"...kuakui, ada kerinduan jika lama tak kudengar suaranya. kelembutannya itu tertangkap manis oleh daun telinga kemudian menelusup ke bagian dalam tubuh sambil mencanda hati..."
***
PENULIS : Fachrian Almer Akiera
MURAJA’AH :
1. Ustadz Jamaluddin, Lc.Beliau adalah penerjemah kitab-kitab berbahasa arab dan pernah menjadi tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Dirasah Islamiah Imam Syafi'i di Jember selama 2 tahun.
2. Ustadz Abu Bakr Lalu al-Atsary.Beliau adalah penulis buku dan telah diterbitkan oleh penerbit Majelis Ilmu Surabaya.
***
Kamis, 22 Juli_Pukul 10.25 WITA di Masjid Aisyah. .
Aku tengah bersandar pada tembok bagian dalam Masjid ‘Aisyah ini. Badanku menghadap utara. Kuakui, ada kenyaman tersendiri berada dalam bangunan yang didesain dengan ciri khas timur tengah ini.
Terlihat di jendela masjid bagian utara, sinar mentari menyusup masuk dan segera memoleskan kemuningya di permukaan lantai yang ia jelajahi. Tentu saja pantulannya mencerahkan ruangan masjid. Hal inilah yang membawa kehangatan. Apalagi aku mengenakan jacket biru langit yang menjadi jacket khas bagi mahasiswa Jurusan Matematika di kampusku. Kehangatan yang kurasakan bercampur dengan kesegaran dan mungkin lebih tepat dikatakan kesejukan. Begitulah karena dinginnya lantai masih terasa walaupun mulai terkikis.
>>Teladan Amal. .
Beberapa meter pandanganku ke depan, terlihat seorang laki-laki sedang menyapu dan membersihkan lantai masjid dengan alat khusus yang penggunaannya lebih dari sapu biasa. Aku berdo’a semoga Allah ‘azza wajalla menganugerahkan laki-laki itu dengan sebaik-baik anugerah atas salah satu kebaikan yang ia peragakan.
>>Seorang Pemuda dan Hafalannya. .
Masih di dalam masjid, sekitar pada jarak tak lebih dari 4 meter di sebelah kananku, seorang remaja tengah memuraja’ah hafalan Al-qur’annya. Ia terlihat serius.
>>Sejenak Memoriku. .
Karena sedang mempelajari tiga buah buku yang kubeli tadi malam, aku tidak bisa mendengar keseluruhan ayat-ayat yang dibaca dari hafalannya. Namun begitu, memoriku merekam dengan cepat sebuah potongan ayat dan segera bekerja dalam beberapa detik untuk mencoba menebak surat yang sedang diulang-ulangnya.
>>Beberapa Menit Kemudian. .
Rekaman potongan ayat yang ada dalam memoriku tersebut hilang seiring semakin fokusnya memoriku mempelajari buku-buku dengan rata-rata 200 halaman tersebut. Tak tebal memang. Namun, bacaan tersebut akan menentukan rencanaku beberapa bulan ke depan.
Lenyapnya potongan ayat tersebut, menjadikan aku saat menulis catatan ini kesulitan menebak surat yang diulang-ulang remaja tadi. Namun, ada dua surat yang menjadi pilihan tebakanku. Dan aku yakin tak ada pilihan ketiga dalam hal ini.
~AKU DAN SURAT AL-MULK~
Pada pilihan pertama, pikiranku memfokus untuk menebak surat Al-Mulk. Kalau itu benar, berarti ayat yang pernah melintas dan terekam sebentar di pikiranku itu adalah ayat pada pertengahan surat Al-Mulk tersebut.
Kuakui, bisa dikatakan aku akrab dengan surat tersebut namun bukan dalam arti mengetahui segala hal tentangnya. Bagaimana tak akrab, surat yang menjadi pembuka di juz 29 tersebut memiliki kesan tersendiri bagiku. Saat subuh, imam shalat di Masjid ‘Aisyah tak jarang memperdengarkannya untuk kami sebagai makmum.
>>Syahdunya Suara Itu. . .
Pula, ia adalah surat pertama yang kudengar dari Syaikh Sa’ad Al-Ghamidi dari kaset Tape Recorder sekitar tujuh tahun yang lalu saat minggu-minggu menunggu kelulusan Sekolah Menengah Pertama. Kuakui begitu membekas sampai sekarang.
