Rabu, 01 Desember 2010

JANGAN SOMBONG




sombong
Oleh: Abu Abdillah al-Atsari
Sombong merupakan perangai tercela menurut dien, fithrah, dan akal. Orang sombong dibenci oleh Alloh dan manusia. Tidak ada yang berhak sombong kecuali Alloh semata. Dialah Pencipta dari alam semesta ini. Sebaliknya, manusia adalah makhluk yang lemah, maka pantaskah makhluk yang lemah bermegah-megahan dan sombong dihadapan penguasa langit dan bumi?? Namun realita yang ada, masih banyak manusia yang terbuai mimpi, tidak menyadari hakikat akan dirinya. Dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, meremehkan manusia, memandang dirinya maha sempurna segala-galanya. Semoga pembahasan kali ini dapat menyadarkan kita semua akan tercelanya sifat sombong.Alloh Muwaffiq.
Definisi Sombong
Sombong, sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits,
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim, 91)
Berkata al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali Rohimahulloh tatkala mengomentari hadits di atas, “Orang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya. Dia memandang rendah orang lain, meremehkan, dan menganggap orang lain tidak pantas mengerjakan suatu urusan, sombong menerima kebenaran jika datang dari orang lain.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam 2/275)

Raghib al-Asfahani mengatakan, “Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari yang lain. Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Robbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mengesakan-Nya.” (Fathul Bari 10/601, lihat pula Umdatul Qari’ 22/140)
Hukum Sombong
Tidak diragukan lagi bahwa sombong hukumnya haram, termasuk dosa besar. Hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dan jangnlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Sahabat mulia Ibnu Abbas Rodhiyallohu Anhuma ketika menafsirkan firman Alloh Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia ia berkata, “Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika mereka berbicara kepadamu.” (Tafsir ath-Thabiri 21/74)
Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Firman Alloh ‘Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh,’ maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, lagi berbuat semena-mena. Jangan kamu lakukan itu semua yang menyebabkan Alloh akan murka kepadamu.” (Tafsir al-Qur’ân al-Azhim 3/417)
Demikianlah larangan Alloh yang sangat tegas mencela sifat sombong. Ayat-ayat dan hadits Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam masalah ini banyak sekali, sebagaimana pembaca akan mengetahuinya sebentar lagi –Insya Alloh-. Cukuplah penulis tampilkan sebuah hadits sebagai penguat keharaman sifat sombong. Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun seberat biji sawi.” (HR. Muslim 91)
Imam Nawawi berkata, “Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong, yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka serta menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim 2/269)
Celaan Bagi Orang Yang Sombong
Ketahuilah wahai saudaraku –Semoga Alloh memberikan taufik kepadamu- sangat banyak ayat al-Qur’ân dan hadits Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam yang mencela dan memberikan peringatan keras terhadap sifat sombong. Berikut penulis nukilkan sebagiannya agar menjadi pelajaran bagi kita semua dan peringatan bagi orang-orang yang sombong dan angkuh.
1.      Melanggar perintah Alloh
Orang yang sombong telah menerjang larangan Alloh dan Rasul-Nya. Karena sifat sombong merupakan perangai tercela yang harus dijauhi. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Sesungguhnya Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati, hingga tidak ada seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya atas yang lain.” (HR. Muslim 2865, Abu Dawud 4895, Ibnu Majah 4179)
2.      Penghuni neraka
Orang yang sombong, sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits, termasuk penghuni neraka.1)
Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang para penghuni surga? Mereka serentak menjawab, ‘Mau wahai Rasulloh’, Rasululloh melanjutkan sabdanya, ‘Para penghuni surga adalah orang-orang yang lemah lagi direndahkan oleh manusia. Andai ia berdoa kepada Alloh niscaya Alloh akan kabulkan.’ Kemudian beliau bertanya kembali, ‘Maukah pula aku kabarkan tentang para penghuni neraka?’ Mereka menjawab, ‘Mau wahai Rasululloh,’ Rasululloh bersabda, ‘Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar, lagi sombong.’” (HR. Bukhari 6071, Muslim 2853)
Yang demikian itu, karena hanya Alloh yang berhak sombong. Pantaskah manusia yang lemah dan diciptakan dari setetes mani yang hina berlaku sombong di hadapan Alloh? Ingatlah, orang yang sombong berarti telah menerjang larangan Alloh, tidak ada balasan yang setimpal selain siksa-Nya. Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya, maka barangsiapa berperangai dengan sifat tersebut niscaya Aku akan menyiksanya.” (HR. Muslim 2620)
