Jumat, 15 April 2011

4 Kondisi Manusia: Antara Al-Qur’an dan Nyanyian*


Barangsiapa menyamakan bacaan Al-Qur’an dan nyanyian, cukuplah Allah yang membalas dan menghisabnya. Pada hari kiamat nanti, akan diketahui apakah nyanyian yang mereka senandungkan itu itu akan memberatkan atau meringankan timbangan. Dalam hal ini, manusia terbagi menjadi empat kelompok:
  1. Orang yang menyibukkan diri dengan bacaan Al-Qur’an dan berpaling dari nyanyian.
  2. Kebalikan point pertama, yaitu orang yang menyibukkan diri dengan nyanyian dan melalaikan bacaaan Al-Qur’an.
  3. Orang yang menyibukkan diri dengan keduanya. Di samping gemar membaca Al-Qur’an, ia juga gemar menyenandungkan nyanyian.
  4. Orang yang tidak menyibukkan diri dengan bacaan Al-Qur’an dan nyanyian.
Penjelasan:
1. Kondisi pertama
  • Kondisi pertama merupakan kebiasaan generasi awal umat Islam, dan kebiasaan setiap orang yang mengikuti dan menempuh jalur mereka.
2. Kondisi kedua
  • Kondisi kedua merupakan keadaan kaum musyrikin, munafikin, orang-orang fajir, fasik, ahli batil, dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka.
3. Kondisi ketiga
  • Kondisi ketiga merupakan keadaan kaum mukminin yang dalam dirinya terkumpul dua unsur sekaligus, yaitu unsur Al-Qur’an dan unsur setan. Maka, keadaan orang ini ditentukan oleh kecondongannya kepada salah satu dari keduanya.
3. Kondisi keempat
  • Kondisi keempat adalah keadaan orang yang hampa dari unsur Al-Qur’an maupun dari unsur setan. Orang ini, tidak menghiraukan keduanya. Ia tidak suka membaca Al-Qur’an, tidak pula suka mendengarkan nyanyian.
‘ala kulli  haal, barangsiapa membolehkan nyanyian setan, berdalil dengan atsar-atsar yang berisi pujian terhadap suara merdu ketika membaca Al-Qur’an, dan digunakan untuk hal yang disukai Allah, sesungguhnya ia adalah orang yang dangkal ilmu dan pengetahuannya.
—-artikel mengenai musik dan nyanyian masih akan dilanjutkan—-

0 komentar:

Posting Komentar

thank you