pekerjaan yang aku sukai yaitu membuat dekorasi. Nah, di lingkungan rohis (kerohanian Islam) SMA inilah aku mulai berkenalan dengan teman-temanku yang begitu bersemangat mengaji, mereka sangat aktif mengikuti kajian salaf yang diadakan di sebuah masjid di dekat SMA kami. Aku salut dengan komitmen mereka yang tinggi untuk menegakkan sunnah Nabi, dengan memelihara jenggot walaupun cuma beberapa helai, dengan mengenakan celana panjang yang tidak melampaui mata kaki walaupun masih dilipat, dan dengan semangat berapi-api menghalangi terjadinya pacaran dan kholwat di lingkungan sekolah kami.
Dan di situ pulalah aku mulai mengenal bahwa menggambar makhluk bernyawa itu dilarang, musik itu haram dan demokrasi itu buruk. Dengan taqdir Alloh, di kelas 2 SMA, aku mendapat bagian sebagai salah seorang pengurus harian OSIS di sekolah kami. Walaupun jika dilihat dari latar belakangnya sebenarnya pengalaman organisasiku tidak banyak.
Problematika Dakwah di SMA
Menjelang akhir kepengurusan aku mulai menghadapi masalah yang cukup pelik, yaitu timbulnya perselisihan antara teman-teman kami dari kubu Rohis yang anti musik dengan sebagian aktifis OSIS yang pro musik. Hal itu semakin memuncak dengan adanya penyelenggaraan acara malam tutup buka tahun yang untuk menyambut siswa baru dan perpisahan kelas tiga yang sudah lulus, tentu saja acaranya sarat dengan musik, sehingga konflik ini pun terangkat ke forum guru bahkan kepala sekolah. Sementara aku berada di pihak yang serba salah, karena ketika itu aku adalah seorang sekretaris bidang I (Ketuhanan Yang Maha Esa) yang membawahi Rohis sekaligus sebagai salah seorang Steering Committee dari acara malam tutup buka tahun itu, konflik pun memanas, terjadilah aksi pembakaran dan perobekan tiket, bahkan hampir terjadi bentrok fisik di antara sesama siswa muslim, bahkan sampai terjadi ketegangan antara kubu Rohis dengan guru.
Disitulah aku merasakan betapa susahnya mengatasi permasalahan semacam ini. Bisakah anda bayangkan, musik yang sudah seolah-olah mendarah daging di sebagian besar kaum muslimin di negeri ini terutama di kalangan para pemuda harus berhadapan dengan fatwa haram yang disampaikan oleh para remaja yang masih baru mengaji ini, apalagi sikap mereka sangat keras dalam menolak acara semacam ini. Aku yang sangat miskin ilmu tentu bingung mencari solusi permasalahan ini. Sampai-sampai teman-teman yang anti musik itu seolah-olah menjadi musuh kami. Sehingga di ruang guru aku sempat sampaikan usul kepada pembina OSIS agar mendatangkan Ustadz yang mengajari anak-anak yang ‘ekstrim’ itu. Tapi usulku seperti angin lalu, akupun tidak habis pikir, bagaimana masalah ini selesai kalau akar permasalahannya tidak dipecahkan yaitu apakah musik itu benar-benar haram. Itulah pertanyaan besar yang tersisa di benakku, dan akhirnya dengan pertolongan Alloh membawaku bergabung dengan sahabat-sahabatku sesama pembenci musik.
Hidupku berubah, aku yang dulunya suka menggambar, suka musik dan menyenangi isu-isu demokrasi setelah masa-masa itu meninggalkan gambar, musik dan demokrasi.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Tidaklah pantas bagi orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara ada bagi mereka pilihan yang lainnya dalam urusan mereka, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sunguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (Al Ahzab: 36)
Saudaraku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.”
Beliau juga bersabda, “Kelak akan benar-benar ada beberapa kelompok manusia dari kalangan umatku yang berusaha menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr dan al ma’aazif (alat-alat musik).” (HR. Bukhori)
Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya termasuk orang yang paling pedih adzabnya di hari kiamat nanti adalah para perupa/tukang gambar.” (HR. Bukhori)
Imam Ahmad mengatakan, “Barangsiapa yang menolak hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam maka dia berada di tepi jurang kebinasaan.”
