Rabu, 28 Juli 2010


Di dalam kehidupan di dunia ini manusia tidak lepas dari musibah dan cobaan. Maka sikap seorang mukmin adalah menerima takdir yang telah terjadi dan bersabar menghadapinya. Sebagian orang jika tertimpa musibah mengatakan ”Seandainya aku tidak melakukan ini, maka aku tidak mengalami ini”. Atau ”Seandainya aku jadi orang kaya, pasti aku tidak mengalami kesusahan ini”.
Tetapi tidaklah semua perkataan ‘’seandainya” itu terlarang, bahkan ada perincian sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Inilah sedikit keterangan dalam masalah ini yang kami ambil dari penjelasan syaikh Muhamad bin Sholih Al-’Utsaimin -semoga Alloh merohmatinya- di dalam kitab Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, juz: 2, hlm: 122-124.

1. Mengatakan ‘’seandainya” untuk menggugat syari’at.
Ini hukumnya haram, bahkan terkadang dapat menjadikan kafir orang yang mengatakannya. Di dalam perang Uhud kaum muslimin mendapatkan musibah, sehingga sekitar 70 tentara meninggal dunia. Ketika itu orang-orang munafik yang tidak ikut berperang menggugat syari’at jihad yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Mereka mengatakan: ”Seandainya mereka mentaati kita, mereka tidak akan terbunuh”. Maka Alloh Ta’ala menurunkan ayatNya:
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar”. [QS. Ali-'Imroon: 168]
2- Mengatakan ‘’seandainya” untuk menggugat takdir.
Ini hukumnya haram juga, Alloh Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.” Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. Ali-'Imroon: 156].

Maksud perkataan mereka yaitu: Jika mereka itu tinggal bersama kami, mereka tidak akan terbunuh, sehingga perkataan ini merupakan gugatan terhadap takdir Alloh Ta’ala.
3- Mengatakan ‘’seandainya” untuk mengungkapkan penyesalan.
Ini hukumnya juga haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Alloh daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada semuanya terdapat kebaikan. Hendaklah engkau bersemangat terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Alloh, dan janganlah engkau lemah. Jika ada sesuatu menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan ”Seandainya aku melakukan, niscaya terjadi ini dan itu”. Tetapi katakanlah ”Ini adalah takdir Alloh, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan”. Sesungguhnya kata ‘’seandainya” akan membuka perbuatan syetan. [HR. Muslim, no: 2664; Ibnu Majah; dan Ahmad; dari Abu Huroiroh]
4- Mengatakan ‘’seandainya” untuk menyatakan keinginan, harapan, atau cita-cita.

Ini hukumnya tergantung apa yang diinginkan itu, jika berupa kebaikan, maka dibolehkan, bahkan mendapatkan pahala, jika berupa keburukan, maka terlarang. Dalilnya adalah sabda


عَنْ أَبِي كَبْشَةَ الْأَنَّمَارِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ثَلَاثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: قَالَ مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ, وَلَا ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ عِزًّا, وَلَا فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا

وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ:

عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ
وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ

وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
(ت 2325, حم 17570و هذا لفظهما , جة 4228 بدون أوله)

Dari Abu Kabsyah Al-Anmari rodhiyallohu ‘anhu, bahwa dia mendengar Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Tiga (perkara) aku bersumpah terhadap ketiganya, dan aku akan mengatakan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah! Beliau bersabda:
• Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena shodaqoh.
• Tidaklah seorang hamba dizholimi dengan kezholiman, lalu dia bersabar terhadap kezholiman itu kecuali Alloh menambahkan kemuliaan kepadanya.
• Tidaklah seorang hamba membuka pintu permintaan, kecuali Alloh membukakan pintu kefakiran, atau kalimat seperti itu.
Dan aku akan mengatakan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah! Beliau bersabda:
Sesungguhnya dunia itu untuk 4 orang:
• Hamba yang Alloh berikan rizqi kepadanya berupa harta (dari jalan yang halal) dan ilmu (agama Islam), kemudian dia bertaqwa kepada Robbnya pada rizqi itu (harta dan ilmu), dia berbuat baik kepada kerabatnya dengan rizqinya, dan dia mengetahui hak bagi Alloh padanya. Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling utama (di sisi Alloh).
• Hamba yang Alloh berikan rizqi kepadanya berupa ilmu, namun Dia tidak memberikan rizqi berupa harta, dia memiliki niat yang baik. Dia mengatakan: “Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (orang pertama yang melakukan kebaikan itu)”.
Maka dia (dibalas) dengan niatnya (yang baik), pahala keduanya (orang pertama dan kedua) sama.
• Hamba yang Alloh berikan rizqi kepadanya berupa harta, namun Dia tidak memberikan rizqi kepadanya berupa ilmu, kemudian dia berbuat sembarangan dengan hartanya dengan tanpa ilmu. Dia tidak bertaqwa kepada Robbnya padanya, dia tidak berbuat baik kepada kerabatnya dengan hartanya, dan dia tidak mengetahui hak bagi Alloh padanya. Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling buruk (di sisi Alloh).
• Hamba yang Alloh tidak memberikan rizqi kepadanya berupa harta dan ilmu, kemudian dia mengatakan: “Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (dengan orang ketiga yang melakukan keburukan itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya, dosa keduanya sama.
(Hadits Shohih Riwayat Tirmidzi, no: 2325; Ahmad 4/230-231, no: 17570; Ibnu Majah, no: 4228; dan lainnya. Dishohihkan Syeikh Al-Albani di dalam Shohih Sunan Ibni Majah, no: 3406 dan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhus Sholihin 1/607-609, no: 557; Lihat juga: Al-Ilmu Fadhluhu Wa Syarafuhu, hal: 252-253)

5- Mengatakan ‘’seandainya” untuk menyatakan berita.
Ini hukumnya boleh. Contoh seperti perkataan: ”Seandainya aku menghadiri kajian, aku pasti mendapatkan faedah”. Contoh lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

لَوْ لاَ أَنَّ مَعِي الْهَدْيَ لَأَحْلَلْتُ

Seandainya aku tidak membawa hewan kurban, sesungguhnya aku telah tahallul. [HR. Muslim, no: 1250]

Demikian juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya oleh pamannya, Al-’Abbas bin ‘Abdul Muththolib: ”Tidakkah anda dapat menolong pamanmu (Abu Tholib), karena sesungguhnya dia dahulu melindungimu dan marah karena membelamu?”. Beliau bersabda:

هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْ لاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ

Dia berada pada neraka yang dangkal, dan seandainya bukan karena aku sesungguhnya dia berada di lapisan terbawah dari neraka. [HR. Bukhori, no: 3883; Muslim, no: 209]
Inilah perincian perkataan ‘’seandainya”, semoga bermnafaat bagi kita semua.
Al-hamdulillahi rabbil ‘alamiin.
Penulis: Ustadz Muslim Atsari

0 komentar:

Posting Komentar

thank you