Seperti yang anda ketahui, suara syaikh begitu khas dan syahdu. Lembut dan menyejukkan, pula. Allah ‘azza wajalla telah menganugerahkan beliau suara yang indah. Kurasakan begitu betah bagi telinga untuk mendengar lantunan-lantunan kalam Allah ‘azza wajalla dari lisan beliau. Ada pula kerinduan jika lama tak mendengarnya. Kelembutan suaranya itu tertangkap daun telingaku kemudian menelusup ke bagian dalam tubuh sambil mencandai hati. Inilah yang menjadikan hati orang-orang beriman rindu akan perjumpaan dengan Allah ‘azza wajalla dan Rasul-Nya. Lalu, terhentaklah anggota badan untuk memperagakan amal. Terkikislah karat-karat hati.
>>Jin Itu pun Meronta. . .
Dengan surat Al-Mulk pula, jin laki-laki yang merasuki tubuh seorang kawanku berteriak keras saat kuruqyah. Jin tersebut menangis sambil meronta karena merasa kepanasan. Ah, tak usahlah kulanjutkan bagian yang ini.
>>Terselamatkan dari Siksa Kubur. .
Kutemukan faedah yang agung dalam surat ini. Kudapati dalam kitab Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri ), surat Al-Mulk merupakan salah satu pencegah dari siksa kubur yang amat dahsyat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“surat Tabaarak (Al-Mulk –ed) adalah penghalang siksa kubur.”[1]
Masih dalam kitab yang sama, kurasakan kengerian yang mencekam. Bagaimana tidak, siksa kubur memiliki macam “pilihan”. Diantaranya tubuh seseorang akan dipukul dari besi, pula, dihimpit oleh dinding kubur hingga tulang belulang remuk. Amal buruk akan menjelma menjadi sosok manusia dengan muka dan pakaian sangat buruk lagi berbau busuk. Ia akan duduk di samping si mayit. Dan pula adzab-adzab lainnya berdasarkan hadist-hadist yang mutawwatir. [2]
Dan surat Al-Mulk lah salah satu penghalangnya. . .
>>Ada Syafa’at dan Ampunan. .
Manusia mana yang tak butuh ampunan dan syafa’at kelak di hari kiamat??
Siapakah diantara kita di akhir zaman ini yang dijamin pasti masuk surga?
Siapakah yang mampu menahan pedihnya siksa neraka?
Kudapati bahwa surat Al-Mulk akan mengadu kepada Allah pada hari Kiamat untuk membela orang-orang yang telah membacanya. Ia akan memohon dan meminta kepada Allah agar siapapun yang membacanya diselamatkan dari siksa neraka.[3]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“sesungguhnya di dalam al-quran ada satu surat sebanyak tiga puluh ayat, ia akan memberikan syafa’at kepada seseorang (yang membacanya –ed) sehingga dia (orang tersebut –ed) diampuni, surat itu adalah Tabaarak (Al-Mulk). [4]
Subhanallah. .
~AKU DAN SURAT AL-KAHFI~
Pada saat “asyik” memikirkan surat pertama sebagai tebakan, pikiranku terganggu oleh pilihan tebakan ke-dua yaitu surat Al-Kahfi. Jika itu benar maka ayat-ayat yang kudengar dari remaja tadi adalah ayat-ayat setelah 10 ayat pertama surat Al-Kahfi tersebut.
>>Dan Imam Syafi’i pun Senang. .
Berbicara tentang surat ini, ia termasuk salah satu surat yang tersohor di kalangan penuntut ilmu syar’i terlebih para ulama.
Kudapati ucapan Imam Syafi’i bertutur tentang kesukaan beliau dalam membaca surat Al-Kahfi:
“aku menyukai membaca surat Al-Kahfi pada malam dan hari jum’at karena (adanya -ed) faidah dan hikmah yang dikandungnya.” [5]
Ucapan beliau ini kutemui dalam kitab Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah) yang dikarang oleh Syaikh Jabir as-Saidi. Tentu saja sang imam memilki landasan dalil yang menjadikan beliau senang membaca surat tersebut. Dan memang benar pula bahwa Allah ‘azza wajalla telah mengabarkan keutamaan surat Al-Kahfi melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
>>Ada Cahaya Menyinari. . .
Kutemukan hadist Abu Sa’id Al-Khudri dalam sebuah kitab karangan Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at maka dia akan diterangi/disinari dengan cahaya dalam tenggang waktu antara hari itu dan dua jum’at.” [6]
Subhanallah, siapakah yang tak ingin disinari cahaya oleh Allah ‘azza wajalla??
