Sumber : Buletin Syabaabus Sunnah
Di antara nikmat Allah yang telah diberikan kepada para pemuda islam adalah
berbondong-bondongnya mereka menuju majelis-majelis ilmu dan kehadiran para ulama
dengan segala kemampuan mereka, untuk meneguk segarnya ilmu dan mencari pelita
dari pendapat dan nasihat mereka. Kapanpun para pemuda islam menjaga diri dengan
ilmu, maka mereka akan mampu menghadapi kesulitan dan memikul beban kehidupan
ini.
Dengan ilmu, seorang muslim dapat beribadah kepada Allah secara benar, terbina
akhlaknya, hilang rasa dengkinya, dan akan lembut hatinya. Orang yang memiliki ilmu,
maka diamnya, bicaranya, berpakaiannya, dan semua urusannya akan menjadi contoh
bagi orang lain.
Orang berilmu laksana hujan. Dimana pun ia jatuh akan bermanfaat, baik itu di
rumah, masjid, pasar, atau di tengah masyarakat. Karena itu sebaiknya masing-masing
kita segera bergabung dengan para penuntut ilmu, memanfaatkan majelis-majelis
mereka dan mengambil manfaat dari pembicaraan mereka.
Dalam menuntut ilmu syar’i ada hal-hal yang menjadi penghalang dalam
menuntut ilmu. Kesemua hal ini adalah hal-hal yang sangat merusak proses
pembelajaran seseorang dalam menekuni ilmu syar’i. Di antara hal-hal tersebut antara
lain adalah:
Keliru Niat
Niat adalah dasar dan rukun sebuah amal. Apabila niat itu salah dan rusak,
maka amal yang dikerjakan akan ikut salah dan rusak, sebesar salah dan rusaknya niat.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang
itu akan mendapatkan dari amalnya sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR.
Muttafqun Alaih)
Apabila niat itu tercampuri dengan tujuan kotor dalam segala bentuknya, seperti
ingin tampil, ingin terkenal, atau ingin menguasai majelis, maka hal ini dijamin akan
menjadi penghalang bagi orang yang memiliki niat itu dalam mencari ilmu. Imam
Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, “Tidak ada urusan yang lebih berat bagiku kecuali
menjaga niatku.” Begitu juga Imam Ad-Daruquthni mengatakan, “Kami mencari ilmu
bukan karena Allah, tapi ilmu tersebut menolak , sehingga ilmu hanya karena Allah.”
Ingin Terkenal dan Ingin Tampil
Ini termasuk dalam pembahasan niat. Karena sangat pentingnya permasalahan
ini maka harus diuraikan secara tersendiri. Ingin terkenal dan ingin tampil adalah
penyakit kronis yang tidak seorangpun dapat selamat darinya kecuali orang yang dijaga
oleh Allah. Imam Asy-Syathibi berkata,”Sesuatu yang paling terakhir hilang dari orangorang
yang shalih adalah keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk tampil”.
Apabila niat seorang penuntut ilmu ingin terkenal namanya, ingin selalu disebutsebut
dan ingin selalu dihormati dimana saja ia berada dan berjalan dan tidak ada yang
ia inginkan kecuali hal itu, maka ia telah menempatkan dirinya pada posisi berbahaya.
Yaitu ibadahnya yang berupa menuntut ilmu syar’i tidak akan diterima oleh Allah.
Hal ini karena syarat diterimanya suatu amal ibadah adalah beriman, ikhlas karena
Allah, dan tata cara ibadahnya sesuai atau tidak bertentangan dengan sunnah
Rasulullah.
Lalai Menghadiri Majelis Ilmu
Para ulama salaf berkata bahwa ilmu itu didatangi dan tidak mendatangi.
Namun kini, kita dapat mengatakan bahwa ilmu itu mendatangi kita namun sedikit
sekali kita mendatanginya. Majelis-majelis ilmu yang ada dan pelajaran yang diajarkan
jika tidak kita manfaatkan, maka nanti kita akan menggigit jari sepenuh penyesalan.
