Keluarga sakinah, ialah keluarga yang tenang, tenteram dan damai. Selain Keluarga sakinah adalah dambaan dan cita-cita setiap pasutri muslim dan muslimah. Bahkan hampir seluruh pasangan calon pasutri mendambanya. Namun tidak semua pasutri dengan mudah menggapai dan meraihnya. Sebab “sakinah” merupakan sepatah kata yang makna serta perwujudannya tidak sesingkat dan semudah penyebutannya. Namun begitu Alloh yang berkehendak berkumpulnya pasangan-pasangan hambaNya menuntun mereka agar sampai padanya.
Islam sebagai agama yang syamil lagi kamil, datang dengan syari’at yang membuka solusi terbaik dari kesulitan diatas. Islam memberikan sarana yang paripurna untuk meraih ke-sakinahan. Maknanya menggapai ke-sakinahan hanya akan dengan mudah dilakukan dengan Islam. Yaitu tatkala Islam dijadikan sebagai dasar dan pokok segala urusan seseorang maka kesulitan pun akan berubah menjadi kemudahan. Bukankah Alloh telah berfirman:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.QS.al-Baqoroh [2]:185
Dan bukankah memang Islam itulah pokok segala urusan?! Rosululloh telah nyatakan hal ini dalam sabda beliau:
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
Pokok segala urusan adalah Islam, pilar-pilarnya adalah sholat, sedangkan puncak bangunannya adalah jihad.[1]
Berangkat dari pemahaman ini, maka setiap insan yang hendak menyatukan asa, cita dan cintanya kepada calon pasangannya, mustahil akan bersatu asa mereka, mustahil pula akan padu cita dan cinta mereka meskipun kenyataan jasad-jasad mereka telah benar-benar bersatu, bila tanpa Islam dengan kesempurnaan syari’atnya sebagai pijakan pokoknya.
Saudara-saudariku pasutri semoga Alloh memberkahi kita semua, sebagaimana Islam memiliki pilar-pilar penegak bangunannya yang tinggi menjulang, maka keluarga sakinah pun tidak akan tegak selain dengan ditegakkannya pilar-pilar penopangnya. Tatkala setiap pasutri telah menjadikan Islam dengan seluruh syari’atnya sebagai asas dan pokok bangunan rumah tangganya, berarti mereka telah memiliki modal yang sangat besar lagi berharga untuk mengembangkan usaha berdua menggapai keluarga sakinah. Tinggal bagaimana setiap pasutri muslim ini menata dan merapihkan pilar-pilar kesakinahan yang harus mereka ambil dari antara mutiara-mutiara indah syari’at Islam yang telah disiapkan dan disediakan oleh Alloh dengan begitu melimpah. Sehingga butiran-butiran mutiara syariat Islam yang indah itu tertata dan tersusun rapih sebagi pilar-pilar bangunan rumah tangganya dan menghiasi seluruh sisi serta sudut-sudutnya.
Yang harus dipahami bersama, bahwa ternyata usaha menggapai keluarga sakinah tidak bisa dilakukan dan cukup diawali dari sejak terjalinnya ikatan akad pernikahan setiap pasutri. Namun jauh sebelum itu setiap diri muslim maupun muslimah harus telah mempersiapkannya. Telah siap dengan kesholihannya sebelum menikah. Telah siap dengan kesholihan pula menjelang, disaat dan setelah menikah, sebagaimana telah siap dengan kesholihan dan ketlatenan pula dalam bersama-sama menguntai dan menata pernik-pernik mutiara indah syari’at Islam sebagai perhiasan diri pasutri serta sebagai pilar-pilar tegaknya rumah tangganya. Dengan inilah keluarga sakinah akan digapai, dengan ini pula Alloh menjanjikan sakinah, ketenangan, ketentraman serta kedamaian hidup.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. QS. An-Nahl[16]: 97
Bila masing-masing diri dalam pasutri sudah siap dengan kesholihan masing-masing, maka dalam ayat berikut ini Alloh menjajikan kehidupan yang baik berupa kesakinahan. Alloh berfirman:
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa tenang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. QS. Al-A’rof[7]: 189
Wallohu A’lam
[1] (HR. Tirmidzi dalam sunannya, dan beliau mengatakan hadits ini hasan shohih, juga diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah).
0 komentar:
Posting Komentar