>>Ganti Yaasin dengan Al-Kahfi. .
Membaca ucapan sang imam dan hadist agung tersebut, aku berpikir, sudah seyogyanya orang-orang yang melazimkan diri membaca surat Yaasin setiap malam Jum’at agar menggantinya dengan melazimkan diri membaca surat Al-Kahfi.
Sedikit tentang surat Yaasin, kutemukan risalah yang bagus dalam membahas derajat hadist-hadist yang membicarakan fadhilah/keutamaan surat Yaasin. Kuketahui sekitar ada tujuh hadist dan semuanya tidak sah. Anda bisa membaca lebih lengkap dalam buku Al Masa-il Jilid Pertama yang disusun oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat. Lebih tepatnya pada halaman 284-291. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Darus Sunnah.
>>Dan Dalil Shahih Itu Lebih Utama. . .
Dan aku yakin seyakin-yakinnya bahwa mengikuti dalil yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama dan lebih mengikuti petunjuk. Kembali kudapati ucapan agung terlontar dari lisan Imam Syafi’i seperti yang dikutip Syaikh al-Albani dalam kitabnya Sifah Shalatin Nabi .
Imam Syafi’i berkata:
“setiap permasalahan yang berkenaan dengannya terdapat hadist yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menurut ahli periwayatan (hadist) dan (hadist shahih tersebut -ed) bertentangan dengan apa yang aku katakan maka aku menarik kembali pendapatku baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati”. [7]
>>Hadirkan Ketenangan di Beranda Rumah (Binatang Itu Lari dan Ada Awan Menaungi)
Ketenangan jiwa sangat dibutuhkan seseorang dalam melakoni terjalnya kehidupan. Apalagi fitnah-fitnah zaman selalu menghampiri. Jiwa yang tenang akan mampu mengusir gundah dan menepis cemas.
Kudapati dalam kitab Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir , ada seorang laki-laki yang membaca surat Al-Kahfi dan di dalam rumahnya ada binatang. Sembari dia membaca surat tersebut, tiba-tiba binatang keluar melarikan diri. Laki-laki tersebut kemudian melihat ke luar. Ternyata ada awan atau mendung yang menaunginya. Selanjutnya, dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan segera menceritakan apa yang dialaminya.
Mendengarnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab:
“bacalah surat Al-Kahfi karena sesungguhnya ia merupakan ketenangan yang turun bersamaan dengan al-quran atau turun untuk al-qur’an.” [8]
Subhanallah. Begitu agungnya surat tersebut hingga binatang menjauh dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Kahfi. Awan atau mendung pun datang menaungi sosok yang membacanya.
>>Terlindung pula dari Sosok Pembawa Sungai Api. .
Aku masih ingat sekitar 13 tahun lalu ketika guruku di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) menceritakan prosesi dalam episode menjelang kiamat. Aku begitu takut apalagi dikisahkan tentang Dajjal.
Siapakah diantara anda yang tidak pernah mendengar nama Dajjal?
Kudapati dalam kitab Asyraatus Saa’ah bahwa Dajjal adalah fitnah yang paling besar semenjak Allah ‘azza wajalla menurunkan nabi Adam ‘alaihissalam hingga menjelang hari kiamat. Dajjal mampu memerintahkan langit (atas kehendak Allah ‘azza wajalla) untuk menurunkan hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman dan kemampuan-kemampuan luar biasa lainnya yang menyebabkan banyak manusia terpukau. Padahal dia adalah pendusta.[9]
>>Pengikut Dajjal. .
Masih dalam kitab yang sama, kudapati bahwa Dajjal memiliki pengikut dari orang-orang Yahudi, ‘Ajam (non arab), bangsa Turk, dan manusia dari berbagai golongan serta pula sebagian mereka adalah orang-orang arab dusun dan juga (kebanyakan) para wanita.[10]
>>Dan Aisyah pun Menangis. .
Akupun kaget ketika kuketahui dalam kitab Qashash Al-Ghaib Fii Shahih Al-Hadist An-Nabawi bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha menangis. Beliau menangis saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya perihal tangisan isterinya tersebut. Aisyah radhiallahu ‘anha pun menjawab:
“engkau menyebutkan (tentang) Dajjal sehingga aku menangis”. [11]
>>Sekiranya Dajjal Muncul. . .