Saudaraku, Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang memutuskan hukum tidak dengan hukum yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang kafir.” (Al Ma’idah: 44)
Tentu hadits-hadits dan ayat-ayat ini akan terasa sangat berat diterima oleh orang yang sudah bertahun-tahun dididik untuk menyukai musik, menggambar dan asyik dengan demokrasi. Tapi ketahuilah, kalau akidah anda masih bersih niscaya firman Allah dan sabda Rasul-Nya itulah yang justeru anda pilih dan anda pegang, bukan pendapat akal kebanyakan manusia.
Bukankah Allah Yang mahatahu telah berfirman, “Sungguh jika engkau mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al An’aam: 116)
Oleh karena itu daripada sibuk ngobrol atau nge-game mengapa anda tidak memilih untuk menghadiri majelis-majelis ilmu syar’i yang membimbing anda menuju kebahagiaan yang sejati dan bukan sementara, kenikmatan abadi di surga nanti?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Imam Ahmad mengatakan, “Manusia itu lebih membutuhkan ilmu jauh lebih banyak daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum, karena makan dan minum paling sekali atau dua kali saja dalam sehari, akan tetapi ilmu selalu dibutuhkan sepanjang tarikan nafas.”
Ingatlah saudaraku, waktu adalah pahala, kalau waktumu bisa kau habiskan berjam-jam untuk perkara dunia padahal dunia itu cuma sementara, kemudian untuk akhirat engkau sangat bakhil (kikir), sehingga sholatmu pun kilat laksana petir menyambar, mushaf Al Qur’an pun berdebu di atas rak jarang dibuka apalagi dibaca dan dipahami maknanya, majelis ilmu pun kau sia-siakan, sholat jama’ah pun kau tinggalkan, waktu pagi dan sore pun berlalu tanpa dzikir di lisan.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka bersegeralah kembali menuju ketaatan kepada Allah.” (Adz Dzariyat: 50)
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang sudah dipersiapkannya untuk menghadapi hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui semua yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr: 18)
Tahun Terakhir di Bangku SMA
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kau sampai mereka mau merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah di antara rumah-rumah Allah (masjid) mereka membaca kitabullah dan saling mempelajarinya di antara mereka kecuali pasti akan turun kepada mereka ketenangan, mereka akan diliputi kasih sayang, malaikat pun mengelilingi mereka dan Allah pun menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Setelah sekian lama aktif di baris berbaris, mendekorasi, mengurusi OSIS maka di tahun terakhir bangku SMA, Allah membukakan hatiku untuk menekuni kajian-kajian salaf yang ada di sekitar SMA kami, alhamdulillah sejak itulah ketenteraman dan kesejukan majelis ilmu mulai mewarnai kehidupanku, kesejukan yang belum pernah aku temukan sebelumnya, begitu indahnya mendengarkan untaian firman Allah dan sabda Rasul-Nya disertai nasehat dan bimbingan dari para ulama’, aku duduk di sebuah majelis dimana ustadz yang mengajarnya adalah Ustadz yang membina teman-temanku yang kebablasan tadi, akhirnya ustadz yang dulunya menjadi orang yang tidak aku senangi gara-gara musik itu kini menjadi orang yang kucintai karena Alloh -semoga Allah menjaga beliau- karena jasanya yang sangat besar membina dakwah salaf di sekolah kami walaupun itu dilakukannya dari luar pagar sekolah.