Imam Nawawi berkata, “Ini adalah ancaman yang sangat keras terhadap sifat sombong. Sangat jelas keharaman sifat tersebut.” (Syarah Shahih Muslim 16/133)
Alangkah tepatnya ucapan Imam Hasan al-Bashri Rohimahulloh, “Sungguh sangat mengherankan seorang anak Adam, ia mencuci kotorannya sekali atau dua kali dalam sehari tetapi berani sombong di hadapan penguasa langit dan bumi.” (Fathul Mannan fi Shifat Ibadir Rahman hal 14)
3.      Mendapat kehinaan
Orang yang sombong akan mendapat kehinaan di dunia berupa kejahilan, sebagai balasan dari perbuatannya. Cermatilah ayat berikut ini. Alloh Azza wa Jalla berfirman;
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.” (QS. al-A’raf: 146)
Yaitu Aku akan halangi mereka memahami hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang menunjukkan keagungan-Ku, syari’at-Ku, dan hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong untuk taat kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alasan yang benar. Sebagaimana mereka sombong tanpa alasan yang benar, maka Alloh akan hinakan mereka dengan kebodohan.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/228)
4.      Hatinya terkunci
Orang yang sombong dengan dirinya sendiri, atau menolak kebenaran dan merendahkan manusia, Alloh akan kunci mati hatinya dari menerima kebenaran, hal ini sebagaimana tergambar dalam firman-Nya:
Demikianlah Alloh mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS. Ghafir: 35)
Imam Syaukani Rohimahulloh mengatakan, “Sebagaimana Alloh mengunci mati hati orang yang memperdebatkan ayat-ayat Alloh, maka demikian pula Alloh akan mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat semena-mena.”
Lanjutnya lagi, “Yang demikian itu, karena hati merupakan sumber asal kesombongan. Sedangkan anggota badan yang lain tunduk dan mengikuti hati.” (Fathul Qadir 4/492)
5.      Mendapat tempat yang paling buruk
Inipun termasuk celaan terhadap orang yang sombong. Alloh akan menempatkannya di tempat yang paling buruk. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu ke pintu-pinti neraka Jahannam dan kamu kekal didalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (QS. az-Zumar: 72)
6.      Orang yang paling dibenci
Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam telah jauh-jauh hari memperingatkan bahaya kesombongan dan menganjurkan berhias dengan akhlak mulia. Termasuk ancaman yang beliau ungkapkan, orang sombong adalah orang yang paling dibenci dan dijauhkan kedudukannya pada hari Kiamat kelak. Berdasarkan hadits:
Dari Jubair bin Abdillah Rodhiyallohu Anhu bahwasanya Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya kelak pada hari Kiamat adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh kedudukannya pada hari Kiamat adalah ats-Tsartsarun, al-Mutasyaddiqun, dan al-Mutafaihiqun. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasululloh kami faham ats-Tsartsarun dan al-Mutasyaddiqun, akan tetapi siapakah al-Mutafaihiqun itu?’ Beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Yaitu orang-orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi 2018, dihasankan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 791)
7.      Tidak diajak bicara Alloh Azza wa Jalla
Kesombongan biasanya muncul dari orang-orang kaya, namun ironisnya kadang kita jumpai orang yang miskin masih sempat sombong dihadapan Alloh Azza wa Jalla dan manusia. Cermatilah hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah Rodhiyallohu Anhu bahwasanya Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Alloh, tidak disucikan olehnya, dan baginya adzab yang pedih; (yaitu) orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim 107)
8.      Dikumpulkan seperti semut
Kehinaan orang yang sombong akan semakin bertambah pada hari kiamat kelak. Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Orang-orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat bagaikan semut kecil dalam bentuk manusia. Mereka mendapat kehinaan dari setiap penjuru, lalu mereka digiring menuju penjara neraka Jahannam yang bernama Bulas. Mereka dikelilingi sinar neraka, yang akhirnya mereka diberi minum dari perasan penghuni neraka yang merusak.” (HR. Tirmidzi 2492, Ahmad 2/179. Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykah 5112)
9.      Pengekor iblis
Sebagian Salaf (Ulama terdahulu) mengatakan bahwa dosa pertama kali yang muncul dalam memaksiati Alloh Azza wa Jalla adalah kesombongan. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34)
Maka barangsiapa berlaku sombong berarti dia telah mengekor Iblis dalam berbuat dosa.