Mendengar jawaban aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya:
“sekiranya dia (Dajjal -ed) muncul sedangkan aku masih hidup maka cukup akulah yang melindungi kalian semua. Sedangkan jika Dajjal muncul sepeninggalku maka Tuhanmu tidaklah cacat sebelah mata.” [12]
Subhanallah. Wanita sekaliber Aisyah bercucur air mata ketika mendengar kisah Dajjal. Dan memang demikianlah dahsyatnya fitnah Dajjal di akhir zaman.
Namun begitu, sekiranya memang ditakdirkan berjumpa dengan Dajjal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan salah satu resep agar terlindung dari fitnahnya.
>>Ada Resep Agar Terlindungi. .
Kutemukan resep tersebut dalam hadist an-Nawwas bin Sam’an yang cukup panjang. Hadist tersebut mutawatir sekali dan diriwayatkan Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam Shahih mereka, Ashhab As-Sunan, dan lain-lain.
Dalam hadist tersebut disebutkan,
“barang siapa berjumpa dengannya (Dajjal -ed), hendaknya membacakan pembukaan surat Al-Kahfi di hadapannya.” [13]
Umumnya para penuntut ilmu mengetahui resep tersebut yaitu dengan membacakan pembukaan surat Al-Kahfi.
Dengan rasa cinta yang tinggi nan penuh kasih kepada umatnya, kudapati pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan wejangan agar menghafal sepuluh ayat pertama surat tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“barang siapa yang hafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi maka ia akan dilindungi dari (fitnah) Dajjal.” [14]
Beliau pula bersabda:
“barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi maka ia akan dilindungi dari fitnah Dajjal. ” [15]
>>Dan Akhirnya. . .
Setelah kubaca hadist-hadist tersebut dalam kitab-kitab yang ada, menurutku, salah satu faidah agung kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk membaca surat tersebut setiap minggu di hari atau malam jum’at adalah agar umatnya benar-benar menyiapkan “bekal” sekiranya Allah mentakdirkan kita berjumpa dengan Dajjal. .
wallahu a’lam. . .
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
***
Selesai ditulis menjelang pernikahan seorang sahabat di hari ahad pada pertengahan sya’ban.
ENDNOTES:
[1]. Ash-Shahihah no. 1140
[2]. Lihat Kitab Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri) hal 37-38
[3]. Lihat ibid hal. 169
[4]. Shahih: HR abu dawud. Dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jami no. 2091
[5]. Lihat Kitab Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah)
[6]. Shahih: HR al-Hakim (II/368), al-Baihaqi (III/249)
[7]. Lihat kitab Sifah Shalatin Nabi hal 66-67
[8]. HR. al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihain.
[9]. Lihat kitab Asyraatus Saa’ah hal 326-327
[10]. Lihat ibid hal. 324
[11]. Disandarkan al-Albani kepada Ibnu Hibban, Ahmad dan selain keduanya. Beliau juga mengatakan bahwa isnadnya shahih.
[12]. Ibid
[13]. HR. Muslim no. 2937
[14]. HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasai dan at-Tirmidzi dan at-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan shahih.
[15]. HR. Muslim dan an-Nasa’i
MARAJI:
1. Al-Jumu’ah, Adab wa Ahkam (Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah) karya Syaikh Jabir As-Saidi. Penerbit Aqwam, Solo (2008), cetakan ke-1
2. Qashash Al-Ghaib Fii Shahih Al-Hadist An-Nabawi karya Dr. Umar Sulaiman al Asyqar. Penerbit Darul Falah, Bekasi (2009), cetakan ke-1.
3. Asyraatus Saa’ah karya Syaikh Yusuf Bin Abdillah Bin Yusuf Al Wabil. Pustaka Ibnu Katsir, Bogor (2008), cetakan ke-2.
4. Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsir disusun oleh Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Bogor (2007), Jilid ke-5, cetakan ke-3.
5. Sifah Shalatin Nabi
6. Shalaatul Mu’min (Mafhuum Wa Fadhaa-il Wa Aadaab Wa Anwaa’ Wa Ahkam Wa Kaifiyyah Fii Dhau-il Kitab Wa Sunnah) karya Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani. Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Bogor (2006), Jilid ke-2 cetakan ke-1.
7. Al Qabru (‘Adzaabul Qabri… Wa Na’iimul Qabri ) karya Syaikh Asyraf Bin ‘Abdirrahim. Penerbir Pustaka Ibnu Katsir, Bogor (2008), cetakan ke-3.
8. Al Masa-il karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat. Penerbit Darus Sunnah, Jakarta Timur (2008), Jilid ke-1, cetakan ke-7.
0 komentar:
Posting Komentar