Setelah kejadian itu pula sahabat-sahabat kami pun meyadari kesalahan mereka yang terlalu keras dalam menyikapi persoalan musik ini, sehingga memunculkan konflik yang berkepanjangan di sekolah kami. Inilah akibat sikap yang tidak hikmah dalam mengingkari kemungkaran, dampak negatif yang kembali menyerang dakwah itu sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Serulah (manusia) agar kembali kepada jalan Rabbmu dengan penuh hikmah serta nasehat yang baik, dan (bila perlu) berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik.” (An Nahl: 125)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, “Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali pasti menghancurkannya.” (HR. Muslim)
Berpetualang Mencari Kebenaran
Disamping itu perlu aku sebutkan pula bahwa sebelumnya aku pernah pula tertarik mendengarkan pengajian padang bulan cak Nun dan acara kajian ala filsafat Damardjati, aku juga sempat menjadi pengagum Amien Rais yang menggerakkan reformasi dan bahkan bergabung dalam demonstrasi besar-besaran yang digalakkannya sehari sebelum lengsernya Pak Harto dari kursi Presiden.
Masih tersimpan dalam ingatanku, sebuah nyanyian sadis yang selalu menghiasi mulut para demonstran di sekitarku ketika itu, “Gantung, gantung Soeharto…” (semoga Allah mengampuni kesalahan beliau dan menjaganya). Wallohul musta’an, bukankah ucapan itu modelnya kaum takfiri (yang suka mengkafirkan orang karena dosa besar). Hari itu demo besar-besaran terjadi dimana-mana, demokrasi yang menuhankan pendapat mayoritas rakyat seolah-olah menjadi raja.
Allah berfirman, “Sungguh jika engkau mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al An’aam: 116)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal menumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga alasan; Seorang yang sudah beristeri berzina, seorang muslim yang membunuh saudaranya, atau seorang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jama’ah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu aku juga pernah beberapakali merekam pengajian Aa’ Gym yang disetel di radio karena sangat tertarik dengan metode penyampaiannya yang menyentuh hati. Itu terjadi sebelum nama Aa’ Gym mencuat besar-besaran di televisi dan media masa lainnya. Semoga Allah mengembalikannya ke jalan yang lurus. Selain itu dunia sufi pernah mewarnai kehidupanku ketika para pemuda dari kampung kami diajak untuk ikut dzikiran dan pengajian di sebuah kampung santri Mlangi, yang di sekeliling mesjidnya full dengan kuburan yang diziarahi oleh para pengunjung dari berbagai daerah yang jauh. Sesudah itu pula aku pernah menggalakkan dzikir model sufi ini di masjid kampung kami dengan alasan untuk menghidupkan aktivitas agama bagi pemuda di mesjid, sehingga akhirnya akupun menyesal atas tindakanku yang hanya berdasar semangat saja dan miskin ilmu syar’i ini.
Memang hati adalah bagian terpenting dari amal lahiriyah kita, kalau hati baik maka seluruh amalan pun menjadi baik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah di dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh anggota badan tapi jika dia rusak maka rusak pulalalah seluruh anggota badan ketahuilah segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Muslim). Akan tetapi cara memanajemen hati agar baik bukanlah hasil rekaan sendiri, sebab Nabi juga diutus untuk mengajari ummatnya tentang bagaimana mensucikan hati.
Allah Ta’ala berfirman, “Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Kami, dan mensucikan (jiwa) kalian serta mengajarkan kepada kalian Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah) dan mengajarkan segala sesuatu yang dulu tidak kalian ketahui.” (Al Baqoroh: 151)
Imam Ibnu Katsir mengatakan mengenai firman Allah, “Dan mensucikan kalian” yaitu membersihkan kalian dari akhlaq yang rendah, jiwa yang kotor dan perbuatan-perbuatan jahiliyah…” (Tafsir Ibnu Katsir jilid 1). Syaikh As Sa’di mengatakan dalam tafsirnya terhadap firman Allah “Dan mensucikan kalian” yaitu membersihkan akhlak dan jiwa kalian dengan membimbingnya dengan akhlak yang indah dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang rendah, hal itu dilakukan dengan membersihkan mereka dari kotoran syirik menuju tauhid, membersihkan diri dari riya’ menuju ikhlash, dari dusta menjadi jujur, dari khianat menjadi amanat, dari sombong menjadi tawadhu’, dari akhlak yang jelek menjadi berakhlak baik…” (Taisir Karim Ar Rahman).