10.    Orang yang paling jelek
Dari Hudzaifah Rodhiyallohu Anhu ia bertutur, “Suatu ketika aku pernah bersaman Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam menyaksikan jenazah, kemudian beliau bersabda: ‘Maukah aku kabarkan kepada kalian hamba Alloh yang paling jelek? Yaitu orang yang kasar lagi sombong. Maukah pula aku kabarkan kepada kalian hamba yang paling baik disisi Alloh? Yaitu orang yang lemah, direndahkan manusia dan miskin. Andai ia berdo’a kepada Alloh niscaya dikabulkan.’” (Shahih li Ghairi, HR. Ahmad 2/174, lihat Shahih Targhib 3/104)
Macam-Macam Orang Yang Sombong2)
  1. Sombong kepada Alloh Azza wa Jalla
Ini adalah tingkatan orang sombong yang paling parah, sangat jelas kekafirannya. Orang semacam ini tidak mengakui keberadaan Alloh, bahkan yang lebih tragis mengaku sebagai ilah (sesembahan) sebagaimana yang dilakukan Raja Namrud dan Fir’aun. Alloh mengisahkan:
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Robbnya karena Alloh telah memberikan kepada orang itu pemerintahan. Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Robbku adalah yang menghidupkan dan mematikan.’ Orang itu berkata, ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya Alloh menerbitkan matahari dari timur maka terbitkan ia dari barat!’ Lalu heran terdiamlah orang kafir itu. Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Baqarah: 258)
Demikian pula Alloh mengisahkan tentang Fir’aun:
Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui ada ilah bagimu selain aku.’” (QS. al-Qashash: 38)
Dalam kesempatan yang lain Fir’aun berkata:
Akulah Robb kalian yang paling tinggi.” (QS. an-Nazi’at: 24)
  1. Sombong kepada Rasul
Para rasul adalah utusan Alloh. Mereka diutus dengan mengemban risalah untuk disampaikan kepada umatnya. Oleh karena itu mereka utusan Alloh maka tidak dibenarkan seorang pun berlaku sombong dan melecehkan mereka. Benar, mereka juga manusia biasa, akan tetapi bukankah Alloh telah memuliakannya dengan risalah? Maka menolak risalah yang mereka bawa berarti menolak syari’at Alloh, karena para rasul tidaklah menyampaikan risalahnya kecuali dengan bimbingan Robb semesta alam. Berikut ini beberapa contoh orang-orang yang sombong terhadap rasul-Nya.
Orang-orang kafir musyrik yang berkata kepada para rasul-Nya:
Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga.” (QS. Ibrahim: 10)
Atau perkataan Fir’aun dan para pengikutnya:
Apakah kita akan beriman kepada dua orang manusia yang seperti kita juga.” (QS. al-Mukminun: 47)
Juga perkataan serupa yang melecehkan para rasul sebagaimana firman-Nya:
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkatan mereka, ‘Adakah Alloh mengutus seorang manusia menjadi rasul?’” (QS. al-Isra’: 94)
  1.   Sombong terhadap kebenaran
Apabila kebenaran telah nyata di hadapan kita, janganlah sombong menolaknya walaupun hal itu datang dari orang yang muda atau rendah kedudukannya. Tidakkah kita ingat bahwa orang yang mulia di sisi Allah Azza wa Jalla adalah orang yang paling bertakwa? Jangan angkuh, sombong atau merasa berat hati menerima kebenaran jika memang ternyata kita di pihak yang salah. Akuilah kesalahan sebelum maut menjemput. Terimalah kebenaran darimana pun datangnya, agar kita selamat dari ancaman Alloh yang tertuang dalam hadits rasul-Nya;
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun seberat biji sawi.” (HR. Muslim 91)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Sombong ada dua macam: (yakni) sombong terhadap kebenaran dan sombong kepada makhluk. Hal itu terangkum dalam sabdanya Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Menolak kebenaran dengan cara berpaling dari kebenaran dan tidak mau menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yaitu merendahkan dan meremehkan mereka, memandang manusia tidak ada apa-apanya, dan melihat dirinya sendiri maha lebih dari yang lain. (Syarah Riyadhush Shalihin 2/469)
  1.   Sombong kepada manusia
Manusia diciptakan dari tanah. Tidak ada seorang hamba yang istimewa di sisi-Nya kecuali yang bertaqwa. Cermatilah hadits berikut:
Dari Abu Hurairah Rodhiyallohu Anhu bahwasanya Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh Alloh telah menghapus kesombongan orang-orang jahiliyah dan kebanggaan mereka terhadap nenek moyangnya. Orang mukmin adalah yang bertaqwa, dan orang fajir adalah yang binasa. Manusia alah keturunan nabi Adam ‘Alihissalam, dan Adam ‘Alaihissalam diciptakan dari tanah.” (HR. Abu Dawud 5116, Tirmidzi 3956, Ahmad 2/361. Dihasankan oleh al-Albani dalam Ghayatul Maram 312)
