Ketika angin zaman menerpamu ...
Di atas cadas ataupun lumpur cemar ...
Teruslah mewangi wahai kuntumku ...
Tetaplah indah di padang liar ...
Hingga kaulah yang akan dipetik ...
Sebab mekarmu hanya sekali ...
Setetes cinta yang tertawan ...
Dan benih kasih yang tersipu ...
Berbalut asa dan doa ...
Hingga tibalah tiupan ruh ...
Jadilah,... Maka jadilah kamu ...
Putriku Terkasih...
Ilalang yang terhampar ...
Desir angin dan dengung kumbang-kumbang ...
Angin zaman memang telah berubah arah ...
Sampai waktu milikmu akan tiba ...
Jangan pernah hilang wangimu tersia-sia ...
Telah puas kau jaga ...
Mekarnya kuntum nan dinanti ...
Wangi bertabur sari madu ...
Pesona bening takkan pernah terganti ...
Ilalang iri belalang dan kumbang menanti ...
Putriku tercinta ...
Cahaya cinta yang diberkati ...
Dibalut karunia dan ridha Ilahi ...
Inilah hari yang dinanti ...
Ketika madu suci temukan kumbang sejati ...
Menjaga dan memiliki wangimu dengan nama-Nya ...
Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu itu ...
Seorang pemuda yang meminangmu ...
Putriku terkasih ...
Memandang lelapmu dalam dekapan sang ibu selama ini,
selalu membuatku yakin bahwa segalanya akan berjalan baik-baik saja ...
Menikmati lembut nafasmu di atas buaian,
selalu membuat nyaman perasaanku di saat itu ...
Lalu masa-masa yang indah itu dengan cepat telah berlalu ...
Dan usia terus saja mengambil jatahnya ...
Hingga ketika hari telah berganti minggu, dan bulan pun menapak tahun,
tiba-tiba baru kusadari bahwa tak lama lagi kau akan lepas dari sisiku ...
Karena sudah tiba waktunya kau harus pergi. Menjemput kehidupan milikmu sendiri ...
Ya, sudah saatnya kau harus kulepaskan menuju kehidupan baru di luar sana ...
Putriku tercinta ...
Dunia luar ...
Adalah sebuah tempat yang sama sekali tak ramah, putriku. Sebuah ruang di mana kau harus mampu untuk tetap bertahan di tengah-tengah segala ancaman yang bakal terus menghadangmu ...
Dengan bumi yang semakin tua serta dipenuhi oleh beragam fasilitas yang seharusnya bisa lebih memudahkan kehidupan. Tapi ternyata semua itu justru membuat realitas kehidupan makin bertambah kacau dan carut marut ...
Hari-hari terakhir ini, segala bentuk kekerasan dan tindak jahiliyah sudah menampakkan diri secara terang-terangan. Pergaulan bebas dengan bermacam latar belakang dan sebabnya telah makin menjauhkan manusia dari kehidupan yang ideal. Percampuran antara pria dan wanita yang melanda setiap jengkal bumi telah menjadi pemandangan biasa dan wajar.
Dan tanpa disadari oleh siapa pun, ‘kewajaran’ itu mulai menampakkan gejala-gejala yang membahayakan. Ya, berbagai macam dampak negatif atas budaya ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan) mulai muncul. Dan lagi-lagi, kaum wanita seperti dirimu adalah yang pertama kali merasakan akibatnya, langsung maupun tidak.
Lalu liputan dari berbagai media yang cuma berisikan berita-berita memiriskan jiwa. Semuanya berlomba-lomba untuk menampilkan sisi bengis dan buram wajah kehidupan. Kejahatan dan kemaksiatan di lingkungan sekitar kita hanyalah masalah waktu.
Tak ada lagi sebuah tempat pun yang benar-benar aman. Begitulah! Ketika hari ini aku kembali lagi menatap dunia yang liar itu melalui jendela rumah kita. Tiba-tiba telah digerakkan-Nya tanganku untuk menuliskan beberapa patah kata yang ingin kutitipkan untukmu.
Maka hanya kepadamulah wahai puteri tercinta, kutuliskan surat ini. Bersama baluran doa restu serta curahan rasa cintaku yang tak pernah kering, akan kupintakan pada Allah Subhaanahu wa ta'ala –Sang Pemilik setiap jiwa-, agar selalu melindungimu di dalam naungan keselamatan serta ridha-Nya.
Ketahuilah, bahwa aku sangat menyayangimu dan tak ingin kau kalah oleh liciknya jebakan dunia ...
Akhirnya, selamat memasuki masa-masa remaja, putriku!
Jagalah selalu hati dan dirimu di setiap tempat dan waktu ...
Wassalam,
Abu dan Ummumu Tercinta
- Syeikh Ali Ath-Thanthawy -
0 komentar:
Posting Komentar