Orang-orang yang tidak lalai dalam menghadiri majelis ilmu syar’I insya Allah akan
mendapat dua keberuntungan, yaitu; mendapatkan ilmu dan kebahagiaan di akhirat
kelak.
Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan
Alasan ini dijadikan oleh setan laknatullah sebagai penghalang seseorang dalam
mencari ilmu. Kesibukan-kesibukan yang ada adalah penyebab utama yang menghalangi
seorang penuntut ilmu untuk hadir di majelis ilmu dan mendapatkan banyak ilmu. Tapi
bagi orang yang hatinya dibuka oleh Allah, ia akan mengatur waktunya dan
menggunakannya sebaik mungkin untuk mencari ilmu islam. Dengan begitu ia akan
merasakan banyak manfaat.
Menyia-nyiakan Kesempatan Belajar di Waktu Kecil
Seseorang akan merasa iri ketika melihat orang-orang yang lebih muda, lebih
bersemangat darinya dan datang paling awal dalam majelis ilmu. Hal ini karena ia telah
menyia-nyiakan masa-masa lalu yang tidak dia gunakan untuk menuntut ilmu.
Semoga Allah merahmati Umar bin Khaththab mengatakan, “Pahamilah ilmu
agama ini sebelum tua.” Imam Bukhari menasihatkan, “Tuntutlah ilmu walaupun setelah
kalian tua, karena para sahabat Nabi belajar pada saat mereka tua.”
Enggan Mencari Ilmu
Di antara penyebab enggan mencari ilmu adalah dengan alasan bahwa ia
berkonsentrasi mengikuti informasi terkini dan mengetahui peristiwa yang sedang
terjadi. Tentang masalah ini manusia berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang
berlebih-lebihan, ada yang menyepelekan, dan ada yang menyikapinya dengan arif.
Sikap yang pertama dan kedua adalah sikap yang keliru. Ilmu yang anda cari
mendorong anda untuk mengetahui keadaan anda. Anda tidak bisa mengatasi masalah
atau musibah yang menimpa anda kecuali dengan meletakkannya pada timbangan
syariat.
Orang yang enggan mencari ilmu dan menghabiskan ilmunya untuk membaca
Koran dan majalah untuk mencari permasalahan terkini dan memikirkan
penyelesaiannya tanpa merujuk kepada para ulama adalah orang yang sangat merugi.
Ini dilakukannya karena perasaan besar kepala dan kepercayaan diri yang berlebihan
seakan-akan ia adalah orang yang ahli dan pantas untuk menganalisis permasalahan
ummat. Padahal ia melakukannya di atas kebodohan tanpa ilmu islam yang memadai.
Jadilah ia tukang berkoar yang hanya memperkeruh permasalahan umat Islam yang
kerjaannya selalu ingin “aksi” dan bertingkah bak pahlawan kesiangan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah termasuk orang yang paling tahu tentang keadaan
dan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Di zamannya terjadi berbagai fitnah,
musibah, dan masalah yang menimpa kaum muslimin.
Dengan ilmunya, ia dapat mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di
tubuh kaum muslimin dengan mendapatkan solusi dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan
berbagai disiplin ilmu lainnya. Allah tidak menurunkan suatu musibah/penyakit kecuali
ada obatnya. Tidaklah musibah itu terjadi kecuali ada jalan keluar dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Ini adalah perkara yang tidak perlu diragukan lagi.
Menilai Baik Diri Sendiri
Yang dimaksud adalah merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang apabila
mendengar orang lain memujinya. Pada umumnya sifat suka dipuji adalah pintu
masuknya setan dalam diri manusia.
Apabila anda ingin tahu bahayanya suka dipuji maka perhatikanlah ketaatan
anda yang mulai menurun. Lalu perhatikannlah orang yang telah memuji anda.
Sungguh, seandainya ia tahu apa yang anda kerjakan berupa kemasiatan terhadap Allah
dan Rasul-Nya, apakah ia akan tetap memuji anda?
