Kami biarkan tinta menjelmakan diri menjadi suara hati bidadari bumi. Semoga engkau pun tersihir..
***
Kuracik kata-kataku ini teruntuk kalian sebagai seorang suami yang mendambakan sejuknya surga di beranda rumah. Begitu pula untuk kalian sebagai laki-laki yang sedang menyiapkan atau akan menuju jenjang pernikahan. Atau bahkan teruntuk kalian yang telah lama mengayuh biduk rumah tangga dan ingin kembali membangun puing-puing cinta yang sempat terkoyak. Semoga Allah ‘azza wajalla memudahkan segala urusan kita.
>>Inilah Kami dalam Surga Minimu
Engkau pasti tau bahwa kami adalah wanita yang selalu bertugas mengurus rumah tangga, menyiapkan makanan, mencuci piring dan pakaian dan seabrek kegiatan lainnya. Kami adalah perhiasan dunia bagimu dan sebaik-baik perhiasan itu adalah kami yang berusaha menjadi sholehah lalu istiqomah diatas agama ini.
Kami pula adalah ibu bagi anak-anakmu. Kami berusaha menjadi sekolah sehingga mampu mendidik mereka menjadi punggawa-punggawa bermanhaj nubuwwah yang akan menyebarkan agama Allah. Kami laksana samudera kasih sayang yang tiada bertepi sehingga mereka menjadi tangguh menyusuri terjalnya kehidupan..
>>Ijinkan kami Sedikit Mengeluh
Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi para wanita guna mengeluhkan sikap suami mereka yang suka memukul. Mendengar hal itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam langsung berdiri dan mengatakan, ”aku telah didatangi istri-istri yang mengeluhkan perangai suami mereka yang suka memukul. Aku ingatkan (para suami), jangan sembarangan memukul istri kalian…”. (HR. Abu Dawud).
Wahai para suami, lihatlah para shahabiyah mengeluhkan suami mereka. Mengeluh yang bersifat konstruktif yaitu dengan niat memperbaiki dan membina namun bukan mengeluh dengan kata-kata cacian apalagi penuh kepasrahan. Sebab itu maka melalui tutur ini, ijinkan kami mengeluh dengan penuh cinta..
>>Sihir Kami dengan Pesona Kata-katamu
Ketahuilah bahwa setiap wanita dari segala tingkatan umur sangat membutuhkan ungkapan lembut yang dapat menyentuh gejolak emosinya dan tabiat kewanitaannya. Kami juga membutuhkan sebuah pengakuan perasaan bahwa diri kami memiliki nilai dalam kehidupanmu, memiliki tempat khusus di hati dan perasaanmu sebagai suami.
Karena itu sihirlah kami dengan kata-kata cintamu. Ungkapkanlah dengan penuh senyum tulus. Janganlah engkau pendam perasaan itu. Jadilah engkau suami yang romantis yang mampu membuat kami berkhayal menjadi permaisuri raja di permukaan bumi.
Cobalah engkau pandang mata kami, diamlah beberapa detik sambil tetap menatap hitam bolanya.. lalu ungkapkanlah:
“aku mencintaimu duhai istriku.”
“aku begitu bahagia kala Allah menjadikanmu sebagai belahan jiwaku”.
“engkau begitu istimewa bagiku”
“aku rindu dengan masakanmu”
“sayang, kenapa engkau mampu membuatku terpikat?”
Selanjutnya engkau akan meilhat kami begitu berbeda. Tatapan kami akan tertahan untuk waktu yang lebih lama dari biasanya. Ada semacam keengganan untuk memalingkannya. Biasanya diikuti dengan mata yang berbinar dan pupilnya membesar. Alisnya sedikit terangkat. Kami akan tersenyum namun terkadang disertai dengan malu-malu. Lebih jelasnya terjadi perubahan otot-otot disekitar bibir lalu sedikit terbuka.
Atau tulislah ungkapan tersebut pada secarik kertas, lalu taruhlah di atas meja makan, diatas bantal atau ditempat lain. Apalagi menyertakan bunga..
Duhai suami
Cobalah engkau saksikan mereka yang pacaran namun sudah mampu menjadi pujangga bagi wanita yang tak sah menjadi pasangannya. Mereka mampu membius para gadis dengan ungkapan gombal yang dibumbuhi omong kosong belaka.
Namun engkau???
Engkau lebih berhak dari mereka karena engkau adalah pasangan kami di dunia dan akherat yang dirajut diatas untaian tali pernikahan yang sah.
Tahukah engkau bahwa kami akan merasa bahagia ketika mendengar ungkapan cinta yang dapat menggetarkan relung jiwa meski usia kami telah lanjut dan pernikahan telah lama terajut??? Kata-kata yang menyentuh gejolak hati akan dapat mewujudkan kebahagiaan rumah tangga sepasang merpati. Sebagian rumah tangga yang sepi dari ungkapan tersebut akan dilanda kehancuran dan menjadikan istana rumah tangga berada di tepi jurang kehancuran jikalau kami tidak memiliki agama atau memiliki agama yang tidak kuat…
Baiklah, kami tunggu ungkapan itu….
*****
Sumber tulisan :
1. Nikah Tanpa Masalah.. oleh Dr. Samihah Mahmud Gharib
2. Membaca Pikiran Lewat Bahasa Tubuh. Oleh Diana Eka Putra
3. Tulisanku yang berjudul "Syahdunya Jiwa Kala Berburu Ilmu di Taman Surga"
Diaptasi dari naskah buku kami yang berjudul "Dan Bermekarlah Kuncup-kuncup Bunga Keimanan"
Yani Fachriansyah Muhammad As-samawiy
(Fachrian Almer Akiera)
Mataram, di penghujung Maret 2009. Beberapa menit sebelum adzan dZuhur
0 komentar:
Posting Komentar