Selasa, 15 Februari 2011

Waktu

Kiky Umaymah Farras
Betapa banyak orang yang pada awalnya berada di atas jalan hidayah dan ketaatan, namun lambat laun kehidupannya mulai berubah. Yang tadinya rajin sholat lima waktu berjama'ah, sholatnya menjadi bolong-bolong. Yang tadinya semangat mengikuti kajian, sedikit-demi sedikit semangatnya kendor sampai akhirnya hidayah yang telah didapat hilang begitu saja. wal 'iyadzu billah. Sungguh benar sabda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam:

“Maka demi Alloh yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain-Nya! Sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka ia memasukinnya.” (HR. al-Bukhori: 3208, HR. Muslim: 2643)

Waktu Akan Terus Berjalan Sungguh al-Qur’an dan Sunnah telah banyak mengingatkan tentang betapa bernilainya waktu di sisi hamba yang beriman. Alloh telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar. Ladang yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang sangat jelas. Alloh berfirman:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. al-Ashr [103]: 1-3)
Dalam ayat ini Alloh bersumpah dengan masa (waktu). Dia merupakan modal untukmencari keberuntungan dengan amal sholih. Namun ia juga merupakan cobaan karena orang yang berpaling dari petunjuk akan merugi. Di dalamnya terdapat pelajaran dan keajaiban bagi yang mau berfikir.

Waktu adalah sebuah nikmat pemberian Alloh yang besar, firman-Nya: “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang memahami (Nya).” (QS. an-Nahl [16]: 12)

Alloh berfirman pula:
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. al-Furqon [25]: 62)

Namun, ketahuilah wahai saudaraku seiman, waktu ini akan terus berjalan dan berganti, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. Waktu hanyalah zaman yang singkat, dia akan pergi dan tak akan kembali. Termasuk kebodohan kita terhadap urgensi waktu ialah kita merasa senang bila matahari telah tenggelam pada setiap harinya, padahal ini menunjukkan bahwa umur kita akan berkurang dan tidak akan kembali lagi!.

Abdulloh bin Mas’ud rodliyallohu 'ahu berkata:
“Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap matahari yang telah tenggelam pada hari ini, usiaku berkurang akan tetapi amalanku tidak bertambah.”

Imam Hasan al-Bashri rahimahulloh berkata:
“Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak Adam kecuali hari itu akan berkata padanya: Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, apa yang telah engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu.”

Sungguh perkara ini sangat penting untuk diperhatikan. Banyaknya orang yang berguguran di jalan hidayah hendaknya menjadi pelajaran berharga agar kita selalu merawat dan menjaga hidayah yang sudah kita raih. Berusaha sekuat tenaga untuk istiqomah dan melawan segala godaan setan yang bernafsu untuk menyesatkan dari jalan petunjuk.

Tidak ada jalan yang selamat kecuali tegar di atas jalan ketaatan dari awal sampai akhir kehidupan. Seorang hamba dikatakan selamat jika dia tetap dalam keadaan baik pada akhir hidupnya.
Salah satu penyakit berbahaya yang menimpa umat manusia dewasa ini adalah penyakit lalai. Bila penyakit ini menjangkiti jiwa seseorang maka dia akan merasa malas, hatinya menjadi beku, asyik dengan segala macam maksiat, lupa beribadah merasa di luar pengawasan Alloh dan rela menjual akhirat yang penuh kenikmatan dengan dunia yang penuh kepayahan. Hidupnya hanya untuk dunia, hari-harinya dipenuhi dengan dosa, sehingga dirinya jauh dari petunjuk Alloh . Seseorang yang mengaku dirinya muslim dan merasa ada gejala terjangkiti penyakit ini maka ia harus segera bangkit, bertobat dan memperbaiki diri, agar dia menjadi orang yang sukses dunia akhirat.

Oleh: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman
Disalin dari Majalah Al-furqon, Tazkiyatun Nufus 101

0 komentar:

Posting Komentar

thank you