Kita tidak boleh mensucikan jiwa dengan cara-cara bid’ah yang dibenci oleh agama. Rasul bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari kami maka tertolak.” (HR. Muslim)
Tidakkah kita ingat kisah Abdullah bin Mas’ud rodhiallahu’anhu yang menjumpai sekumpulan orang yang berdzikir dengan berjama’ah, salah seorang memimpin dan yang lainnya mengikutinya, karena mereka mengerjakan sesuatu yang baru dalam agama maka Abdullah bin Mas’ud pun menegur mereka dengan keras. Tapi mereka mengelak dengan alasan “Wahai Abu Abdirrahman, tidaklah kami bermaksud kecuali kebaikan” Maka Ibnu Mas’ud pun menjawab, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak mendapatkannya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja manusia paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini melarang kuburannya dijadikan sebagai tempat perayaan yang dikunjungi atau sebagai tempat beribadah, apalagi kuburan orang selain beliau!
Nabi berdo’a, “Ya Allah, janganlah jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah, sungguh besar murka Allah kepada kaum yang menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat beribadah.” (HR. Malik dan lain-lain)
Pemikiran Hizbut Tahrir juga sempat menarik perhatianku, sehingga aku sempat membaca sebuah buku karya Abdul Qodim Zallum yang berjudul Demokrasi Sistem Kufur yang dipinjamkan seorang teman kepadaku ketika mengikuti acara pembekalan menjelang UMPTN di sebuah Masjid terkenal di Kotabaru, memang semangat mendirikan khilafah adalah sesuatu yang paling menarik bagiku dari gerakan ini, namun itu tidak mengendap lama karena keyakinanku tentang kebenaran manhaj ahlus sunnah sudah mulai kuat. Bagaimana mungkin negara Islam tegak jika kaum muslimin saja masih berpecah belah cara hidupnya, bahkan jauh dari nilai-nilai agama.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d: 11). Di dalam ayat ini Allah tidak mengatakan “…sampai mereka merubah apa yang ada pada diri para pemimpin pemerintahan mereka…” tentu saja Allah lebih tahu dan lebih bijaksana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian berjualbeli dengan cara ‘inah (salah satu jenis riba), dan kalian pegang ekor-ekor sapi, kalian senang dengan tanaman-tanaman kalian, lantas kalian pun meninggalkan jihad, maka Allah pasti akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Allah tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud, Silsilah Ash Shohihah karya Syaikh Al Albani hadits no 11)
Bersentuhan Dengan Lingkungan Kampus
Begitulah hari demi hari kulalui dengan pencarian terhadap nilai-nilai kebenaran yang hakiki, sampai UMPTN pun berlalu dan aku sudah duduk di bangku kuliah.
Di lingkungan baru ini aku berusaha mencari tempat-tempat kajian yang bisa aku ikuti, pengajian yang diadakan orang-orang Ikhwanul Muslimin (IM) pun pernah aku datangi, tapi sayang ilmu syar’i sangat minim kudapatkan di sana, karena yang ada adalah semangat pergerakan yang sarat dengan muatan politis dan kekuasaan. Tidak berhenti di situ, Risalah Pergerakan Hasan Al Banna pun sempat aku baca dan aku kaji, walaupun sedikit banyak aku sudah tahu penyimpangan yang ada pada beliau. Demikian pula buku Yusuf Al Qaradhawi yang ada di perpustakaan fakultas kami aku baca dan aku bandingkan dengan kritikan ulama Ahlu Sunnah yang diarahkan kepada beliau, dan memang ternyata Syaikh Yusuf Al Qaradhawi memiliki pendapat-pendapat yang amat menyimpang dalam bukunya Ash Shohwah Al Islamiyah bainal Ikhtilaf al Masyru’ wa Tafarruq al Madzmum (yang diterjemahkan oleh Robbani Press dengan Prinsip-Prinsip Gerakan Islam) terutama yang berkaitan dengan masalah hadits perpecahan ummat. Suatu saat seorang aktifis IM ketika berdialog dengan seorang ikhwan pernah ditanyakan mengenai pembelaannya terhadap Yusuf Qaradhawi, apakah dia pernah membaca bukunya Yusuf Qaradhawi yang itu, maka dia menjawab belum pernah?? Allohu akbar (dalam hati saya saya bertanya-tanya lalu darimana dia bisa membela pemikiran Yusuf Al Qaradhawi sementara bukunya saja belum pernah baca). Memang perdebatan dengan orang-orang yang keras kepala adalah perbuatan membuang-buang energi.
Saudaraku, ketahuilah jalan kebenaran cuma satu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya, itulah yang diwasiatkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa.” (Al An’aam: 153)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya agama ini akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 di neraka dan satu di surga yaitu al jama’ah.” (HR. Abu Dawud), dalam riwayat lain beliau ditanya siapakah yang selamat itu? maka beliau menjawab, “yaitu yang beragama sebagaimana aku dan para sahabatku pada hari ini.” Inilah manhaj salaf (cara beragamanya kaum salaf), manhajnya para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta para imam yang empat.
Imam Malik mengatakan, “Tidak ada yang mampu memperbaiki keadaan generasi akhir dari umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah memperbaiki generasi awalnya.”
Dakwah Salafiyah Versus Dakwah Hizbiyyah
Sekarang alhamdulillah, perkembangan dakwah salaf di lingkungan kampus kami cukup bagus walaupun bila dilihat dari kuantitas mungkin masih relatif kecil. Dakwah Ikhwanul Muslimin pun (yang sekarang lebih ngetrend dengan nama Tarbiyah) sebenarnya sudah tidak diminati kecuali oleh orang-orang yang hobinya berpolitik dan demonstrasi, serta kalangan akhwat yang terlalu mengedepankan perasaan. Orang yang bijak pasti bisa menilai bahwa dakwah salafiyah merupakan dakwah terbaik, dan satu-satunya jalan keselamatan dari perpecahan di dunia dan kebinasaan di akhirat. Kami tidak perlu repot-repot membawakan bukti karena masih ada saksi hidup tokoh-tokoh mantan aktifis yang pernah berkecimpung dalam pergerakan yang kini sudah insaf dan menemukan jalan kembali, yaitu manhaj salaf yang mulia ini.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah petunjuk jelas baginya, dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang yang beriman Kami akan biarkan dia leluasa dalam kessatannya dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisaa’: 115)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya, Allah telah memepersiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100)
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku niscaya di akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah dengan sunnah (jalan hidup)ku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang bertpetunjuk gigitlah sunnah itu dengn gigi geraham, serta jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dansetiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan lain-lain)
Biarlah mereka yang tidak percaya dengan kenyataan ini merasakan betapa susahnya menempuh kejayaan yang mereka cita-citakan dengan terjun di parlemen, dengan gerakan rahasia menghasut massa, memompa semangat para pemuda untuk menggulingkan penguasa dengan cara mereka atau menyibukkan mereka dengan dzikir-dzikir bid’ah dan pemikiran-pemikiran liberal, atau yang menyibukkan para pemuda yang tidak becus berpakaian dengan politik internasional, karena cepat atau lambat mereka akan merasakan pahitnya buah kesesatannya sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Ar Razi setelah menyadari kekeliruannya yang sekian lama bergelut dengan ilmu kalam, “Barangsiapa menempuh cara sebagaimana apa yang pernah aku tempuh niscaya merasakan apa yang sudah aku rasakan.”
Namun kami akan mengingatkan disini, bahwa kematian pasti datang dan anda tidak tahu kapan malaikat maut datang, seandainya Allah masih memberikan umur bagi anda untuk bertaubat dari manhaj yang menyimpang maka bersyukurlah, tapi jika ternyata malaikat maut menjemput sementara anda belum bisa menikmati indahnya manhaj salaf, maka janganlah mencela kecuali diri anda sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yangberiman, beramal shalih, saling mewasiatkan dalam kebenaran dan saling mewasiatkan dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya, Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sungguh dia telah menang, dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali hanya sekedar kesenangan yang menipu.” (Ali Imran: 185)

0 komentar:

Posting Komentar

thank you