Tidak Mengamalkan Ilmu
Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya keberkahan
ilmu. Orang yang memilikinya akan diminta pertanggung jawaban atas ilmunya. Allah
benar-benar telah mencela orang-orang yang berbuat seperti ini. Allah berfirman: “Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu
kerjakan.” (Ash-Shaff:3)
Ali bin Abi Thalib berkata: “Ilmu itu dipanggil dengan mengamalkannya. Bila
dipanggil ia akan menjawab dan jika tidak ia akan pergi.
Putus Asa dan Rendah Diri
Janganlah merasa rendah diri jika anda lemah hapalan, lemah pemahaman,
lambat dalam membaca atau cepat lupa. Semua penyakit ini akan hilang jika anda
meluruskan niat dan mencurahkan usaha. Imam al-askari menceritakan tentang
dirinya: “Ketika pertama kali menuntut ilmu, menghapal itu sangat susah bagiku. Lalu
aku membiasakan diri untuk menghapal syair dalam satu malam. Padahal syair tersebut
hampir dua ratus bait. Takdiragukan lagi, semua ini diperoleh melalui kesungguhan
yang terus menerus.
Karena itu janganlah anda merasa rendah diri. Ikhlaskanlah niat untuk Allah.
Curahkanlah segala usaha. Isilah waktu anda dengan membaca. Dengan begitu anda
akan melihat bahwa anda memperoleh kebaikan. Imam Bukhari mengatakan, “Obat lupa
adalah senantiasa membaca kitab.” Selanjutnya meninggalkan maksiat adalah sebab
paling utama dalam membantu kuatnya hapalan.
Terbiasa Menunda-nunda
Menunda pekerjaan dan berangan-angan ini telah dijelaskan oleh Ibnu Qayyim,
“sesungguhnya berangan-angan itu adalah senjata utama iblis untuk menggoda
manusia.” Menunda-nunda artinya, apabila seseorang hamba berkeinginan
melaksanakan kewajiban setelah beberapa waktu dari umurnya. Orang ini tidak tahu
bahwa ajal dapat menjemputnya setiap saat.
Diriwayatkan bahwa Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata, “Janganlah kamu
menunda-nunda pekerjaan. Sesungguhnya anda adalah orang yang berada pada hari ini,
bukan pada hari esok. Seandainya anda mendapati hari esok, maka tetaplah anda seperti
kemarin.
Karena, jika anda tidak mendapatkan hari esok, maka anda tidak akan menyesal
dengan waktu yang telah anda pergunakan hari ini.” Karena itu bagi setiap orang yang
ingin mendapatkan ilmu dan ingin berkepribadian orang yang berilmu, hendaklah
jangan menyia-nyiakan sedikitpun dari waktunya. Sesungguhnya apabila seseorang itu
mau membaca tentang kesungguhan para ulama pendahulu dalam menggunakan
waktunya, niscaya akan merasa heran.
Inilah beberapa dari penghalang dalam menuntut ilmu syar’i. Apabila hal ini
dibiarkan saja berada dan berkembang dalam diri seorang mukmin, maka kebodohan
akan menjalar secara kolektif dalam tubuh umat islam. Sehingga umat islam menjadi
bodoh akan agamanya dan akan sangat mudah kehilangan kekuatan serta kewibawaan
dihadapan orang-orang kafir. Apabila sudah seperti ini maka kita akan seperti buih di
lautan atau seperti makanan yang dikerumuni oleh orang-orang kafir musuh Allah dan
Rasul-Nya. Semoga Allah menolong kaum muslimin dari jurang kebodohan dan kehinaan
dan mengalahkan kaum kufar.
Maraji’ :
As-Sadhan, Abdul Aziz bin Muhammad, “Bimbingan Menuntut Ilmu”, Pustaka At
Tazkia, Jakarta, 2006.
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya : www.abualbinjy.wordpress.c
Artikel www.abualbinjy.wordpress.c
0 komentar:
Posting Komentar