Salah satu bentuk kesombongan terhadap manusia adalah dengan meremehkan dan menganggap sebelah mata terhadap orang yang dibawahnya. Enggan bergaul dengan mereka. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy tatkala berkata kepada Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, “Bagaimana mungkin kami duduk bersamamu sedangkan di sekelilingmu ada orang-orang itu.” (sambil menunjuk ke arah kaum muslimin yang fakir).3) Maka Alloh menurunkan firman-Nya:
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Robbnya di pagi hari dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu berhak mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. al-An’am: 52)4)
Cukuplah orang yang meremehkan manusia di cap sebagai orang yang jelek. Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Cukuplah seseorang dianggap melakukan kejelekan apabila ia meremehkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim 2564, Abu Dawud 4882, Tirmidzi 1927, Ibnu Majah 3933)
Diantara bentuk kesombongan terhadap manusia, antara lain:
a.       Sombong dengan pangkat dan kedudukan
Dia sombong dengan pangkat dan derajat yang ia raih. Jenis semacam ini sering kita jumpai pada para pembesar dan pemimpin. Tidaklah mereka ingat bahwa kekuasaan dan kerajaan hanya Alloh yang memberi. Dia mampu mencabutnya kapan saja Ia kehendaki. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Katakanlah: ‘Wahai Alloh yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebaikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Imran: 26)
b.      Sombong dengan harta
Tentu ini adalah sebuah kejahilan yang nyata. Andai otaknya waras tentu ia akan menyadari bahwa hartanya hanyalah titipan dari Alloh. Alloh berkehendak mengambilnya kapan saja dan dengan sebab apa pun. Alloh bercerita tentang para pemilik kebun:
Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata, ‘aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.” ( QS. al-Kahfi: 35)
Atau renungi pula kisah Qarun dengan hartanya. Ia sombong dengan hartanya yang banyak, sampai-sampai kunci perbendaharaan hartanya dipikul oleh orang-orang yang kuat. Akan tetapi buah kesombongannya hanya berujung kepada kebinasaan. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. al-Qashash: 76)
Tapi bagaimana kesudahannya? Bacalah ayat selanjutnya:
Maka kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Alloh. Dan tidaklah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. al-Qashash: 81)
c.        Sombong dengan kekuatan dan kesehatan
Orang yang semacam ini sungguh telah lupa bahwa kekuatan bukanlah barometer kemuliaan.  Andaikan kekuatan menjadi barometer, tentu hewan seperti unta, kuda, gajah lebih berhak menjadi raja dan pemimpin! Adakah manusia yang bisa menandingi kekuatan hewan diatas?!
d.      Sombong dengan ilmu
Orang ini lebih pantas dinamakan orang jahil (bodoh), karena ilmu apabila tidak menambah kekhusyukan dan tawadhu’ (rendah hati) bagi pemiliknya, maka ilmunya tidak bermanfaat sama sekali. Ahli ilmu yang hakiki adalah orang yang takut kepada Alloh Azza wa Jalla, tidak sombong dihadapan manusia dengan ilmunya. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)
e.      Sombong dengan bentuk tubuh
Sebagian manusia ada yang sombong dengan ketampanan atau kecantikannya di hadapan manusia lain. Hal ini umumnya banyak terjadi pada kaum wanita. Tidaklah ia menyadari bahwa ketampanan dan kecantikan nanti akan menjadi bagian santapan ulat di dalam kubur? Bersyukurlah kepada Alloh Azza wa Jalla atas karunia yang Dia berikan, jangan sombong dihadapan manusia.
Akhirnya, kepada Alloh kita memohon perlindungan dari setiap kesombongan dan orang yang sombong. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dan Musa berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung kepada Robbku dan Robbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri dan yang tidak beriman kepada hari hisab.” (QS. Ghafir: 27)
Kita berdo’a kepada-Nya agar dijauhkan dari sifat sombong, demi meraih kebahagiaan yang abadi, sebagaimana Rasûlulloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Barangsiapa meninggal sedangkan dia berlepas diri dari sombong, ghulul5), dan hutang maka dia masuk surga.” (HR. Tirmidzi 1572, Ibnu Majah 2412,. Dishahihkan Targhib 3/100, lihat pula ash-Shahihah 2785). Amiin.
Allohu a’lam.
Catatan kaki:
1)      Perlu diperhatikan, madzhab Ahlus Sunnah Waljama’ah tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar selama si pelaku tersebut tidak menghalalkannya.
2)      Point pembahasan ini disarikan dari kitab Fathul Mannan fi Shifat Ibadir Rahman hal. 14-20 dengan sedikit perubahan dan tambahan seperlunya oleh penulis.
3)      HR. Muslim 2413.
4)      Lihat tafsir ayat ini dalam Tafsir at-Thabari 7/200, al-Jami li Ahkam al-Qur’ân6/277.
5)      Ghulul adalah mengambil harta ghanimah (rampasan perang) sebelum dibagikan.


Dinukil dari: Majalah Al FURQON. Edisi 5 Tahun V. Djulhijjah 1426. Januari 2006

0 komentar:

Posting Komentar

thank you