Kecil, dimanja. Muda, foya-foya.Tua,kaya raya. Mati,masuk surga.
Inilah bahan candaan anak muda saat ini. Mungkin ini cuma bercanda. Namun, kadang juga ada yang punya prinsip hidup seperti ini. Begitu pula dengan seorang adik. Seorang adik dinasehati, “Dek, kamu di dunia ini hanya hidup sementara, jagalah ibadahmu.” Entah mengejek atau sekedar guyonan, dia menjawab, “Justru itu kak, kita manfaatkan hidup di dunia sekarang dengan foya-foya.”
Sungguh adik yang satu ini jauh dari agama. Hidayah memang di tangan Allah. Namun nasehat haruslah terus disampaikan karena dialah adik satu-satunya yang setiap kakak pasti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia pun telah mendapatkan kebaikan.
Dek … Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi wejangan pada seorang pemuda, yaitu Ibnu ‘Umar. Berikut sabdanya,
“Hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau bahkan seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)
Adikku, negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan di sini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah akhirat. Adikku, yang namanya orang asing adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia dapat mampir sementara di negeri asing tersebut.
Lalu dalam hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.Wahai adikku, semoga engkau selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok.
Itulah adikku, permisalan yang dibuat oleh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.
Lalu dalam hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.Wahai adikku, semoga engkau selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok.
Itulah adikku, permisalan yang dibuat oleh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.
Renungkan juga hadits ini
Adikku, permisalan yang bagus pula dapat engkau renungkan dalam hadits berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)
Lihatlah adikku, permisalan yang sangat bagus dari suri tauladan kita. Hidup di dunia sungguh sangat singkat. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Adikku … Segera kembalilah ke jalan Allah, ingatlah akhirat di hadapanmu
Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.
Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.
Ali berkata, “(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”
Adikku, ingatlah akhiratmu. Ingatlah kematian dapat menghampirimu setiap saat dan engkau tidak dapat menghindarinya. Janganlah terlalu panjang angan-angan. Siapkanlah bekalmu dengan amal sholeh di dunia sebagai bekalmu nanti di negeri akhirat. Perbaikilah aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah shalatmu janganlah sampai bolong, tutuplah auratmu dengan sempurna janganlah sampai mengumbarnya, dan berbaktilah pada ortumu dengan baik.
Semoga Allah memberi taufik padamu. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin.
Semoga Allah memberi taufik padamu. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin.
Disusun di Pangukan-Sleman, 10 Dzulqo’dah 1429,
saat sore hari ketika Allah menganugerahi berkah hujan dari langit.
Rujukan :
Fathul Bari, Ibnu Hajar
Ma’arijul Qobul, Al Hafizh Al Hakami
Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin
Fathul Bari, Ibnu Hajar
Ma’arijul Qobul, Al Hafizh Al Hakami
Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin
***
Artikel http://rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar